28
b. Otonomi
Otonomi kemandirian
seseorang berkembang
dengan banyaknya bantuan dan dukungan dari orang di sekitarnya Grotberg,
1999: 27. Otonomi autonomy adalah kesadaran seorang individu bahwa dirinya merupakan pribadi yang terpisah dari orang lain.
Pemahaman bahwa dirinya merupakan sosok mandiri yang terpisah dan berbeda dari lingkungan sekitar akan membentuk kekuatan-
kekuatan tertentu pada diri seseorang yang tidak dimiliki sebelumnya. Kekuatan tersebut akan sangat menentukan tindakan seseorang ketika
menghadapi masalah. Apabila seseorang individu berada di lingkungan yang
memberikan kesempatan padanya untuk menumbuhkan otonomi dirinya I have, maka ia akan memiliki pemahaman bahwa dirinya
adalah seorang yang mandiri, independen I Am. Kondisi demikian pada akhirnya akan menjadi dasar bagi dirinya untuk mampu
memecahkan masalah dengan kekuatan dirinya sendiri I Can. Seorang individu perlu mengerti tentang otonomi, karenanya ia
harus tahu batasan-batasan apa saja yang boleh dilakukan untuk menghadapi kesulitan dalam hidupnya. Selama individu itu mau
menerima aturan dan batasan, ia juga akan bisa menerima kenyataan bahwa ia bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan. Dalam belajar
menjadi otonom, seseorang tidak diberi kesempatan untuk menyalahkan orang lain atas apa yang dilakukannya.
29 Seorang individu dapat membangun kemandiriannya dengan
mengakui bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan dan ia mau belajar dari kesalahan mereka. Setiap orang bisa saja gagal dalam
suatu hal dan kegagalan merupakan salah satu sumber dari pengetahuan. Tidak masalah jika individu itu gagal. Ia bisa belajar
dari kegagalan yang terjadi dalam hidupnya. Individu yang bersedia mengambil resiko dan konsekuensi atas apa yang ia lakukan dan
merasa tidak sanggup menghadapi kesulitannya itu sendirian, tentu ia dapat meminta bantuan orang lain. Individu yang mandiri tidak berarti
harus mengasingkan diri dari orang disekitarnya.
c.
Inisiatif
Inisiatif initiative, yaitu faktor ketiga pembentuk resiliensi yang berperan dalam penumbuhan minat seseorang melakukan sesuatu
yang baru Grotberg, 1999: 41. Inisiatif juga berperan dalam mempengaruhi seseorang mengikuti berbagai macam aktivitas atau
menjadi bagian dari suatu kelompok. Dengan inisiatif, seorang individu menghadapi kenyataan bahwa dunia adalah lingkungan dari
berbagai macam aktivitas, dimana ia dapat mengambil bagian untuk berperan aktif dari setiap aktivitas yang ada.
Ketika seseorang berada pada lingkungan yang memberikannya kesempatan mengikuti aktivitas I Have, maka ia akan memiliki sikap
optimis serta bertanggung jawab I Am. Kondisi ini pada akhirnya
30 juga akan menumbuhkan perasaan mampu seseorang untuk
mengemukakan ide-ide kreatif, menjadi pemimpin I Can. Seorang individu mengembangkan inisiatifnya seperti yang
dilakukan individu lain pada umumnya. Kemungkinan besar seorang individu ingin ditolong oleh anggota keluarga dan teman-temannya
dalam melakukan aktivitas. Akan tetapi yang terpenting bahwa inisiatif itu dihasilkan dari dalam diri individu itu sendiri. Individu
tidak lagi melihat orang tuanya atau orang lain untuk merangsang minatnya. Tetapi, ia akan melihat apa yang menggairahkan dan
menarik bagi dirinya. Apabila individu tidak dapat mengambil inisiatif untuk mencapai
suatu hal, terutama karena ia ditolak oleh orang-orang yang diharapkan dapat membantunya, ia akan cenderung merasa bersalah
karena ia berpikir ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Atau ia mungkin akan merasa tidak layak mendapat cinta dan perhatian, dan
mungkin ia juga merasa bahwa dirinya adalah pribadi yang buruk.
d. Industri