32
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal di atas maka pajak mempunyai beberapa fungsi,
yaitu:
1.
Fungsi anggaran atau penerimaan budgetair: pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan pemerintah dan bermanfaat untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran. Penerimaan
negara dari
sektor perpajakan
dimasukkan ke dalam komponen penerimaan dalam negeri pada APBN.
2.
Fungsi mengatur regulerend : pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Contohnya adalah pengenaan pajak yang lebih tinggi kepada barang mewah dan minuman keras.
3.
Fungsi stabilitas : pajak sebagai penerimaan negara dapat digunakan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah. Contohnya adalah kebijakan
stabilitas harga dengan tujuan untuk menekan inflasi dengan cara mengatur peredaran uang di masyarakat lewat pemungutan dan penggunaan pajak yang
lebih efisien dan efektif.
4.
Fungsi redistribusi pendapatan : penerimaan negara dari pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan nasional sehingga
dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
47
2. Penggolongan Pajak.
Apabila ditinjau dari sifatnya pajak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Pajak Subjektif adalah pajak yag berpangkal atau berdsarkan pada subjeknya,
dengan artian memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : pajak Penghasilan.
2. Pajak Objektif adalah pajak yang hanya memperhatikan objek tanpa memperhatikan wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan nilai dan Pajak
penjualan berang mewah.
48
47
Ibid, hal.3
48
Marihot Pahala Siahaan, Seri Hukum Pajak Indonesia, Hukum Pajak Elementer Konsep Dasar Perpajakan Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal.141
Universitas Sumatera Utara
33
Berdasarkan lembaga pemungutnya, pajak di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah yang terbagi menjadi pajak provinsi dan pajak
kabupatenkota. Pajak pusat adalah pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui undang-undang, yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat
dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah pusat
dan pembangunan. Pajak pusat dipungut oleh pemerintah pusat yang penyelenggaraan
pemungutannya dilaksanakan oleh Kementrian Keuangan.
49
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
Dengan demikian pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintahan daerah dengan Peraturan Daerah.
50
Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, berdasarkan pemungutnya di Indonesia dikenal 2 jenis pajak yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Pusat yang terdiri dari :
1. Pajak Penghasilan Diatur dalam Undang-undang Nomor
7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang diubah terakhir kali dengan Undang-undang Nomor 36
Tahun 2008. 2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009.
3. Bea Materai Diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai.
49
Ibid, hal 142
50
Ibid, hal.142
Universitas Sumatera Utara
34
4. Bea Masuk Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 jo. Undang-undang Nomor 17 Tahun
2006 tentang Kepabeanan. 5. Cukai
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 jo. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai.
Sedangkan Pajak Daerah terdiri dari :
1.
Pajak Provinsi terdiri dari: a.
Pajak Kendaraan Bermotor; b.
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c.
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d.
Pajak Air Permukaan; dan e.
Pajak Rokok.
2.
Jenis Pajak KabupatenKota terdiri atas: a.
Pajak Hotel; b.
Pajak Restoran; c.
Pajak Hiburan; d.
Pajak Reklame; e.
Pajak Penerangan Jalan; f.
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g.
Pajak Parkir; h.
Pajak Air Tanah; i.
Pajak Sarang Burung Walet; j.
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k.
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
51
B. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB. 1.
Pengertian BPHTB
BPHTB merupakan salah satu pajak objektif atau pajak yang terutang dan harus dibayar oleh pihak yang memperoleh suatu hak atas tanah dan bangunan agar
akta risalah lelang, atau surat keputusan pemberian hak dapat dibuat dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
52
51
Waluyo, Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 2 Jakarta: Salemba Empat, 2011, hal.237
52
Marihot Pahala Siahaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Teori Dan Praktek, Edisi I ,Cet. I, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005, hal.160
Universitas Sumatera Utara
35
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan merupakan pajak yang harus dibayar sebagai akibat dari diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan yang
meliputi hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan.
Pemungutan BPHTB diatur dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
53
Terdapat 3 tiga unsur yang terkandung dari bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB, yaitu bea pajak, perolehan, hak atas tanah dan bangunan,
yang pengertiannya merupakan satu kesatuan, yaitu: 1. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan
atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut pajak.
54
2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan: adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas dan atau bangunan oleh
orang pribadi atau badan.
55
3. Hak atas tanah: adalah hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
56
4. Bangunan adalah hak yang melekat pada hak atas tanah.
53
Ibid, hal.226
54
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan, Pasal 1 ayat 1
55
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan, Pasal 1 ayat 2
Universitas Sumatera Utara
36
Subjek hukum atau Wajib Pajak dalam BPHTB adalah wajib pajak orang perorangan danatau badan yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan melalui
perbuatan hukum dan peristiwa hukum.
57
2. Objek BPHTB