43 b.
Seleksi untuk Perguruan Tinggi Swasta PTS 1
Seleksi ditentukan oleh masing-masing PTS dengan memprioritaskan pendaftar yang paling tidak mampu secara
ekonomi, pendaftar yang mempunyai potensi akademik yang paling tinggi, dan memperhatikan asal daerah pendaftar. Untuk
memastikan kondisi ekonomi pendaftar, akan lebih baik kalau PTS melakukan kunjungan ke alamat pendaftar
2 Kunjungan ke alamat pendaftar dapat dilakukan dengan
mendayagunakan mahasiswa PTS yang bersangkutan atau PTS dari domisili pendaftar dengan mekanisme yang disetujui bersama
3 Pelamar Bidikmisi penerima BSM danatau memiliki KIP dan
sejenisnya dapat dikecualikan dalam proses verifikasi kelayakan ekonomi. Namun jika di kemudian hari ditemukan ternyata tidak
layak dapat dikenai sanksi
4 Hasil seleksi calon mahasiswa diumumkan oleh panitia seleksi PTS
dan diinformasikan ke Ditjen Dikti melalui Sistem Informasi Manajemen Bidikmisi
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa bagi mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi negeri PTN, seleksi
Bidikmisinya dilaksanakan
melalui dua
tahapan yaitu
seleksi nasionalbersama dan seleksi mandiri. Mahasiswa yang mengajukan
permohonan Bidikmisi baik di PTN maupun di PTS akan dipertimbangkan berdasarkan yang paling tidak mampu secara ekonomi. Memiliki potensi
akademik yang paling tinggi, kualitas sekolah asal pendaftar dan memperhatikan daerah asal pendaftar.
C. Kerangka Pikir
Resiliensi merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk mengatasi, meminimalisir, serta merespon secara positif kondisi-kondisi yang
tidak menyenangkan dalam hidupnya, bahkan kondisi adversity tersebut menjadi daya yang memperkuat dirinya, sehingga mampu mengubah kondisi
44 sulit yang menghimpitnya sebagai sesuatu yang wajar untuk diatasi. Individu
yang resilien akan cepat memutus perasaan yang tidak sehat, dan tidak membiarkan perasaan-perasaan negatif menetap pada dirinya dalam waktu
yang lama. Individu yang resilien juga mampu menunjukkan sifat-sifat positif dalam lingkungan yang beresiko. Orang-orang dengan resiliensi tinggi akan
mampu keluar dari masalah dengan cepat dan tidak terbenam dengan perasaan sebagai korban lingkungan dan keadaan.
Resiliensi sangat dibutuhkan dalam kehidupan setiap orang, karena kehidupan manusia senantiasa diwarnai oleh adversity kondisi yang tidak
menyenangkan. Adversity ini menantang kemampuan manusia untuk mengatasinya, untuk belajar darinya, dan untuk berubah karenanya. Dalam
menghadapi berbagai
permasalahan yang
ada, seorang
individu membutuhkan resiliensi, begitupun dengan RE, SA, dan SM yang selama ini
hidup dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Ketiganya selalu memandang setiap permasalahan yang datang dalam hidupnya dengan positif dan tetap
optimis, serta berusaha bangkit dalam menghadapi kondisi-kondisi sulit yang membelitnya.
Penelitian ini mendasarkan pada teori Grotberg yang mengupas tiga faktor pembentuk resiliensi seseorang. Ketiga faktor tersebut yaitu I Have, I
Am, dan I Can. I Have merupakan istilah yang digunakan untuk dukungan eksternal yang menjadi inti untuk mengembangkan resiliensi. Ketika individu
memiliki I Have yang banyak, maka ia akan merasa memiliki hubungan yang penuh kepercayaan. Individu yang memiliki keyakinan tentang I Have akan
45 memperoleh dukungan untuk mandiri dari orang di sekitarnya, mempunyai
struktur dan aturan di rumah yang ditetapkan oleh orang tua mereka, mendapatkan jaminan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan serta
keamanan dari orang di sekitarnya. Sebaliknya, jika individu tidak memiliki keyakinan tentang I Have maka akan merasa selalu sendirian, terasing, dan
tidak mempunyai dukungan dari orang di sekitar sehingga dalam menghadapi kesulitan, individu tidak dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran
serta inisiatifnya sendiri. Semakin banyak I Have yang dimiliki seseorang, maka ia akan semakin resilien. Begitupunsebaliknya, semakin sedikit I Have
yang dimiliki maka individu tersebut semakin tidak resilien. I Am merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang,
kekuatan tersebut meliputi perasaan, tingkah laku, dan kepercayaan yang ada dalam dirinya. Individu yang memiliki keyakinan tentang I Am, mereka
mempunyai karakteristik yang menarik, empati, penyayang dan peduli terhadap sesama. Individu akan merasa bangga akan diri mereka sendiri dan
bangga terhadap apa yang telah mereka capai. Ketika mendapatkan kesulitan, individu mampu mandiri dalam mencari solusi dan bertanggungjawab serta
berani menangung segala konsekuensinya. Selain itu, dalam diri mereka juga diliputi harapan, keyakinan dan kepercayaan. Sebaliknya, jika individu tidak
memiliki keyakinan tentang I Am, maka akan menjadi pribadi yang hopeless, acuh tak acuh, ketergantungan dengan orang lain saat menghadapi kesulitan
sehingga tidak mampu bertanggungjawab dengan apa yang dilakukan. Semakin banyak I Am yang dimiliki seseorang, maka ia akan semakin
46 resilien. Begitupunsebaliknya, semakin sedikit I Am yang dimiliki maka
individu tersebut semakin tidak resilien. I Can merupakan kemampuan individu untuk melakukan hubungan
sosial dan interpersonal. Individu yang memiliki keyakinan tentang I Can, akan mampu berkomunikasi serta memecahkan masalah dengan baik.
Kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam hati juga dimiliki oleh individu tersebut. Mereka dapat memahami karakteristik dirinya
sendiri dan orang lain,dan dapat menemukan seseorang untuk dimintai bantuan, menceritakan perasaan dan masalahnya, serta mencari cara untuk
menyelesaikan masalah pribadi dan interpersonal yang dihadapinya. Sebaliknya, jika individu tidak memiliki keyakinan tentang I Can, maka ia
akan menjadi pribadi tempramental yang tidak dapat mengatur dirinya dalam bersikap dan tidak dapat merespon apa yang terjadi di sekelilingnya dengan
baik.Semakin banyak I Can yang dimiliki seseorang, maka ia akan semakin resilien. Begitupunsebaliknya, semakin sedikit I Can yang dimiliki maka
individu tersebut semakin tidak resilien. Mahasiswa Bidikmisi sebagai individu yang kehidupannya tidak
lepas dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan tentu sangat membutuhkan resiliensi dalam menghadapi kondisi adversity tersebut,
sehingga mereka dapat beradaptasi dengan baik meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit. Selain itu, mahasiswa Bidikmisi yang memiliki resiliensi
akan menunjukan sifat-sifat positif dalam lingkungan yang beresiko dan mereka akan mampu keluar dari masalah dengan cepat serta tidak akan
47 membiarkan dirinya terbenam dengan perasaan sebagai korban lingkungan
dan keadaan.
D. Pertanyaan Penelitian