Implikasi Keterkaitan Resiliensi pada Layanan Bimbingan dan

146 dirinya terbiasa meminta bantuan kepada teman-temannya secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan kata-kata kiasan. Namun kebiasaan tersebut sudah tidak dilakukan SM karena dianggap tidak efektif. Perilaku ketiga subjek dalam mencari hubungan yang dapat dipercaya tersebut sejalan dengan teori Grotberg 1995: 18 bahwa seorang individu dapat menemukan orang lain untuk dimintai pertolongan, berbagi perasaan dan perhatian. Hal tersebut dimaksudkan guna mencari cara terbaik untuk menyelesaikan masalah personal dan interpersonal, atau untuk mendiskusikan konflik dalam keluarga.

C. Implikasi Keterkaitan Resiliensi pada Layanan Bimbingan dan

Konseling Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa resiliensi yang terdapat pada mahasiswa Bidikmisi RE, SA, dan SM dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi tersebut yaitu faktor I Have, I Am, dan I Can. Faktor I Have pada mahasiswa Bidikmisi RE, SA, dan SM diantaranya yaitu dimilikinya hubungan yang tulus dan kuat dari orang-orang disekitarnya, adanya norma dan aturan yang dianut oleh mahasiswa Bidikmisi dan keluarganya, adanya panutan yang dimiliki oleh mahasiswa Bidikmisi, terdapat hal-hal yang membuat mahasiswa Bidikmisi menjadi mandiri, dan adanya pelayanan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dan layanan keamanan yang diterima oleh mahasiswa Bidikmisi tersebut. 147 Faktor I Am pada mahasiswa Bidikmisi RE, SA, dan SM diantaranya yaitu terdapat hal-hal yang membuat mahasiswa Bidikmisi merasa dicintai oleh orang lain, dimilikinya sikap mencintai, empati, dan altruistik subjek, adanya hal-hal yang membuat subjek bangga dengan dirinya sendiri, dimilikinya sikap kemandirian dan tanggung jawab, serta adanya harapan, keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki mahasiswa Bidikmisi. Faktor I Can pada mahasiswa Bidikmisi RE, SA, dan SM yaitu dimilikinya kemampuan dalam mengungkapkan perasaan dan pikiran kepada orang lain, kemampuan dalam memecahkan permasalahan, kemampuan dalam mengatur perasaan dan rangsangan, kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain serta kemampuan dalam mencari hubungan yang dapat diandalkan. Dari hasil kategorisasi SA dan SM memiliki tingkat resiliensi yang tinggi, sedangkan RE memiliki tingkat resiliensi yang sedang. Hal tersebut diindikasikan masih adanya faktor I Can yang belum sepenuhnya dimiliki oleh RE, yaitu kemampuan dalam mengatur perasaan dan rangsangan dari orang-orang di sekitarnya manage my feelings and impulses. RE membutuhkan kontrol diri self control dalam mengatur berbagai perasaan dan rangsangan dari orang-orang di sekitarnya sehingga resiliensi yang dimiliki RE dapat meningkat. Menurut Stoltz, 2008 Nailul Fauziah, 2014: 80, individu yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas resiliensi yang tinggi merasa bahwa mereka memiliki kontrol dan pengaruh yang baik pada situasi yang sulit bahkan dalam situasi yang sangat diluar kendali. 148 Iga Serpianing A. dan Dewi Retno S. 2012: 3, menjelaskan bahwa individu dengan kontrol diri yang rendah memiliki kecenderungan untuk menjadi impulsif, senang berperilaku beresiko dan berpikiran sempit, sedangkan individu dengan kontrol diri yang tinggi akan menyadari akibat dan efek jangka panjang dari perbuatan menyimpang yang dilakukannya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran konselor sangatlah penting untuk membantu mahasiswa dalam mengelola berbagai perasaan dan impuls-impuls yang ada di sekitarnya. Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mengentaskan permasalahan mahasiswa yaitu dengan bimbingan dan atau konseling. Rochman Natawijaja Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2011: 6, mengungkapkan bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dapat bertindak secara wajar sesuai dengan norma yang berlaku di lembaga tempatnya belajar, masyarakat, dan kehidupannya. Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan 2011: 9 mengemukakan bahwa konseling adalah suatu bentuk hubungan yang berupaya untuk membantu individu agar mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Merujuk pada permasalahan yang ada yaitu kurangnya kontrol diri self control dalam mengatur berbagai perasaan dan rangsangan, bimbingan dan konseling yang terkait yaitu dalam bidang pribadi dan sosial. Bimbingan pribadi-sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah- 149 masalah dirinya yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2011: 11.Bimbingan dan atau konseling diberikan kepada mahasiswa Bidikmisi khususnya RE, bertujuan agar RE dapat meningkatkan resiliensinya serta memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengatur kontrol diri self control dalam menghadapi berbagai perasaan dan rangsangan yang dialaminya. Kemampuan mengontrol diri dan mengelola berbagai perasaan dan rangsangan sangat penting, tidak hanya bagi RE tetapi juga bagi perkembangan individu mahasiswa lainnya, karena dengan hal itu mahasiswa menjadi peka dalam membaca situasi diri dan lingkungannya serta dapat mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi mengendalikan perilaku atau mengubah perilaku agar sesuai bagi orang lain.Pelayanan bimbingan dan atau konseling dipusatkan untuk menunjang kemampuan yang ada pada diri mahasiswa agar bergerak menuju perkembangan kematangannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, konselor memiliki tanggung jawab etis untuk memfasilitasi perkembangan pribadi dan sosial mahasiswa melalui layanan bimbingan dan konseling yang bermutu dan tepat sasaran. Namun untuk memberikan layanan bermutu dan tepat sasaran seperti yang diharapkan, konselor tidak hanya dituntut untuk memiliki profesionalisme 150 tapi juga pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menangani berbagai permasalahan mahasiswa yakni salah satunya untuk meningkatkan resiliensi mahasiswa. Dari penjabaran di atas, konselor diharapkan dapat melakukan layanan konseling behavioristik dengan menggunakan teknik self-management pada mahasiswa yang mengalami permasalahan tidak dapat mengontrol diri atau tidak mampu mengelola berbagai perasaan dan rangsangan yang diterimanya dari lingkungan sekitar.

D. Keterbatasan Penelitian