37 perubahan perilaku. Perubahan perilaku dapat pula terjadi karena adanya peniruan
figur tertentu dalam tayangan televisi.
C. Teori Pemrosesn Infromasi pada Anak Usia Dini
Perilaku meniru atau imitasi merupakan salah satu karakteristik yang ada pada anak usia dini. Anak akan belajar berbagai macam hal melalui meniru.
Perilaku imitasi atau yang biasa disebut learning by modelling oleh pencetus teori belajar sosial yaitu Albert Bandura, merupakan proses mentransfer apa yang
diamati, didengar, ataupun dirasakan, yang dilakukan oleh anak menjadi bentuk- bentuk simbolik dengan memodelkannya. Bandura mengidentifikasikan adanya
belajar dengan memodelkan perilaku yang dilakukan oleh orang lain, baik perilaku orangtuanya, aktor
film atau televisi, dan perilaku profesi Slamet Suyanto, 2005: 114. Lebih lanjut, Bandura menjelaskan proses terjadinya imitasi
sebagai berikut.
1. Proses Atensi atau Perhatian
Sebelum seseorang melakukan peniruan, seseorang tersebut akan menaruh perhatian dahulu terhadap model yang akan ditirunya. Seseorang memiliki
perhatian kepada model yang akan diperankan karen adanya unsur-unsur tertentu dari sang model tersebut. Bandura mencontohkan mengenai pengaruh televisi
dengan model-modelnya terhadap kehidupan dalam masyarakat, terutama dalam dunia anak-anak Singgih D. Gunarsa, 2006: 186. Perhatian yang ada pada diri
seseorang juga diatur oleh karakteristik psikologis pengamatannya, seperti kebutuhan dan minat mereka Crain, 2007:304.
38
2. Proses Retensi atau Mencamkan
Setelah proses atensi atau adanya perhatian terhadap model, maka anak akan mulai melakukan transfer peran yang akan dimodelkannya di dalam struktur
pengetahuannya menjadi skema tentang peran tersebut Slamet Suyanto, 2005: 115. Dalam proses ini, anak tidak hanya menirukan perilaku yang dilihatnya
melalui model yang ada, namun anak juga menggunakan imajinasi dalam memodelkannya. Pada proses retensi ini, anak mentransfer berbagai simbol-
simbol yang mereka dapat melalui penglihatan maupun pendengaran. Pada anak usia dini, kemampuan mengingat simbol dalam bentuk verbal masih terbatas dan
anak lebih banyak menggunakan kemamuan visual untuk dapat melakukan imitasi pada suatu model.
3. Proses Reproduksi Motorik
Dalam proses peniruan yang dilakukan, supaya seseorang dapat menirukan tingkah laku yang dilakukan model, maka seseorang harus memiliki kemampuan
motorik yang sesuai untuk dapat berperilaku seperti model. Pada proses ini anak akan mengkonveksi kode simbolik dalam memorinya tentang peran yang akan
dimodelkan ke dalam kegiatan nyata Slamet Suyanto, 2005: 115.
4. Proses Penguatan atau Motivasi
Ketika mengamatin suatu model, seseorang belum tentu secara langsung bisa memproduksi perilaku yang sama pada saat itu juga. Munculnya imitasi juga
diatur dari penguatan serta motivasi-motivasi lainnya. Sebagai contoh jika seseorang anak melihat suatu model yang melakukan hal tertentu dan mendapat
penghargaan atas hal tersebut, maka anak tersebut akan memiliki motivasi untuk
39 menirukan model tersebut. Namun sebaliknya, jika anak menyaksikan perbuatan
yang dialakukan tersebut mendapat respon negatif misalnya hukuman, maka anak tidak
akan mengimitasinya.
Pelaksanaan respon
dipengaruhi juga
oleh konsekuensi yang berkaitan dengan tindakan model Crain, 2007: 306.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku imitasi dapat terjadi pada anak usia dini yang didapat melalui lingkungan, orangtua atau
orang dewasa yang ada disekitar anak, aktor dalam film atau pada televisi, dan pada sebuah profesi. Prose terjadinya imitasi pada anak usia dini terjadi melalui
empat tahapan, yaitu proses atensi, retensi, produksi, dan penguatan atau motivasi. Proses imitasi pada anak dapat terjadi secara langsung dan dapat pula muncul
pada waktu yang berlainan. Munculnya bentuk imitasi pada anak tergantung pula pada motivasi ataupun penguatan mengenai perilaku yang dilakukan oleh model
yang menjadi objek dalam imitasi yang dilakukan anak. Berdasarkan teori imitasi yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa
anak akan menaruh perhatian terlebih dahulu sebelum menirukan sesuatu, sebagai contoh pada suatu tayangan televisi, anak akan menaruh perhatian misalnya pada
adanya unsur fantasi mengagumkan seperti orang yang bisa terbang. Dengan adanya ketertarikan awal, lalu anak akan memperhatikan dan memahaminya.
Selanjutnya anak akan menirukan atau memproduksi perilaku yang sama pada kehidupannya. Perilaku dalam tayangan televisi tersebut akan dijadikan model
bagi anak dalam berperilaku sehari-hari, ditambah dengan adanya penguatan atau motivasi untuk terus melakukan tindakan tersebut, seperti tidak adanya larangan
atau teguran bagi anak untuk berperilaku seperti hal tersebut.
40
D. Teori Imitasi pada Anak Usia Dini