Tehnik Pengumpulan Data Alat Pengumpulan Data Analisis Data

26 atas Tanah dan Bangunan BPHTB, Peraturan Walikota Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. 2. Bahan hukum sekunder adalah hasil penelitian para ahli yang termuat dalam literatur, artikel, media cetak maupun media elektronik mengenai perjanjian yang berhubungan dengan penelitian ini. 3. Bahan hukum tersier yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, jurnal ilmiah yang berhubungan dengan materi penelitian.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara melakukan penelitian kepustakaan library research untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pemikiran konseptual dan penelitian yang dilakukan oleh pihak lain yang relevan dengan penelitian ini dengan cara menelaah dan menginventarisasi pemikiran atau pendapat juga sejarah atau latar belakang pemikiran tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Untuk mendukung data dalam penelitian ini digunakan pula dengan wawancara dengan informan dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini yaitu para wajib pajak dan PPATNotaris wilayah kerja Kota P e k a n b a r u m a s i n g - m a s i n g 2 o r a n g . Universitas Sumatera Utara 27

4. Alat Pengumpulan Data

Bahan atau materi yang dipakai dalam tesis ini diperoleh melalui penelitian kepustakaan studi dokumen. Dari hasil penelitian kepustakaan diperoleh data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Melalui data sekunder akan tergambar penerapan peraturan perundang-undangan tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan di Kota Pekanbaru.

5. Analisis Data

Analisa data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 36 Di dalam penelitian hukum normatif, maka analisis data pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. “Sistematisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut, untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi”. 37 Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan dengan : 38 36 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002, hal. 101. 37 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, 1986, hal. 6. 38 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004, hal.45 Universitas Sumatera Utara 28 a. mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti; b. memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian; c. mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, asas atau doktrin; d. menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, Pasal atau doktrin yang ada; e. menarik kesimpulan dengan menggunakan pendekatan deduktif. Dengan demikian kegiatan analisis data ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang diharapkan dapat memberikan kesimpulan yang dilakukan dengan memakai analisa dedukatif yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya mengambil hal-hal yang khusus sebagai kesimpulan dari permasalahan dan tujuan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara 29

BAB II SISTEM PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK

ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI PEKANBARU

A. Defenisi Dan Klasifikasi Pajak. 1.

Defenisi dan Fungsi Pajak Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara dipandang sangatlah perlu untuk terus ditingkatkan sehingga pembangunan dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip kemandirian. 39 Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontra prestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 40 Pajak memiliki berbagai definisi yang pada hakikatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli adalah sebagai berikut. 1. P. J. A. Adriani Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum undang-undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran- 39 Tjip Ismail, Pengaturan Pajak Daerah di Indonesia, Jakarta : Yellow Printing, 2007, hal.1 40 Ida Zuraida dan L.Y. Hari Sih Advianto, Penagihan Pajak Pajak Pusat dan Pajak Daerah Dilengkapi dengan Kompilasi Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Bogor : Ghalia Indonesia, 2011, hal.3 29 Universitas Sumatera Utara 30 pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. 41 2. Rochmat Soemitro. Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontra prestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum. 42 3. Soeparman Soemahamidjaja. “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. 43 4. Edi Gernadi dan Kustadi Arinta. “Pajak adalah pembayaran berupa uang pada perbendaharaan umum negara dan daerah yang dikenakan atas wajib pajak berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”. 44 Pajak menurut Pasal 1ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan KUP memberikan 41 Rudy Suhartono dan Wirawan B. Ilyas, Panduan Komprehensif dan Praktis Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP Jakarta: Salemba Empat, 2010, hal.2 42 Rudy Suhartono dan Wirawan B. Ilyas, Ibid, hal.2 43 R. Santoso Brotodihardjo, Penghantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung: Refika Aditama, 2008, hal.5 44 Edi Garnadi dan Kustadi Arinta, Intisari dan Sarana ketentuan Perpajakan Nasional, Bandung: Alumni, 1984, hal. 4 Universitas Sumatera Utara 31 defenisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 45 Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak, baik pengertian secara ekonomis pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah atau pengertian secara yuridis pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak, antara lain sebagai berikut: 1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan, pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang. 2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik kontraprestasi perseorangan yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor. 3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan. 4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan. 5. Selain fungsi budgeter anggaran yaitu fungsi mengisi Kas NegaraAnggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial fungsi mengatur regulatif. 46 45 Rudy Suhartono dan Wirawan B. Ilyas, Ibid, hal.2 46 Rudy Suhartono dan Wirawan B. Ilyas, Ibid,hal.3 Universitas Sumatera Utara 32 Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal di atas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu: 1. Fungsi anggaran atau penerimaan budgetair: pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan pemerintah dan bermanfaat untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran. Penerimaan negara dari sektor perpajakan dimasukkan ke dalam komponen penerimaan dalam negeri pada APBN. 2. Fungsi mengatur regulerend : pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contohnya adalah pengenaan pajak yang lebih tinggi kepada barang mewah dan minuman keras. 3. Fungsi stabilitas : pajak sebagai penerimaan negara dapat digunakan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah. Contohnya adalah kebijakan stabilitas harga dengan tujuan untuk menekan inflasi dengan cara mengatur peredaran uang di masyarakat lewat pemungutan dan penggunaan pajak yang lebih efisien dan efektif. 4. Fungsi redistribusi pendapatan : penerimaan negara dari pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan nasional sehingga dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. 47

2. Penggolongan Pajak.