BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Crockett 1997, stabilitas keuangan erat kaitannya dengan kesehatan suatu perekonomian. Semakin sehat sektor keuangan di suatu negara,
semakin sehat pula perekonomian, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian perkembangan sektor keuangan, termasuk di dalamnya pasar modal, merupakan
salah satu indikator yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan atau kestabilan perekonomian. Pergerakan harga saham, obligasi, dan sebagainya di
pasar modal suatu negara disebabkan oleh persepsi investor terhadap kondisi pasar modal. Persepsi inilahyang akan mempengaruhi dana investasi yang masuk
ke negara tertentu, sehingga mempengaruhi keadaan perekonomian negara yang bersangkutan.
2
Pasar modal Indonesia mengalami pasang surut sejak awal kehadirannya. Pertumbuhan pasar modal tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga
kondisi perekonomian dunia. Perdagangan saham ini mulai berkembang pesat pada tahun 1989, sejak diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan
No.1055KMK.0131989 dimana investor asing diberi kesempatan untuk memiliki saham perusahaan di Indonesia sampai batas maksimum 49 di pasar
perdana, maupun 49 empat puluh sembilan perseratus saham yang tercatat di
2
Mita Nezky, “Pengaruh Krisis Ekonomi Amerika Serikat Terhadap Bursa Saham dan Perdagangan Indonesia” Jurnal Ekonomi Bank Indonesia, hlm. 90.
Universitas Sumatera Utara
bursa efek dan bursa paralel yang diselenggarakan oleh Bapepam dan Bursa Paralel Indonesia.
3
Dalam proses perkembangan pasar modal, Indonesia telah beberapa kali mengalami guncangan dalam perekonomian nasional, terutama pada tahun 1998
dan 2008. Krisis 1998 diakui sebagai guncangan paling dahsyat dan menjadi masa gelap dalam perekonomian nasional.
4
Krisis moneter yang melanda Indonesia ini berubah menjadi krisis ekonomi, yakni lumpuhnya kegiatan ekonomi karena
semakin banyak perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Krisis ini tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis
moneter saja, sebagian diperberat oleh berbagai musibah nasional yang datang secara bertubi-tubi di tengah kesulitan ekonomi seperti kegagalan panen padi di
banyak tempat karena musim kering yang panjang dan terparah selama 50 tahun terakhir, hama, kebakaran hutan secara besar-besaran di Kalimantan dan peristiwa
kerusuhan yang melanda banyak kota pada pertengahan Mei 1998 lalu serta faktor-faktor lainnya.
5
Krisis ekonomi kembali terjadi di Indonesia pada tahun 2008 yang dikenal sebagai krisis Subprime Mortgage. Pada pertengahan tahun 2007, Amerika
Serikat dilanda krisis subprime mortgage dan memuncak pada September 2008, yang ditandai dengan pengumuman kebangkrutan beberapa lembaga keuangan.
3
okezone.com, “Pasang Surut Pasar Modal Indonesia”, http:economy.okezone.comread20130811226848741redirect diakses pada tanggal 27
Februari 2014
4
Sri Wiyanti, “Ini perbedaan krisis ekonomi 1998, 2008 dan 2013 versi BI”, http:www.merdeka.comuangini-perbedaan-krisis-ekonomi-1998-2008-dan-2013-versi-bi.html
diakses pada tanggal 27 Februari 2014
5
Lepi T. Tarmidi, “Krisis Moneter Indonesia: Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran” Jurnal Ekonomi Bank Indonesia, hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
Awal mula masalah tersebut terjadi pada periode 2000-2001, saat saham-saham perusahaan yang menjalankan sebagian bisnisnya dengan internet di Amerika
Serikat kolaps, sehingga perusahaan-perusahaan yang menerbitkan saham tersebut tidak mampu membayar pinjaman ke bank. Untuk mengatasi hal tersebut, The Fed
Bank Sentral AS menurunkan suku bunga. Suku bunga yang rendah dimanfaatkan oleh para perusahaan developer dan perusahaan pembiayaan
perumahan. Rumah-rumah yang dibangun oleh developer dan dibiayai oleh perusahaan pembiayaan perumahan adalah rumah-rumah murah, dijual kepada
kalangan berpenghasilan rendah yang tidak memiliki jaminan keuangan yang memadai. Dengan runtuhnya nilai saham perusahaan-perusahaan tersebut, bank
menghadapi gagal bayar dari para debiturnya developer dan perusahaan pembiayaan perumahan.
6
Nilai tukar Rupiah terhadap USD mulai merosot sejak pertengahan tahun 2008 dan terus terdepresiasi hingga mencapai level terendah pada awal tahun
2009 yaitu sebesar Rp. 11.900 per 1 USD. Perubahan nilai tukar yang terjadi akan yang mempengaruhi kegiatan ekspor impor di negara tersebut, karena Dollar
masih merupakan mata uang yang mendominasi pembayaran perdagangan global. Kenaikan maupun penurunan ekspor dan impor akan mempengaruhi penerimaan
negara yang diperoleh dari pajak perdagangan internasional. Depresiasi rupiah pada pertengahan tahun 2008 menyebabkan peningkatan ekspor yang
mempengaruhi penerimaan bea keluar pada khususnya dan pajak perdagangan internasional pada umumnya. Perubahan nilai ekspor dan impor juga
6
Mita Nezky, Loc. Cit., hlm. 90.
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi Produk Domestik Bruto PDB Indonesia. Indeks produksi merupakan indikator perekonomian yang sering digunakan untuk menggantikan
PDB dikarenakan publikasi datanya yang dilakukan setiap bulan. Pada krisis ekonomi 2008 ini, akar permasalahnya adalah dari negara lain
tetapi Indonesia terkena imbas dari krisis finansial global yang sangat mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri. Salah satu dampak dari krisis
finansial global adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008. Dampak negatif lainnya, antara lain:
7
1. Menurunnya kinerja neraca pembayaran
Saat terjadinya krisis global, Amerika Serikat mengalami resesi yang serius, sehingga terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang kemudian
menggerus daya beli masyarakat Amerika. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena Amerika Serikat merupakan pangsa pasar yang
besar bagi negara-negara lain termasuk Indonesia. Penurunan daya beli masyarakat di Amerika menyebabkan penurunan permintaan impor dari
Indonesia. Dengan demikian, ekspor Indonesia ikut menurun. Inilah yang menyebabkan terjadinya defisit Neraca Pembayaran Indonesia NPI.
Penyebab lain terjadinya defisit NPI adalah derasnya aliran keluar modal asing dari Indonesia khususunya pada pasar SUN Surat Utang Negara dan SBI
Sertifikat Bank Indonesia. Hal tersebut menyebabkan investasi portofolio mencatat defisit sejak kuartal III-2008 dan terus meningkat pada kuartal IV-
7
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia, “Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Tengah Krisis Keuangan Global”,
http:www.setneg.go.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=3698 diakses pada tanggal 28 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
2008. Selain itu, adanya sentimen negatif terhadap pasar keuangan global juga membuat terjadinya pelepasan aset finansial oleh investor asing dan membuat
neraca finansial dan modal ikut menjadi defisit. 2.
Tekanan pada nilai tukar Rupiah. Pada masa krisis global ini terjadi keketatan likuiditas global akibat
perusahaan dan rumah tangga lebih menjaga likuiditasnya untuk berjaga-jaga dari berbagai resiko bisnis yang meningkat akibat krisis global. Rumah tangga
konsumen pun mulai menahan diri untuk berbelanja guna mengantisipasi terhadap goncangan yang mungkin terjadi. Hal ini yang menyebabkan sulitnya
mencari dana talangan dalam membiayai defisit anggaran pemerintah. Keketatan likuiditas diperparah oleh sikap bank yang terlalu berhati-hati
dalam mengucurkan kreditnya dalam rangka meminimalisir terjadinya kredit macet. Dengan demikian, supply Dollar relatif sangat menurun. Hal inilah
yang memberikan efek depresiasi terhadap Rupiah. 3.
Dorongan pada laju inflasi. Dorongan tersebut berasal dari lonjakan harga minyak dunia yang mendorong
dikeluarkannya kebijakan subsidi harga BBM. Lonjakan harga tersebut berdampak pada kenaikan harga barang yang ditentukan pemerintah
administered prices seiring dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Tekanan inflasi pun meningkat akibat harga komoditi global
yang tinggi. Namun inflasi tersebut berangsur menurun di akhir tahun 2008 karena harga komoditi internasional, pangan, dan energi dunia menurun dan
penurunan harga subsidi BBM.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2013 ini mulai terasa kembali guncangan terhadap stabilitas ekonomi dalam negeri. Perdagangan Efek di Bursa Efek Indonesia mendapat
tekanan yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan yang bergerak tidak stabil. Kecenderungan terjadi pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan tersebut
didorong oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Faktor yang berpengaruh dari dalam negeri antara lain perlambatan ekonomi,
current account deficit , pelemahan nilai tukar rupiah dan tekanan inflasi.
8
Penyebab daripada melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang Dollar ini adalah karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sangat cepat dan
diikuti oleh terus meningkatnya impor serta melambatnya ekspor. Akibatnya, defisit neraca perdagangan berjalan semakin lebar dan tak terkendali. Sedangkan
pengaruh dari luar negeri tertuju pada isu perlambatan ekonomi global serta tapering Quantitative Easing oleh The Fed.
9
Dari level tertinggi 5.214,976 pada tanggal 20 Mei 2013, indeks harga saham gabungan sempat mengalami penurunan 20,04 ke level 4.169,827 pada
tanggal 23 Agustus dan terus menurun ke level terendah pada posisi 3.967,842 tanggal 27 Agustus 2013 atau turun 23,91.
10
Untuk mengatasi hal tersebut, maka pemerintah melakukan berbagai langkah dalam bentuk pengeluaran regulasi
di bidang ekonomi dan intervensi terhadap ekonomi nasional. Salah satunya ialah menginstruksikan pemberlakuan pembelian kembali buyback saham yang
beredar di pasar modal. Pemerintah menganjurkan kepada perusahaan-perusahaan
8
Otoritas Jasa Keuangan, “Laporan Triwulan OJK” Laporan Triwulanan versi digital PDF, hlm. 4.
9
Laporan Triwulan OJK, Loc. Cit., hlm. 4.
10
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
baik Badan Usaha Milik Negara maupun Perseroan Terbuka untuk melakukan pembelian kembali buyback saham. Tujuan dari pembelian kembali buyback
saham yang dilakukan adalah agar saham perusahaan dapat menjadi lebih stabil. Tindakan ini tentu telah melalui berbagai pertimbangan dan pemikiran yang
masuk dari pihak Otoritas Jasa Keuangan OJK di tengah kejatuhan IHSG. Beberapa Emiten yang telah melakukan pembelian kembali buyback sahamnya,
misalnya: PT Gobal Mediacom Tbk BMTR, PT Ace Hardware Tbk ACES, dan PT Media Nusantara Citra MNCN.
Pada krisis tahun 2008, pembelian kembali buyback saham juga pernah dilakukan tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Ketentuan tersebut
termuat dalam Peraturan Nomor XI.B.3 yang merupakan modifikasi dari Peraturan Nomor XI.B.2 tentang pembelian kembali saham oleh emiten atau
perusahaan publik dalam kondisi pasar yang berpotensi krisis. Emiten wajib melakukan keterbukaan informasi pembelian kembali buyback saham seperti
yang diatur dalam peraturan XI.B.3.
11
Dalam rangka mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan dan menekan jatuhnya IHSG serta kemudahan bagi Emiten atau
Perusahaan Publik untuk melakukan aksi korporasi pembelian kembali buyback sahamnya, Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan kebijakan terkait dengan
pembelian kembali buyback saham, yakni sebagai berikut:
12
11
Hukum Online, “Otoritas Jasa Keuangan: Buyback Bisa Dilakukan Tanpa RUPS” http:www.hukumonline.comberitabacalt5215c9dbe4f82Otoritas Jasa Keuangan--buyback-
bisa-dilakukan-tanpa-rups diakses pada tanggal 28 Februari 2014
12
Otoritas Jasa Keuangan, Loc. Cit., hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
1. Pada tanggal 23 Agustus 2013, Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan Peraturan
No. 2POJK.042013 tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi
Secara Signifikan. Dalam peraturan tersebut menyebutkan bahwa kondisi pasar dianggap berfluktuasi secara signifikan jika indeks harga saham di Bursa
Efek Indonesia selama 3 hari bursa berturut-turut turun 15 atau lebih atau kondisi lain yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan.
2. Selanjutnya, pada tanggal 27 Agustus 2013 Otoritas Jasa Keuangan
menerbitkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 1SEOJK.042013 tentang Kondisi Lain Sebagai Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara
Signifikan Dalam Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik.
Emiten atau perusahaan publik hanya dapat melakukan pembelian kembali buyback saham tanpa Rapat Umum Pemegang Saham pada kondisi pasar yang
berfluktuasi secara signifikan. Kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan adalah:
13
1. Indeks harga saham gabungan di Bursa Efek selama 3 tiga hari bursa
berturut-turut secara kumulatif turun 15 lima belas perseratus atau lebih; atau
2. Kondisi lain yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
13
Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik
Dalam Kondisi Pasar Yang berfluktuasi Secara Signifikan, Bab I, Pasal 1, Angka 1.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan ini dimulai dan diakhiri dengan penetapan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
14
Dan dalam hal terjadi kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan, perusahaan dapat membeli kembali
sahamnya tanpa melanggar ketentuan Pasal 91, Pasal 92, Pasal 95, dan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
15
Saat ini Otoritas Jasa Keuangan telah menerbitkan Surat Edaran SE Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8SEOJK.042014 tentang Pencabutan Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1SEOJK042013 Tentang Kondisi Lain Sebagai Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan Dalam Pelaksanaan
Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik. Dengan diterbitkannya Surat Edaran tersebut, maka dinyatakan bahwa
keadaan pasar menunjukkan kondisi perdagangan saham di Bursa Efek di Indonesia sudah tidak lagi mengalami tekanan dan sudah tidak mengalami
fluktuasi secara signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan selama delapan bulan terakhir terhitung mulai tanggal 27
Agustus 2013 sampai dengan 30 April 2014 sebesar 872,304 poin atau 21,98 dua puluh satu koma sembilan delapan perseratus dan terus menunjukkan
kenaikan. Namun kemudian timbul permasalahan atas tindakan Pembelian Kembali Buyback Saham ini, yaitu bagaimanakah akibat hukum atas tindakan
14
Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik
Dalam Kondisi Pasar Yang berfluktuasi Secara Signifikan, Bab I, Pasal 2.
15
Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik
Dalam Kondisi Pasar Yang berfluktuasi Secara Signifikan, Bab I, Pasal 3.
Universitas Sumatera Utara
Pembelian Kembali Saham ini, terutama menyangkut Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
B. Rumusan Masalah