Metode keteladanan Metode Guru dalam Mendidik Karakter Religius Siswa SDI Luqman Al-Hakim Trenggalek

mengaitkan itu, maka bukan hal yang gampang, dan tidak seluruh guru bisa. Ya kadang-kadang saja. 153 Jadi Intinya, untuk menanamkan karakter religius pada anak, tidak hanya guru mata pelajaran PAI saja yang bertanggung jawab. Melainkan, semua guru yang mengajar di SDI Luqman Al-Hakim harus bertanggung jawab pula terhadap pembentukan karakter itu. Ketika peneliti mengamati tiga kelas dalam mata pelajaran TIK, Bahasa Jawa, dan matematika, belum ada yang mengaitkan dengan materi lain terkhusus nilai-nilai keagamaan.

a. Metode keteladanan

Dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan yang akan berfungsi meningkatkan kualitas anak, maka cara setiap guru berbeda-beda. Berikut penuturan Ustadz Munir selaku guru agama Islam sekaligus wali kelas III, Kalau mendidik karakter, sederhana saja kalau saya menyampaikan, yaitu dimulai dari diri sendiri sebenarnya. Makanya dalam mendidik itu yang kami lakukan menggunakan lisaanul haal, afshahu min lisanil maqola, artinya lisan dengan perbuatan baik itu lebih fasih daripada ucapan saja. Jadi kalau dulu, sebelum ini anak-anak dibilangi itu sampek kesel ya. Diomongi ndak pernah diperhatikan. Kadang-kadang, mungkin kita sendiri harus bisa memahami, mungkin kita sendiri belum bisa menerapkan, sehingga anak kurang bisa menerima. Ya Ihtiyar saya supaya anak-anak itu menjadi agamis dengan cara sering pendekatan dengan anak-anak, kemudian dengan cara uswah, artinya kita itu seperti apa, makanya njenengan bisa lihat penampilan ustadz-ustadz berpakaiannya itu keren itu, maka anak bisa mencontoh cara berpakaian ustadznya. Bahkan sampai urusan kuku itu saya perhatikan. Jadi yang saya lakukan dengan pendekatan, dan uswah. 154 153 Wawancara dengan kepala sekolah, Ustadz Aris Gunawan, Sabtu, 25 April 2015 Pukul 08.05-08.20 WIB. 154 Wawancara dengan guru, Ustadz Munir, Jumat, 24 April 2015 Pukul 09.45-10.05 WIB 114 Dari pernyataan Ustadz Munir di atas, mengandung pengertian, bahwa untuk menanamkan kebaikan pada orang lain, atau dengan bahasa lain, apabila kita ingin orang lain seperti yang kita harapkan, maka kita harus mendahului berbuat baik itu. Apa yang dilakukan Ustadz munir adalah memberi contoh anak didik untuk berbuat seperti beliau. Maka dari itu kita simpulkan bahwasannya Ustadz Munir menggunakan metode tauladan atau uswah. Apa yang disampaikan Ustadz Munir di atas kiranya sesuai dengan pengamatan peneliti. Pada saat peneliti melakukan penelitian, Ustadz Munir membagikan roti kepada seluruh peserta didik kelas tiga. Termasuk peneliti juga mendapat jatah sedekah roti. Nah, pada hari yang sama, dengan selang waktu yang cukup lama, Maya siswi kelas tiga juga membagikan risoles kepada teman-temannya. Sebenarnya jumlah risoles tersebut apabila dibagi satu per satu tidak akan rata, karena rasa ingin berbaginya, risoles tersebut dipotong-potong, sehingga seluruh temannya mendapat bagian. 155 Hal ini menunjukkan, bahwa keteladanan atau metode uswah yang diterapkan Ustadz Munir berdampak pada moral doing siswa. Siswa melakukan hal yang sama untuk bersedekah kepada teman- temannya. 155 Observasi Rabu, 10 Juni 2015, Pukul 10.20-11.05 WIB 115 Terkait dengan membentuk karakter anak, maka metode pembelajaran yang dilakukan Ustadz Homaidi seperti yang dinyatakan berikut ini: Ada siswa yang teriak-teriak, padahal ada gurunya, terus saya datangi, mereka bilang” ada Ustadz Homaidi”, “Ada Ustadz Homaidi” dan mereka langsung duduk, seolah mereka takut dengan saya. Tapi itu bukan takut ya istilahnya. Jadi dalam rangka menjalankan program-program sekolah, maka saya harus menjadi model atau harus mendahului, sehingga anak-anak bisa mengikuti saya. 156 Dari keterangan yang diberikan Ustadz Homaidi tersebut dapat dimengerti bahwa untuk untuk menjadi disegani anak-anak, dan tingkah laku serta sikapnya dicontoh, guru harus menjadi penggerak yang mana slalu lebih dahulu dan terdepan dalam melakukan kebaikan. Praktik penerapan nilai-nilai religiusitas oleh guru diantaranya adalah penderesan Al-Qur’an di pagi hari sebelum memulai pembelajaran. Ketika seluruh siswa melakukan shalat duha dan muraja’ah di masjid, guru-guru di kantor menderes Al-Qur’an yang langsung dipimpin oleh Ustadz Munir. Para guru menyimak, ketika satu guru membaca. Begitu selanjutnya. 157

b. Metode Memberi Perhatian