57
MANAJEMEN RANTAI PASOK AGROINDUSTRI
Jackson, M. C. 1995 ‘Beyond the fads: Systems thinking for managers’, Systems Research, Vol. 12, No. 1, pp. 25–42.
Kamath, M., Srivathsan, S., Ingalls, R. G., Shen, G. dan Pulat, P. S. 2011 ‘TISCSoft: A decision support system for transportation
infrastructure and supply chain system planning’, Proceedings of the 44th Hawaii International Conference on System Sciences, pp.
1–9.
Kumar, V. dan Viswanadham, N. 2007 ‘A CBR-based decision support system framework for construction supply chain risk management’,
Proceedings of the 3rd Annual IEEE Conference on Automation Science and Engineering, pp. 980–985.
Lei, J-J. dan Li, J. 2009 ‘A decision support system for supply chain management based on PSO and GIS’, IITA International Conference
on Control, Automation and Systems Engineering, pp. 58–61. Raghunathan, S. 1996 ‘A structured modeling based methodology to
design decision support systems’, Decision Support System, Vol. 17, pp. 299–312.
Tu, Y-J. dan Piramuthu, S. 2011 ‘A decision-support model for Filtering RFID read data in supply chains’, IEEE Transactions on
Systems, Man, and Cybernetics—Part C: Applications And Reviews, Vol. 41, No. 2, pp. 268–273.
BAB 4 PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA JAMAK
4.1 Konsep Dasar Salah satu bagian dari DSS adalah basis model. Komponen ini berisikan
sekumpulan metoda yang berperan sebagai pemroses sekumpulan input. DSS yang dirancang untuk menyelesaikan masalah-masalah dari
manajemen rantai pasok sering menerapkan pengambilan keputusan kriteria jamak atau multi criteria decision making MCDM. MCDM
adalah teknik pengambilan keputusan yang melibatkan banyak kriteria untuk menentukan alternatif terbaik. Keterlibatan banyak kriteria adalah
mencerminkan kompleksitas masalah dan banyaknya kepentingan yang
terlibat dan saling konflik. Kriteria adalah ukuran yang digunakan untuk menilai sekumpulan alternatif. Istilah kriteria adakalanya diganti dengan
atribut-atribut, obyektif-obyektif ataupun sasaran-sasaran. Meskipun ada yang memberikan definisi setiap istilah tersebut secara berbeda-
beda tetapi hakikatnya adalah sama. Bui 1987 mendefinisikan MCDM dan membandingkannya dengan
model tradisional. MCDM menganalisis beberapa kriteria secara simultan atau bersamaan. Kriteria atau obyektif atau atribut digunakan
sebagai referensi untuk mengevaluasi alternative-alternatif. Tipe kriteria mungkin kuantitatif atau non-kuantitatif. Kriteria kuantitatif
adalah biaya, pendapatan, berat, jarak dan lainnya, sedangkan kriteria non kuantitatif adalah mutu, pelayanan dan lainnya. Didalam MCDM,
sekumpulan kriteria dapat saling konflik satu sama lain. Misalnya, kriteria biaya produksi dimaksudkan untuk minimisasi akan konflik dengan
kriteria mutu yang dimaksudkan akan dimaksimisasi. Usaha untuk meningkatkan banyak produk berkualitas tinggi dapat mengakibatkan
meningkatnya biaya produksi. Hal ini berarti bahwa perbaikan satu kriteria tertentu dapat menjadi beban bagi kriteria lainnya.
60
MANAJEMEN RANTAI PASOK AGROINDUSTRI
Selain keterlibatan banyak kriteria, MCDM juga memungkinkan proses evaluasi secara subyektif. Subyektif artinya adalah memberikan
kesempatan pengambil keputusan melakukan judgment berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Subyektivitas akan berpotensi
terciptanya bias. Namun demikian, kelebihan dari MCDM adalah memungkinkan keterlibatan banyak pengambil keputusan untuk
mengevaluasi masalah tertentu. Setiap pengambil keputusan akan memaksakan egonya masing-masing tetapi menggunakan referensi
yang sama. Proses pengambilan keputusan seperti ini dikenal dengan group based MCDM.
Topik MCDM telah banyak menarik perhatian para peneliti. Banyak studi yang telah dilakukan dengan tujuan mengembangkan
metoda MCDM. Kebanyakan metoda tersebut mengakui subyektivitas dari pengambil keputusan. Proses evaluasi ada yang menggunakan
pembobotan, pairwise comparison ataupun penilaian independen secara ordinal. Menurut Bui 1987 ada dua tipe formalisasi dari
MCDM, yaitu intervensi pengambil keputusan dan perbaikan koherensi. Intervensi pengambil keputusan maksudnya adalah pengambil
keputusan secara langsung melakukan judgment terhadap setiap kriteria dan alternative-alternative. Ketersediaan data dan informasi
yang relevan dengan masalah yang sedang dianalisis berperan sebagai pendukung, sebaliknya pendapat pengambil keputusan lebih
mendominasi judgment. Perbaikan koherensi maksudnya adalah proses penilaian berlangsung secara mekanistik procedural, misalnya
secara matematik, selanjutnya pengambil keputusan mengevaluasi luaran dari proses perhitungan tersebut. Misalnya, proses mekanistik
prosedural menghasilkan rangking dari alternatif-alternatif dan pengambil keputusan merubah urutan ranking tersebut dengan
pertimbangan subyektivitas.
Cara MCDM yang sangat bernilai adalah penstrukturan masalah. Struktur terdiri dari beberapa level yang merepresentasikan sub-
sub sistem dari masalah yang sedang dipelajari. Setiap sub sistem mempunyai bobot relatif yang menunjukan besar kontribusinya.
Ketika pembuat keputusan menilai setiap sub-sub sistem dan mengevaluasi semua alternatif maka masalah yang awalnya adalah ill-
structured menjadi terkesan sederhana dan penyelesaiannya menjadi terasa lebih mudah. Keandalan dari model MCDM tertentu dibuktikan
dengan keberhasilan model tersebut menyelesaikan masalah. Apabila
61
MANAJEMEN RANTAI PASOK AGROINDUSTRI
frekwensi keberhasilan sebuah model semakin sering maka model tersebut diyakini sebagai model MCDM yang dipercaya. Dalam MCDM,
sebuah masalah selesai apabila alternatif yang direkomendasikan oleh model dianggap “baik”. Artinya, MCDM tidak memberikan penyelesaian
yang “optimal” tetapi yang “terbaik”. Ini yang membedakan MCDM dengan teknik optimasi konvensional.
Keunggulan MCDM adalah pelibatan banyak pengambil keputusan yang disebut sebagai group decision making. Meskipun dalam sebuah
organisasi mempunyai satu orang “real decision maker”, misalnya presiden direktur, tetapi mekanisme pengambilan keputusan sering
dilakukan melalui kegiatan rapat manajemen. Adakalanya situasi tertentu seorang “real decision maker” telah mengambil keputusan
dan bertanggung penuh terhadap keputusan tersebut, tetapi belum tentu keputusan itu akan disetujui oleh para bawahannya. Pada
kenyataanya, sebuah keputusan sering ditentang oleh pengambil keputusan “lainnya” dengan berbagai alasan yang rasional ataupun
kurang rasional. Hal ini membuktikan bahwa prilaku para pengambil keputusan “lainnya” perlu dianalisis sehingga tercapai sebuah
keputusan yang “terbaik” atau konsensus bagi semua pengambil keputusan. Misalnya menggunakan mekanisme negosiasi atau
voting. MCDM mempunyai kemampuan untuk menganalisis banyak pengambil keputusan secara simultan dan bersamaan baik secara
negosiasi ataupun skema voting.
4.2. Karakteristik Masalah dan Penyelesaian Sebuah permasalahan muncul tidak bersifat universal. Artinya,
masalah harus diselesaikan secara kontekstual. Sifat yang mencirikan secara khusus sebuah sistem perlu dikenali dengan baik. MCDM sangat
memperhatikan hal ini yang dikenal dengan isitilah karakterisasi masalah. Sebuah masalah yang kompleks dapat diselesaikan dengan
baik melalui pendekatan dua arah, yaitu technical approach dan manajerial approach. Pendekatan teknikal yaitu pemahaman terhadap
teknologi dan pengetahuan yang relevan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan ini dapat disebut sebagai
ketrampilan pengambilan keputusan. Tanpa pendekatan teknikal maka seorang pengambil keputusan tidak akan mengerti apa
yang sebenarnya harus diperbuat. Pendekatan manajerial adalah
62
MANAJEMEN RANTAI PASOK AGROINDUSTRI
pengalaman yang berkaitan dengan pengelolaan faktor–faktor yang berkaitan dengan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain.
Pendekatan ini berasumsi bahwa masalah yang ill-structured harus melibatkan banyak pihak. Masalah yang kompleks berarti sebuah
beban besar dan berat yang harus dipikul bersama-sama. Pendekatan manajerial bertujuan mengajak semua pengambil keputusan untuk
terlibat dalam penyelesaian masalah.
Karakteristik masalah yang dapat efektif diselesaikan oleh MCDM adalah kompleks. Indikasi sebuah masalah kompleks, yaitu:
1. Mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi organisasi. 2. Menimbulkan multiplier effect negatif ke setiap bagian dari
organiasasi. 3. Informasi dan data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
masalah tidak tersedia dan kurang dipercaya. 4.
Konflik kepentingan baik secara unit organisasi maupun personalitas.
MCDM telah menjadi pengetahuan baru yang telah berhasil menyelesaikan berbagai masalah dalam lingkungan kompleks melalui
pendekatan sistem. Pengertian dari pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisa organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem
sebagai titik tolak analisa. Proses ini merupakan cara penyelesaian
persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan
suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi dan terintegrasi
untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan.
Ada dua jenis pendekatan yang dapat digunakan dalam penyelesaian masalah yang kompleks, yaitu Engineering System Approach dan Soft
System Methodology. Engineering System Approach digunakan untuk hard problems yakni permasalahan dengan tingkat ill-structured
yang rendah. Contohnya pemilihan moda transportasi dalam SCM berkelanjutan. Alternatif moda sudah sangat jelas, tetapi keberhasilan
penerapan hasil keputusan masih bisa diprediksi. Uncertainty dan risiko masih sangat tinggi. Penerapan pendekatan terdiri dari langkah-
langkah sebagai berikut: 1 definisi masalah; 2 rangkai teknik-