Pembelian kembali saham memperbolehkan perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi di dalam perusahaannya sendiri. Dengan melakukan pengurangan
jumlah saham yang beredar di pasar, pembelian kembali saham dapat meningkatkan jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan. Pembelian kembali
saham dapat dilaksanakan dengan 2 dua cara: a.
Pemegang saham dapat ditawarkan dengan tender offer dimana mereka mempunyai pilihan untuk mengajukan atau tender sebagian atau
seluruh saham mereka dalam jangka waktu tertentu dan pada premi untuk harga saham saat ini. Premi atau iuran inilah yang digunakan
untuk mengkompensasi para investor yang melakukan tender atas saham mereka.
b. Perusahaan yang membeli kembali saham di pasar terbuka dilakukan
dalam jangka waktu tententu. Sedangkan menurut Weston, Mitchel, dan Mulherin 2004:484
mendefinisikan buyback saham atau share repurchase sebagai suatu tindakan perusahaan publik yang membeli sahamnya sendiri baik melalui proses tender
offer , open market atau melakukan negosiasi pembelian kembali dari
blockholder .
45
B. Dasar Hukum Pembelian Kembali Buyback Saham
Dasar hukum pembelian kembali buyback saham, sebagai berikut: 1.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
45
Perpustakaan Universitas Indonesia, http:lontar.ui.ac.idfile?file=digital120422- T2025529-Efek20pengumuman-Tinjauan20literatur.pdf diakses pada tanggal 22 Juni 2014
Universitas Sumatera Utara
Pembelian kembali buyback saham sebelum diatur dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 ini, diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1995 Tentang Perseroan Terbatas dalam diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 33,
Bagian Kedua tentang Perlindungan Modal dan Kekayaan Perseroan dari Bab ketiga Undang-Undang ini yang membahas tentang Modal dan Saham. Setelah
Undang-Undang tersebut mengalami perubahan, pembelian kembali buyback saham ini tetap diatur pada bagian perlinndungan modal dan kekayaan perseroan,
tepatnya diatur dalam Pasal 37 sampai dengan Pasal 40, Bagian Kedua tentang
Perlindungan Modal dan Kekayaan Perseroan dari Bab ketiga Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang membahas tentang
Modal dan Saham. Pengaturan mengenai pembelian kembali buyback saham ini sebelum
dan sesudah perubahan Undang-Undang diatur dalam bab yang sama. Meskipun demikian, terdapat beberapa peraturan yang telah mengalami perubahan.
Ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 ini merupakan perbaikan dari Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas. Di dalam Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tersebut menyebutkan dimiliki oleh anak perusahaan, dimana frase tersebut
tidak lagi terdapat dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Universitas Sumatera Utara
Perseroan Terbatas. Disamping itu, pasal ini memberikan pengecualian apabila diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
46
Dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 juga menyatakan bahwa pembelian kembali saham harus dibayar dari laba bersih, dan jumlah nilai
nominal saham yang dimiliki Perseroan dan anak perusahaan tidak boleh melebihi 10 sepuluh perseratus dari jumlah modal yang ditempatkan. Pasal 30 ini tidak
terdapat pembatasan berapa lama saham yang dibeli kembali tersebut boleh dikuasai perseroan. Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, pada
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tidak terdapat kewajiban untuk menggunakan laba bersih sebagai sumber dana pembelian kembali.
47
Selanjutnya, Pasal 31 UU PT Tahun 1995 menyatakan bahwa pembelian kembali saham atau pengalihannya lebih lanjut hanya dapat dilakukan
berdasarkan keputusan RUPS. Berbeda dengan UU PT Tahun 1995, pada UU PT 2007 tidak terdapat kewajiban untuk menggunakan laba bersih sebagai sumber
dana pembelian kembali. Sehubungan dengan pembatasan periode penguasaan saham yang diperoleh kembali, Pasal 37 UU PT Tahun 2007 memberikan batasan
bahwa saham yang dibeli kembali oleh Perseroan hanya boleh dikuasai paling lama 3 tiga tahun. Dalam penjelasan pasal 37 tersebut disebutkan bahwa jangka
waktu 3 tiga tahun dimaksudkan agar Perseroan dapat menentukan apakah saham tersebut akan dijual atau ditarik kembali dengan cara pengurangan modal.
48
46
I Made B. Tirthayatra, “Beberapa Perbedaan Antara UU PT Tahun 2007 dengan UU PT Tahun 1995”, http:made-tirthayatra.blogspot.com200906beberapa-perbedaan-antara-uu-pt-
tahun.html diakses pada tanggal 22 Maret 2014
47
Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, Cet. Pertama, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007, hlm. 8.
48
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan perlunya persetujuan RUPS untuk membeli kembali saham atau pengalihannya lebih lanjut, dan adanya pembatasan pembelian
kembali saham untuk tidak melebihi 10 dari jumlah modal ditempatkan, dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas tahun 2007 dinyatakan bahwa persetujuan
RUPS dan pembatasan tersebut diwajibkan sepanjang tidak ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
49
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
Pembelian kembali buyback saham tidak ada diatur secara tersurat dalam Undang-Undang Pasar Modal. Pada dasarnya tindakan pembelian kembali
buyback saham ini tidak boleh dilaksanakan dalam kondisi yang normal karena merupakan sebuah tindakan yang melanggar Undang-Undang Pasar Modal. Hal
tersebut secara tersirat dapat kita lihat dalam ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 tentang pembelian kembali saham dalam
kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan yang menentukan bahwa emiten dapat melakukan pembelian kembali buyback saham sepanjang tidak
bertentangan dengan Pasal 91, Pasal 92, Pasal 95, dan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
50
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang
Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara
Signifikan
49
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 38, Angka 1.
50
Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik
Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab I, Pasal 3.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan yang menyebabkan terjadi tekanan bursa saham domestik, maka Otoritas Jasa
Keuangan memberikan kemudahan bagi Emiten atau Perusahaan Publik untuk melakukan pembelian kembali buyback saham dengan menetapkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi
Secara Signifikan. Dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan Perseroan diperbolehkan melakukan pembelian kembali buyback saham tanpa
rapat umum pemegang saham.
51
C. Latar Belakang Dilaksanakannya Pembelian Kembali Buyback Saham