56
orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
89
Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Obyek Pajak NPOP. Secara umum NPOP dibagi menjadi 3 dasar, yakni:
1. Harga transaksi: jual beli, penunjukan pembeli dalam lelang. 2.Nilai pasar: tukar menukar, hibah, pemberian hak baru, hibah wasiat,
waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, peralihan hak karena
putusan hakim yang tetap, pemberian hak baru, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha dan hadiah.
3.NJOP PBB, apabila NPOP tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP PBB. Sementara itu, NJOP ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
90
Setelah menjadi pajak daerah kabupaten atau kota, Pasal 9 ayat 2 Undang- Undang BPHTB diadopsi oleh Pasal 90 ayat 2 Undang-Undang PDRD, sehingga
masih tetap menegaskan bahwa pajak terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak atas tanah dan bangunan.
91
4. Sistem pemungutan BPHTB di Pekanbaru.
Pemungutan BPHTB di Pekanbaru diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan. Berdasarkan
ketentuan Pasal 7 ayat 2 Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB memuat bahwa Sistem dan
Prosedur pemungutan BPHTB diatur dengan Peraturan Walikota. Untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 04 Tahun
2010 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB tersebut,
89
Waluyo, Ibid, hal.229
90
Mardiasmo, Op.Cit, hal.27
91
Bastari, Sistem Pemungutan BPHTB dalam Seminar BPHTB Pasca Pengalihan Dari Pajak Pusat Menjadi Pajak Daerah di Medan pada tanggal 29 Januari 2013
Universitas Sumatera Utara
57
Walikota Pekanbaru mengeluarkan Peraturan Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
sebagai landasan hukum operasional dan teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan BPHTB.
Sistem dan Prosedur Pemungutan BPHTB mencakup seluruh rangkaian proses yang harus dilakukan dalam menerima, menatausahakan, dan melaporkan penerimaan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
92
Prosedur pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dimaksud meliputi:
a. prosedur pengurusan Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan atau Bangunan; b. prosedur pembayaran BPHTB;
c. prosedur penelitian Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB SSPD BPHTB; d. prosedur pendaftaran Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan atau Bangunan;
e. prosedur pelaporan BPHTB; f. prosedur penagihan;
g. prosedur pengurangan.
93
Prosedur penelitian Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB merupakan proses verifikasi kelengkapan dokumen dan kebenaran data terkait objek pajak yang
tercantum dalam Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB.
94
Prosedur ini dilakukan setelah Wajib Pajak melakukan pembayaran BPHTB terutang dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak Daerah SSPD BPHTB melalui Bank yang Ditunjuk Bendahara Penerimaaan.
95
92
Pasal 2 ayat 1 Peraturan Walikota Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
93
Pasal 2 ayat 2 Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
94
Lampiran III Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
95
Ibid
Universitas Sumatera Utara
58
Prosedur verifikasi dilakukan oleh Fungsi Pelayanan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru untuk meneliti kebenaran dan kelengkapan Surat Setoran
Pajak Daerah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan SSPD BPHTB dan dokumen
pendukungnya.
96
Penelitian SSPD
BPHTB dapat
disertai dengan
pemeriksaan lapangan.
97
Penelitian kebenaran data peralihan hak atas tanah dan bangunan yang tercantum dan tertera dalam Surat Setoran Pajak Daerah Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan SSPD BPHTB merupakan syarat yang harus dilakukan sebelum Fungsi Pelayanan menandatangani SSPD BPHTB. Apabila SSPD BPHTB
belum ditanda-tangani oleh Fungsi Pelayanan Dispenda, maka penandatangan akta peralihan hak di hadapan PPATNotaris juga belum dapat dilakukan PPATNotaris
hanya dapat menandatangani akta peralihan hak tersebut setelah wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak kepada PPATNotaris yang bersangkutan.
Apabila PPATNotaris melanggar ketentuan tersebut maka akan dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp.7.500.000.
Sebagai suatu negara hukum maka setiap peraturan yang dibuat oleh pemerintah bersama DPR harus memenuhi ketentuan Peraturan Pembentukan
Perundang-undangan. Hal tersebut secara tegas dimuat dalam ketentuan Pasal 8 ayat 2 yang mengatur bahwa Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana
96
Pasal 2 ayat 5 Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Sistem Dan Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Di Kota Pekanbaru.
97
Lampiran III Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Universitas Sumatera Utara
59
dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. Pemungutan pajak BPHTB dilakukan dengan sistem menghitung sendiri pajak
terutang Self Assessment System oleh Wajib Pajak.
98
Peraturan Walikota
Pekanbaru sebagai
peraturan pelaksanaan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Pekanbaru juga mengatur Sistem dan prosedur
pemungutan BPHTB dengan melakukan verifikasi, tidak sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
dan peraturan pelaksanaannya.
99
Verifikasi adalah serangkaian kegiatan pengujian pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif atau penghitungan dan pembayaran pajak, berdasarkan
permohonan Wajib Pajak atau berdasarkan data dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh Direktur Jenderal Pajak, dalam rangka menerbitkan surat
ketetapan pajak, menerbitkanmenghapus Nomor Pokok Wajib Pajak danatau mengukuhkanmencabut pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
100
Verifikasi merupakan bagian dari pemeriksaan yang bertujuan untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, sedangkan pembayaran pajak berdasarkan Surat
98
Pasal 98 Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak
99
Candra Fajri Ananda, dkk, Tim Asistensi Kementrian Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal, Analisa Dampak Pengalihan Pemungutan BPHTB ke Daerah Terhadap Kondisi Fiskal
Daerah,Jakarta : Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan, 2012, hal.11-12
100
Pasal 1 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
Universitas Sumatera Utara
60
Ketetapan Pajak merupakan Official Assesment System yaitu sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak dihitung
dan ditetapkan oleh aparat pajak atau fiskus.
101
Verifikasi dalam rangka menerbitkan surat ketetapan pajak ini dapat dilakukan untuk 1 satu atau beberapa jenis pajak, baik untuk 1 satu atau beberapa Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.
102
Kegiatan verifikasi dalam penelitian dan penentuan NPOP atas peralihan hak yang diatur oleh Walikota Pekanbaru merupakan suatu pemaksaan suatu yang bukan
peraturan hukum dijadikan aturan hukum karena Peraturan Walikota tidak dikenal dalam jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia. Peraturan
Walikota yang dibentuk atas
dasar perintah
dari Undang-undang tersebut
dikategorikan sebagai peraturan perundang-undangan atas dasar delegasi delegated legislation. Dengan demikian, secara umum peraturan perundang-undangan delegasi
adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk atas dasar perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Delegasi kewenangan pemungutan discretion BPHTB dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah KabupatenKota adalah sesuai dengan amanat Undang-undang
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PDRD.
101
Marihot Pahala Siahaan, Op.Cit, hal.182
102
http:www.pajak.go.idcontentseri-kup-verifikasi-dalam-rangka-penerbitan-ketetapan- pajak diakses tanggal 11 Juli 2014
Universitas Sumatera Utara
61
Dalam hal pelimpahan wewenang pemerintahan melalui delegasi ini terdapat syarat-syarat sebagai berikut:
1. Delegasi harus definitive dan pemberi delegasi delegans tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu.
2. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, artinya delegasi hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dalam peraturan
perundang-undangan. 3. Delegasi
tidak kepada
bawahan, artinya
dalam hubungan
hierarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi.
4. Kewajiban memberikan keterangan penjelasan, artinya delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut.
5. Peraturan kebijakan beleidsregel, artinya delegan memberikan instruksi petunjuk tentang penggunaan wewenang tersebut.
Dalam hal atribusi, penerima wewenang dapat menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang yang sudah ada dengan tanggungjawab intern dan
ekstern pelaksanaan wewenang yang diatribusikan sepenuhnya berada pada penerima wewenang atributaris. Pada delegasi tidak ada penciptaan
wewenang, namun hanya ada pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu kepada pejabat yang lain. Tanggung jawab yuridis tidak lagi berada pada
pemberi
delegasi delegans,
tetapi beralih
pada penerima
delegasi delegataris. Pada mandate, penerima mandate mandataris hanya bertindak
untuk dan atas nama pemberi mandate mandans, tanggung jawab akhir keputusan yang diambil mandataris tetap berada pada mandans.
103
Peraturan perundang-undangan, dalam konteks negara hukum adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
mengikat secara umum. Peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Keberadaan dan kekuatan mengikat peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang No. 122011 tidak hanya mengatur
keberadaan peraturan perundang-undangan atas dasar delegasi peraturan yang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tetapi juga
103
Ridwan HR, Op.Cit, hal 107
Universitas Sumatera Utara
62
menegaskan adanya peraturan perundang-undangan “yang dibentuk atas dasar kewenangan”.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak mengatur secara tegas dan jelas tentang sistem pemungutan BPHTB.
Akan tetapi peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala
Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak, telah mengatur bahwa pemungutan pajak BPHTB dilakukan dengan sistem menghitung sendiri pajak terutang Self
Assessment System. Peraturan Walikota sebagai peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah yang mengatur Sistem dan prosedur pemungutan BPHTB dengan memerintahkan untuk melakukan verifikasi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak
sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Adapun jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan dalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
menegaskan bahwa, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas : 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; 3. Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah; 5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
Universitas Sumatera Utara
63
7. Peraturan Daerah KabupatenKota.
104
Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, tidak terlepas dalam dari Teori Stuffenbau Hans Kelsen. Hans Kelsen dalam Teori Stuffenbau membahas
mengenai jenjang norma hukum, dimana ia berpendapat bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan.
Teori Stufenbau adalah teori mengenai sistem hukum oleh Hans Kelsen yang menyatakan bahwa sistem hukum merupakan sistem anak tangga dengan kaidah
berjenjang dimana norma hukum yang paling rendah harus berpegangan pada norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah hukum yang tertinggi seperti konstitusi harus
berpegangan pada norma hukum yang paling mendasar grundnorm.
105
Peraturan hukum dalam pengertian tertib hukum merupakan kesatuan keseluruhan serta mempunyai susunan bertingkat atau berjenjang. Bahwa peraturan
hukum yang banyak jumlahnya merupakan suatu sistem, karena peraturan hukum yang satu lebih tinggi merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan yang lain
yang lebih rendah. Demikian bertingkat-tingkat dan berjenjang-jenjang. Demikian menurut Hans Kelsen yang juga dikenal dengan Stufenbau des Recht.
106
Agar peraturan hukum mempunyai dasar kekuatan mengikat, harus ada rujukan pembentukan peraturan hukum sampai pada tingkat paling tinggi, yaitu
norma dasar. Tanpa adanya susunan bertingkat atau berjenjang, maka peraturan hukum tidak mengandung tertib hukum.
104
Pasal 7 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
105
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif., Bandung: Nusamedia Nuansa, 2007, hal 71.
106
Ibid, hal.71
Universitas Sumatera Utara
64
BAB III SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP NPOP HASIL VERIFIKASI YANG
TIDAK SESUAI DENGAN KEADAAN YANG SEBENARNYA DI KOTA PEKANBARU
A. Tinjauan Tentang Sanksi Hukum. 1.
Sanksi Hukum.
Gagasan tentang negara hukum yang telah dikembangkan oleh para ahli baik oleh Plato, Aristoteles, John Lock, Montesque dan sebagainya masih bersifat samar-
samar dan tenggelam dalam waktu yang sangat panjang, kemudian muncul kembali secara lebih eksplisit pada abad ke-19, yaitu dengan munculnya konsep Rechsstaat
yang dikembangkan oleh Freidrich Julius Stahl di Eropa Contiental yang diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant.
107
Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum rechtsstaat adalah:
1. Perlindungan hak-hak asasi manusia; 2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;
3. Pemerintahan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan; dan 4. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Pada saat yang hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum Rule of Law yang dikembangkan oleh A.V Dicey, yang lahir dalam naungan sistem hukum
Anglo-Saxon. Dicey mengemukakan unsur-unsur Rule of Law sebagai berikut : 1. Supremasi aturan-aturan hukum supremacy of the law, yaitu tidak adanya
kekuasaan sewenang-wenang absence of arbitrary power; 2. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum equality before the law.
Dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun orang pejabat.
107
Ibid, hal.3
64
Universitas Sumatera Utara
65
3. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang di negara lain oleh Undang-Undang Dasar serta keputusan-keputusan pengadilan.
108
Kekuasaan bersumber
dari wewenang
formal formal
authority. Kewenangan formal memberikan seseorang untuk berkuasa melakukan sesuatu yang
bertujuan untuk menegakkan hukum. Tanpa kekuasaan, maka penegakan hukum sulit terlaksana.
Hukum memerlukan
kekuasaan bagi
pelaksanaannya, sebaliknya
kekuasaan itu ditentukan batas-batasnya oleh hukum. Hukum dan sanksi dapat diibaratkan dua sisi uang yang satu saling
melengkapi. Hukum tanpa sanksi sangat sulit melakukan penegakan hukum, bahkan dapat dikatakan bahwa norma sosial tanpa sanksi hanyalah moral, bukan hukum,
sebaliknya sanksi tanpa hukum dalam arti kaidah akan terjadi kesewenang-wenangan penguasa.
Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana diamanatkan di dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat 3 yang
berbunyi “Indonesia adalah Negara Hukum”. Sebagai konsekuensi dari Indonesia sebagai Negara Hukum yang berdasarkan
kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka segala aspek kehidupan dan bidang kemasyarakatan, kebangsaan dan
kenegaraan termasuk pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum.
108
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia Surabaya: Bina Ilmu, 1987, hal.76-82.
Universitas Sumatera Utara
66
Sebagai Negara Hukum, dalam penyelenggaraan pemerintahan negara tentunya tidak terlepas dari Peraturan Perundang-Undangan sebagai hukum positif
yang berlaku di Indonesia.
109
Sanksi selalu terkait dengan norma hukum atau kaidah hukum dengan norma- norma lainnya, misalnya norma kesusilaan, norma agama atau kepercayaan, norma
sopan santun.
110
Dengan sanksilah maka dapat dibedakan antara norma hukum dengan norma lainnya
sebagaimana dikemukakan oleh Hans Kelsen bahwa
perbedaan mendasar antara hukum dan moral adalah : hukum merupakan tatanan pemaksa, yakni sebuah tatanan norma yang berupaya mewujudkan perilaku tertentu
dengan memberikan tindakan paksa yang diorganisir secara sosial kepada perilaku yang sebaliknya; sedangkan moral merupakan tatanan sosial yang tidak memiliki
sanksi semacam itu. Sanksi dari tatanan moral hanyalah kesetujuan atas perilaku yang sesuai
norma dan ketidaksetujuan terhadap perilaku yang bertentangan dengan norma, dan tidak ada tindakan paksa yang diterapkan sebagai sanksi.
111
Hukum sebagai pengaturan perbuatan-perbuatan manusia oleh kekuasaan dikatakan sah bukan hanya dalam keputusan melainkan juga dalam pelaksanaannnya
sesuai dengan hukum kodrat, dengan kata lain hukum harus sesuai dengan ideologi bangsa sekaligus sebagai pengayom rakyat.
112
109
Ridwan HR, Op.Cit, hal.1
110
Zainuddin Ali, Filsafat Hukum Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal.43
111
Hans Kelsen, Op.Cit, hal 71.
112
Dahlan Thaib, Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2008, hal. 76.
Universitas Sumatera Utara
67
Konsekuensi pengakuan
ini mengisyaratkan
adanya lembaga-lembaga
peradilan, sebab lembaga peradilan ialah merupakan syarat bagi suatu negara yang menamakan diri sebagai negara hukum.
113
Persepsi terhadap hukum penting artinya untuk memahami adil tidaknya hukum, dan ada tidaknya kepatuhan terhadap hukum. Terutama halnya aparatur
pemerintah sebagai mesin penggerak Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum.
Undang-undang Dasar 1945 menetapkan bahwa Negara Republik Indonesia suatu negara hukum rechstsaat dibuktikan dari ketentuan dalam pembukaan, batang
tubuh , dan penjelasan Undang-undang Dalam Amandemen Undang-undang Dasar 1945, teori equality before the law termasuk dalam Pasal 27 ayat 1 yang
menyatakan bahwa : Segala Warga Negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya. Hal tersebut merupakan pengakuan dan jaminan hak kesamaan semua
warganegara dalam hukum dan pemerintahan. Teori dan konsep equality before the law seperti yang dianut oleh Pasal 27 ayat 1 . Amandemen Undang-undang Dasar
1945 tersebut menjadi dasar perlindungan bagi warga Negara agar diperlakukan sama dihadapan hukum dan pemerintahan. Hal ini dimaksud, bahwa semua orang
diperlakukan sama di depan hukum. Equality before the law dalam arti sederhananya bahwa semua orang sama di depan hukum.
113
Rusli Muhammad, Potret Lembaga Pengadilan Indonesia Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hal.1
Universitas Sumatera Utara
68
Persamaan dihadapan hukum atau equality before the law adalah salah satu asas terpenting dalam hukum modern. Asas ini menjadi salah satu sendi doktrin Rule
of Law yang juga menyebar pada negara-negara berkembang seperti Indonesia. Asas equality before the law ini merupakan salah satu manifestasi dari
Negara hukum rechtstaat sehingga harus adanya perlakuan sama bagi setiap orang di depan hukum gelijkheid van ieder voor de wet. Dengan demikian, elemen yang
melekat mengandung makna perlindungan sama di depan hukum equal justice under the law dan mendapatkan keadilan yang sama di depan hukum.
Hukum dan sanksi dapat diibaratkan dua sisi uang yang satu saling melengkapi. Hukum tanpa sanksi sangat sulit melakukan penegakan hukum, bahkan
dapat dikatakan bahwa norma sosial tanpa sanksi hanyalah moral, bukan hukum, sebaliknya sanksi tanpa hukum dalam arti kaidah akan terjadi kesewenang-wenangan
penguasa. Hukum sebagai suatu instrumen yang keberadaannya sangat dibutuhkan dan
melekat pada setiap kehidupan sosial masyarakat. Hukum diperlukan untuk mewujudkan dan menjaga tatanan kehidupan bersama yang harmonis. Tanpa adanya
aturan hukum, maka kehidupan masyarakat akan tercerai-berai dan tidak dapat lagi disebut sebagai satu kesatuan kehidupan sosial yang harmonis.
Norma hukum dapat berupa sebagai suatu perintah ataupun larangan yang bertujuan agar setiap individu anggota masyarakat dalam melakukan sesuatu tindakan
yang diperlukan untuk menjaga harmoni kehidupan bersama atau sebaliknya agar masyarakat tidak melakukan suatu tindakan yang dapat merusak tatanan kehidupan
Universitas Sumatera Utara
69
masyarakat itu sendiri. Jika tindakan yang diperintahkan itu tidak dilakukan atau dengan kata lain suatu larangan dilanggar maka keseimbangan harmoni masyarakat
akan terganggu. Karakteristik hukum sebagai norma atau kaidah selalu dinyatakan berlaku
secara umum dan universal yang dikenal dengan asas equality before the law persamaan di depan hukum untuk siapa saja dan dimana saja dalam wilayah negara
tanpa membeda-bedakan dari segi apapun atau tidak berlaku secara diskriminatif kecuali jika dalam pelaksanaannya ada oknum aparat penegak hukum dalam struktur
hukum telah memberlakukan hukum itu sendiri secara diskriminatif. Demi tercapainya suatu ketertiban dan kedamaian maka hukum berfungsi
untuk memberikan jaminan bagi seseorang agar kepentingannya diperhatikan oleh setiap orang lain. Jika kepentingan itu terganggu, maka hukum harus melindunginya
serta setiap ada pelanggaran hukum. Oleh karenanya hukum itu harus dilaksanakan dan ditegakkan tanpa membeda-bedakan atau tidak memberlakukan hukum secara
diskriminatif. Dengan demikian, dalam upaya untuk menjaga ketertiban kehidupan
bermasyarakat maka hukum harus ditegakkan yaitu dengan cara setiap kejahatan dan pelanggaran terhadap hukum harus mendapatkan sanksi sesuai dengan tingkat
kejahatan dan pelanggaran itu sendiri. Sanksi terdiri atas berbagai macam bentuk yang bertujuan memberikan keadilan.
Jenis sanksi hukum dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Sanksi hukum pidana
Universitas Sumatera Utara
70
2. Sanksi hukum perdata 3. Sanksi hukum administratifadministrasi.
Sanksi hukum dalam hukum pidana disebut hukuman. Menurut R. Soesilo hukum adalah suatu perasaan tidak enak sengsara yang dijatuhkan oleh hakim
dengan vonis kepada orang yang telah melanggar undang-undang hukum pidana. Hukuman dalam hukum pidana terdiri atas:
a. Pidana Pokok: 1.
Pidana Mati 2.
Pidana Penjara 3.
Kurungan 4.
Denda b. Pidana Tambahan:
1. Pencabutan hak-hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu
3. Pengumuman putusan hakim
114
Sedangkan dalam hukum perdata, bentuk sanksi hukuman dapat berupa: 1. Kewajiban untuk memenuhi prestasi
2. Hilangnya suatu keadaan hukum, yang diikuti dengan terciptanya suatu keadaan hukum yang baru.
Dalam hukum perdata putusan yang dijatuhkan oleh hakim dapat berupa : 1. Putusan Declaratoir, yaitu putu menciptakan suatu keadaan yang sah menurut
hukum. Putusan ini semata-mata hanya bersifat menerangkan dan menegaskan suatu keadaan hukum. Contohnya putusan yang mengatakan bahwa penggugat
sebagai pemilik yang sah atas tanah sengketa.
2. Putusan Condemnatoir, yaitu putusan yang bersifat menghukum pihak yang