3. Konsep Karakter Religius
Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas karakter religius, alangkah baiknya kita membahas tentang karakter yang dalam
pengertiannya tidak sama dengan pendidikan karakter. Simon Philips seperti yang dikutip Muslich mendefinisikan karakter sebagai kumpulan
tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan.
64
Ahmad Tafsir mengungkapkan “Karakter adalah sama dengan akhlak dalam pandangan Islam”.
65
Karakter atau akhlak seseorang akan tercermin dari tingkah laku yang ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Ngainun Naim mendefinisikan
tentang manusia berkarakter yaitu manusia yang dalam perilaku dan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas hidupnya sarat dengan nilai-
nilai kebaikan.
66
Nilai-nilai kebaikan dalam hal ini yang pertama, harus sesuai dengan hukum agama. Karena agama merupakan suatu hal yang
transenden, yang diyakini setiap orang dalam hatinya. Sedangkan yang kedua, tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat yang sadar agama. Secara Etimologi, religius berasal dari kata religion dari bahasa
Inggris yang berarti agama, religio relegare dari bahasa Latin yang
64 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter.., hal. 70. 65 Abdul Majid dkk, Pendidikan..., hal. iv
66 Ngainun Naim, Character Building..., hal. 60.
58
berarti akar kata mengikat dan religie dari bahasa Belanda.
67
yang selanjutnya muncul kata religious berarti yang berhubungan dengan
agama. Selanjutnya memunculkan kata religiusitas atau religius yang bukan berarti agama, seperti yang sedang kita bahas berikut.
Religius menurut Muhammad Fadillah adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
68
Sedangkan menurut Muhaimin, religius lebih tepat dikatakan sebagai keberagamaan. Keberagamaan lebih melihat aspek
yang di dalam lubuk hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain karena menapaskan intimitas
jiwa, cita rasa yang mencangkup totalitas ke dalam pribadi manusia, dan bukan pada aspek yang bersifat formal.
69
Namun demikian menurut apa yang terpendam jauh di dalam lubuk hati, akan tercermin dari sikap, dan
tindakannya sehari-hari, sehingga akan melekat pada dirinya. Seseorang bisa menilai akhlak orang lain baik atau buruk, secara umum dari cara
orang lain berbicara, bersikap, menyapa, serta bergaul dengan lingkungannya.
Naim menegaskan bahwasannya manusia yang berkarakter adalah manusia yang religius.
70
Lebih lanjut Naim juga menyimpulkan
67 Jalurilmu.blogspot.com diakses Pada Tanggal 25 Juni, Pukul 04.40 WIB. 68 Muhammad Fadillah, dkk, Pendidikan Karakter…, hal. 190.
69 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam..., hal. 288. 70 Ngainun Naim, Caracter..., hal. 124.
59
bahwasannya religius adalah penghayatan dan implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
71
Jika dilihat dari urgensi mendidik karakter anak dewasa ini, maka para pakar pendidikan maupun pakar parenting harus merujuk pada
hukum-hukum yang ditentukan agama pada setiap kebijakan yang dihasilkan. Jadi, sesungguhnya karakter yang sempurna adalah karakter
atau akhlak yang mencontoh pada perbuatan Nabi Muhammad SAW..
4. Tujuan Mendidik Karakter Religius