Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

A. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas terdapat pengaturan akibat hukum pembelian kembali buyback saham. Akibat hukum pembelian kembali buyback saham yaitu sebagai berikut: 1. Terhadap Harta dan Kekayaan Perseroan Dalam Pasal 37 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan bahwa pembelian kembali terhadap saham yang telah dikeluarkan oleh Perseroan dapat dilakukan sepanjang tidak menyebabkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan. Pembelian kembali buyback saham terhadap saham yang telah dikeluarkan oleh Perseroan ini tidak mengakibatkan pengurangan modal yang akan merugikan Perseroan. Pembelian kembali ini tidak mengakibatkan modal perseroan yang terdiri dari sejumlah saham menjadi berkurang, karena saham yang dibeli kembali hanya bersifat sementara di tangan Perseroan. 143 Saham yang dibeli kembali tersebut hanya dikuasai paling lama 3 tiga tahun 144 yang kemudian akan diambil opsi oleh Perseroan apakah saham akan dilepaskan ke pasar modal atau saham tersebut ditarik kembali yang mengakibatkan pengurangan modal. 145 143 Jamin Ginting, Loc. Cit., hlm. 63. 144 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 4. 145 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 4, dan Penjelasannya. Universitas Sumatera Utara Pembelian kembali buyback saham yang dilakukan oleh emiten atau perusahaan publik juga tidak akan mengakibatkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan. 146 Dalam prakteknya, kekayaan bersih, terutama kekayaan bersih perusahaan, tidak akan jauh dari besarnya modal disetor dan modal ditempatkan ke dalam kas perusahaan. Untuk Perseroan yang baru didirikan, nilai kekayaan bersih mengacu kepada jumlah modal disetor yang tercantum didalam Akta Pendirian Perusahaan. Jadi, untuk mendirikan sebuah Perseroan wajib memiliki kekayaan minimal setara dengan jumlah modal yang dimiliki ditambah dengan cadangan wajib dengan syarat bahwa perseroan tidak memiliki hutang. 147 Maksud dari kekayaan bersih disini adalah seluruh harta kekayaan Perseroan dikurangi seluruh kewajiban Perseroan sesuai dengan laporan keuangan terbaru yang disahkan oleh RUPS dalam waktu 6 enam bulan terakhir. 148 Sesuai dengan penempatan pengaturan pembelian kembali buyback saham pada bagian perlindungan modal dan kekayaan di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dapat dinyatakan bahwa pembelian kembali saham merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk melindungi modal dan kekayaan Perseroan. Jadi, pembelian kembali buyback saham bukanlah tindakan yang merugikan 146 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 4, dan Penjelasannya. 147 Muhammad Iqsan Sirie, “Apa yang dimaksud dengan kekayaan bersih perseroan dan dihitung dari mana?”, http:www.hukumonline.comklinikdetaillt4c328f215e195siup-besar diakses pada tanggal 26 July 2014. 148 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 1, Huruf a, dan Penjelasannya. Universitas Sumatera Utara suatu Perseroan, kecuali apabila saham tersebut ditarik kembali. 149 Konsekuensi dari dilakukannya pembelian kembali buyback saham adalah untuk melindungi harta dan kekayaan Perseroan. Harta perseroan bukan hanya semata-mata modal dari perseroan itu saja, tetapi hutang juga termasuk kedalam harta perseroan. Dalam ilmu akuntansi dikatakan bahwa harta adalah modal ditambah dengan hutang. Itulah harta sebenarnya dari sebuah perseroan. Saham yang sedang dalam kondisi dibeli kembali oleh Perseroan pun termasuk dalam harta Perseroan, karena saham tersebut hanya ditarik kembali oleh Perseroan tanpa menyebabkan pengurangan modal Perseroan. Modal Perseroan terdiri dari: a. Modal Dasar 150 Modal dasar statutair capital, authorized capital adalah seluruh nilai nominal saham Perseroan yang disebut dalam Anggaran Dasar. Hal ini ditegaskan pada Pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas bahwa modal dasar Perseroan terdiri atas sejumlah nilai nominal saham. Modal dasar Perseroan pada prinsipnya merupakan total jumlah saham yang dapat diterbitkan oleh Perseroan. Anggaran Dasar sendiri yang menentukan berapa banyak jumlah saham yang dijadikan modal dasar. Jumlah yang ditentukan dalam Anggaran Dasar merupakan nilai nominal yang murni. Pasal 31 ayat 2 memberi kemungkinan menetapkan saham tanpa nilai nominal. Hal ini dapat terjadi apabila 149 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 1, dan Penjelasannya. 150 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Ed. Pertama, Cet. Kedua Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 233. Universitas Sumatera Utara peraturan perundang-udangan di bidang Pasar Modal mengatur modal Perseroan terdiri atas saham tnapa nilai nominal. Batas minimal modal dasar adalah jumlah yang paling rendah yang dibenarkan undang-undang. Modal dasar tidak dibenarkan jika kurang dari jumlah batas minimal. Menurut Pasal 25 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, modal daasar Perseroan paling sedikit Rp. 20.000.000. Namun setelah mengalami perubahan undang-undang, menurut Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, beasrnya modal dasar adalah minimal Rp.50.000.000. Untuk kegiatan usaha tertentu, dapat menentukan jumlah minimum modal perseroan yang lebih besar dari ketentuan modal dasar yang dimaksud pada Pasal 32 ayat 1 yaitu Rp.50.000.000. 151 Kegiatan usaha tertentu yang dimaksud adalah antara lain usaha perbankan, asuransi, atau freight forwarding. 152 b. Modal Ditempatkan Modal ditempatkan geplaats kapital, issuedsubsribed capital adalah jumlah saham yang sudah diambil pendiri atau pemegang saham, dan saham yang diambil itu ada yang sudah dibayar dan ada pula yang belum dibayar. Dengan demikian, modal ditempatkan adalah modal 151 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kesatu, Pasal 32, Angka 2. 152 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kesatu, Pasal 32, Angka 2, dan Penjelasannya. Universitas Sumatera Utara yang disanggupi pendiri atau pemegang saham untuk dilunasinya, dan saham itu telah diserahkan kepadanya untuk dimiliki. Menurut ketentuan Pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas 2007, besarnya modal ditempatkan adalah paling sedikit 25 dua puluh lima persen dari modal dasar. Jika para pemegang saham hanya sanggup memasukkan modalnya sebesar 35 dari Modal Dasar, maka besarnya modal ditempatkan itu adalah sebesar 35. Modal ditempatkan hanya menunjukkan kesanggupan pemegang saham, yaitu sampai seberapa banyak para pemegang saham dapat menanamkan modalnya kedalam perseroan. c. Modal Disetor Modal disetor paid up capital yaitu saham yang telah dibayar penuh oleh pemegang atau pemiliknya kepada perseroan yang menjadi pernyataan atau penyetoran saham riil yang telah dilakukan, baik oleh pendiri maupun para pemegang saham perseroan. 153 Jadi modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar Perseroan. 154 Besarnya modal disetor, menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas, adalah sebesar modal ditempatkan yaitu paling sedikit 25 dua puluh lima persen dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh. 155 153 Jamin Ginting, Op. Cit., hlm. 56. 154 M. Yahya Harahap, Op.Cit., hlm. 234. 155 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian I, Pasal 33, Angka 1. Universitas Sumatera Utara Hal ini menegaskan bahwa pada saat pendirian perseroan paling sedikit 25 dari modal dasar harus telah ditempatkan menjadi modal yang ditempatkan dan seluruh modal yang ditempatkan tersebut harus sudah disetor penuh, dengan demikian jumlah yang harus disetor penuh paling sedikit pada saat pendirian adalah sebesar 25 dari Rp. 50.000.000, yaitu Rp. 12.500.000. 156 Penyetoran tersebut dibuktikan dengan tanda bukti penyetoran yang sah. Yang dimaksud dengan bukti penyetoroan yang sah adalah bukti setoran pemegang saham ke dalam rekening bank atas nama perseroan, data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau neraca perseroan yang ditandatangani oleh direksi dan dewan komisaris. Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang danatau dalam bentuk lainnya. Jika penyetoran modal saham dilakukan dalam bentuk lainnya, maka penilaian setoran modal saham tersebut ditentukan berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli. 157 2. Terhadap Direksi Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perseroan. 158 Di dalam 156 Jamin Ginting, Op. Cit., hlm. 56-57. 157 Ibid. 158 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab I, Pasal 1, Angka 5 Universitas Sumatera Utara menjalankan tugasnya tersebut, direksi diberikan hak dan kekuasaan penuh, dengan konsekuensi bahwa setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh direksi akan dianggap dan diperlakukan sebagai tindakan dan perbuatan perseroan, sepanjang mereka bertindak sesuai dengan apa yang ditentukan dalam anggaran dasar perseroan. 159 Selama direksi tidak melakukan hal yang tidak sesuai dengan anggaran dasar perseroan, rapat umum pemegang saham, maupun Undang-Undang Perseroan Terbatas, maka Perseroanlah yang akan menanggung semua akibat dari perbuatan direksi tersebut. Sedangkan bagi tindakan-tindakan direksi yang merugikan perseroan, yang dilakukannya diluar batas dan kewenangan yang diberikan kepadanya oleh anggaran dasar, direksi bertanggung jawab secara pribadi atas tindakannya di luar batas kewenangan yang diberikan dalam anggaran dasar perseroan. 160 Dengan demikian, apabila salah seorang anggota direksi lalai atau melanggar kewajiban pengurusan secara itikad baik dan penuh tanggung jawab sesuai dengan lingkup aspekaspek itikad baik dan pertanggungjawaban pengurusan tersebut diatas, maka setiap anggota direksi sama-sama ikut memikul tanggung jawab secara tanggung renteng terhadap kerugian yang dialami perseroan. 161 159 Marhara Tua Mulyadi Tambunan, “Tanggung Jawab Direksi Terhadap Pemegang Saham Beritikad Baik Atas Pembelian Kembali Saham Yang Batal Karena Hukum” Jurnal Hukum Ekonomi, Februari – Mei 2013, hlm. 3. 160 Marhara Tua Mulyadi Tambunan, Loc. Cit., hlm. 3. 161 M. Yahya Harahap, Op. Cit., hlm.384. Universitas Sumatera Utara 3. Terhadap Saham Yang Dibeli Kembali Sebagai objek daripada perseroan, saham adalah modal utama dari perseroan yang digunakan untuk melakukan tindakan pembelian kembali buyback saham. Saham yang dibeli kembali oleh emiten atau perusahaan publik hanya boleh dikuasai Perseroan paling lama 3 tiga tahun. 162 Dalam penjelasan Pasal 37 ayat 4 tersebut disebutkan bahwa jangka waktu 3 tiga tahun dimaksudkan agar Perseroan dapat menentukan apakah saham tersebut akan dijual atau ditarik kembali dengan cara pengurangan modal. Terhadap saham yang dikuasai Perseroan selama tiga tahun yang merupakan akibat dari pembelian kembali buyback saham ini kemudian akan diambil opsi oleh Perseroan. Opsi tersebut, yaitu antara lain saham akan dilepaskan ke pasar modal atau saham tersebut ditarik kembali. Saham yang dibeli kembali tersebut dalam jangka waktu tiga tahun, diharapkan untuk dapat mencari pihak yang akan membeli saham yang dimilikinya danatau untuk meningkatkan kinerjanya dengan asumsi bahwa kondisi ekonomi akan membaik atau setidaknya tidak memburuk yang kemudian Perseroan akan melepas saham teraebut kembali di pasar modal. Apabila dalam jangka waktu tersebut perseroan tidak memiliki pembeli atas saham yang dimilikinya maka saham tersebut akan ditarik kembali dengan cara pengurangan modal. Jika perseroan memilih untuk menarik kembali 162 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 4. Universitas Sumatera Utara saham, maka perseroan tersebut tentu saja akan merugi, karena saham tersebut harus dihapus dari bursa yang diikuti dengan pengurangan modal perseroan. 163 Dalam jangka waktu yang relatif lama tersebut yaitu tiga tahun dianggap oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas sudah cukup bagi perseroan untuk mengembalikan kondisi keuangannya dan meletakkan kembali saham di pasar modal sehingga dapat menarik minat para investor untuk membeli saham perseroan tersebut. Apabila perseroan merasa saham mereka telah mampu untuk kembali ke dalam pasar modal, maka perseroan dapat menjual kembali saham yang mereka kuasai karena pembelian kembali tersebut. 164 Konsekuensi lain terhadap saham yang dikuasai Perseroan karena pembelian kembali, peralihan karena hukum, hibah atau hibah wasiat, terdapat ketentuan yang diberlakukan terhadapnya, yakni: 165 a. Saham tidak dapat mengeluarkan hak suara dalam RUPS sehingga tidak dapat diperhitungkan dalam menentukan jumlah kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan undang-undang danatau anggaran dasar, b. Saham tidak berhak mendapat pembagian dividen. Saham yang dapat dibeli kembali sering juga disebut treasury stock atau reacquired stock , yaitu saham yang dikeluarkan perusahaan dengan sengaja untuk dapat dibeli kembali. 166 163 Mario A. Tedja dan Fikrie Yoanita, “Pengaturan Pembelian Kembali buyback Saham Dalam Pasar Modal Indonesia”, http:mariotedja.blogspot.com201310pengaturan-pembelian- kembali-buyback_4413.html diakses pada tanggal 27 Juli 2014 164 Roy Mangapon Nababan, Op. Cit., hlm.85. 165 Jamin Ginting, Op. Cit., hlm. 65. 166 Jamin Ginting, Loc. Cit., hlm. 65. Universitas Sumatera Utara “A treasury stock or reacquired stock is stock which is bought back by the issuing company reducing the amount of outstanding stock on the open market ‘open market’ including insiders’ holdings.” Limitation of Treasury Stock c. Treasury stock does not pay a dividend d. Treasury stock has no voting rights e. Total treasury stock can not exceed the maximum proportion of total capitalization specified by law in the relevant country wikipedia.org. “Treasury stock. Stock which has been issued as fully paid to stockholders and subsequently reacquired by the corporation to be used by it in furtherance of its corporate purposes; stock which is merely to be held as unsubscribed for and unissued is not usually regarded as ‘treasury stock’” Black Law Dictionary, Henry Campbell. Saham Treasuury atau reacquired stock adalah saham yang dibeli kembali oleh perusahaan yang menerbitkan untuk mengurangi jumlah saham yang beredar di pasar bebas. Pasar bebas termasuk pemegang saham perusahaan Keterbatasan Saham Treasury a. Saham Treasury tidak mendapat pembagian dividen b. Saham Treasury tidak mempunyai hak suara c. Jumlah Saham Treasury tidak dapat melebihi proporsi maksimum dari jumlah modal yang ditentukan oleh hukum di negara bersangkutan. “Saham Treasury. Saham yang telah dikeluarkan yang sudah sepenuhnya dibayarkan kepada pemegang saham dan kemudian pembelian oleh perusahaan yang akan digunakan sebagai kelanjutan dari tujuan perusahaannya; saham yang hanya akan dipegang sebagai tidak terdaftar dan tidak diterbitkan biasanya tidak dianggap sebagai ‘saham treasury’” Black Law Dictionary, Henry Campbell. 4. Terhadap Pemegang Saham Yang Sahamnya Dibeli Kembali. Pemegang saham adalah bagian dari perseroan yang telah mengeluarkan sejumlah dana untuk menguasai saham perseroan dengan harapan akan Universitas Sumatera Utara memperoleh keuntungan baik dari deviden ataupun capital gain. Capital gain akan diperoleh jika saham yang telah dibeli kembali itu kemudian dijual kembali pada harga yang lebih baik, sedangkan dividen apabila saham yang telah dibeli itu kemudian disimpan selama setahun. 167 Dalam pembelian kembali buyback saham, para pemegang saham yang sahamnya dibeli kembali oleh emten tidak akan memperoleh keuntungan. 168 Pemegang saham hanya mempunyai hak untuk mendapatkan pembayaran atas saham yang dikuasainya sesuai dengan harga pasar pada saat dilaksanakannya pembelian kembali tersebut. 169 Pemegang saham yang sahamnya dibeli kembali oleh perseroan secara otomatis bukan lagi pemegang saham perseroan terkait. Yang berarti pemegang saham kehilangan hak dan kewajibannya atas saham tersebut. Hilangnya kepemilikan pemegang saham terhadap sahamnya mengakibatkan hilangnya hak dan kewajiban yang sebelumnya melekat padanya, seperti ikut dalam rapat umum pemegang saham, diperhitungkan dalam menentukan jumlah kuorum, dan memperoleh deviden.

B. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

3 95 116

Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan

2 104 96

Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 1/Pojk.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Terhadap Perlindungan Konsumen Perbankan Di Indonesia

10 154 121

Buyback (Pembelian Kembali Saham ) Sebagai Perlindungan Modal Dan Kekayaan Perseroan Terbatas

0 61 108

Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

3 71 96

Efektivitas Pelaksanaan Sistem Pengawasan Terhadap Lembaga Asuransi Setelah Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (Studi Di Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Jakarta)

0 12 31

TINJAUAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN SETELAH TERBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) | ASSHIDDIEQY | Legal Opinion 5573 18333 2 PB

0 0 8

BAB II PENGATURAN DAN PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP SEKTOR JASA KEUANGAN A. Latar Belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan - Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

0 3 22

BAB II LATAR BELAKANG DILAKSANAKANNYA TINDAKAN PEMBELIAN KEMBALI (BUYBACK) SAHAM YANG BEREDAR DI PASAR MODAL A. Pengertian Pembelian Kembali (Buyback) Saham - Tinjauan Yuridis Terhadap Pembelian Kembali (Buyback) Saham Perusahaan Publik Setelah Terbentukn

0 0 14

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBELIAN KEMBALI (BUYBACK) SAHAM PERUSAHAAN PUBLIK SETELAH TERBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 11