117 2013 juga menunjukkan bahwa model pembelajaran CLIS
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran pun turut mendorong siswa untuk aktif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman 2011: 146
bahwa guru berperan sebagai fasilitator akan memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses belajar mengajar untuk menciptakan suasana
kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara aktif. Dengan
demikian, siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran IPA.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ada siswa yang tidak masuk pada beberapa pertemuan. Pada pelaksanaan
pembelajaran siklus I pada pertemuan 1 ada 1 siswa yang tidak masuk, pada pertemuan 2 ada 2 siswa yang tidak masuk, dan pada pertemuan 3
ada 2 siswa yang tidak masuk. Pada siklus II pada pertemuan 1 ada 7 siswa yang tidak masuk. Hal ini mengakibatkan aktivitas belajar siswa
dalam pembelajaran IPA kurang optimal. 2. Pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus I dan
siklus II melebihi alokasi waktu yang ditentukan sehingga mengurangi waktu pembelajaran untuk mata pelajaran
selanjutnya. Hal ini
menyebabkan keterbatasan waktu yang diberikan dari sekolah untuk dilaksanakan penelitian. Maka penelitian dihentikan pada siklus II dan
tidak dapat dilanjutkan pada siklus III.
118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Children Learning In Science CLIS dapat
meningkatakan aktivitas belajar IPA. Pada pra tindakan persentase aktivitas belajar IPA sebesar 0. Pada siklus I, penerapan model pembelajaran CLIS yang
dilakukan dengan mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan menunjukkan fenomena yang ada di sekitar siswa, kemudian siswa diminta mendiskusikan
pengetahuan awalnya dan mencocokkan pengetahuan awalnya dengan konsep ilmiah yang ada di buku. Langkah selanjutnya siswa diminta untuk melakukan
percobaan dengan menggunakan LKS, kemudian mendiskusikannya guna mengalisis dan memecahkan masalah terkait percobaan yang dilakukan.
Kemudian siswa mempresentasikan hasil percobaan ke depan kelas kemudian guru memberi penguatan. Pada siklus I, belum terjadi peningkatan aktivitas
belajar IPA dengan persentase aktivitas belajar IPA seluruh siswa 100 berada pada kategori sangat rendah. Pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas belajar
IPA dengan persentase 18,52 dari jumlah siswa berada pada kategori sangat rendah dan 81,48 dari jumlah siswa berada pada kategori rendah. Penelitian ini
belum mencapai kriteria keberhasilah yang sudah ditetapkan yaitu sekurang- kurangnya 75 dari jumlah siswa minimal mencapai kategori tinggi. Sebenarnya
dalam penelitian ini akan ada rencana tindak lanjut untuk siklus III yaitu memberikan dorongan dan semangat kepada siswa dalam kegiatan menyimpulkan
hasil percobaan dan mendemostrasikan hasil percobaan agar dapat meningkatkan