Prosedur Pembelian Kembali Buyback Saham

B. Prosedur Pembelian Kembali Buyback Saham

Pembelian kembali saham dapat dilakukan dalam 3 kondisi, yaitu: 1. Pembelian kembali buyback saham dengan persetujuan RUPS. Perseroan dapat membeli kembali sahamnya sesuai ketentuan Pasal 37 dan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tanpa melanggar ketentuan Pasal 91, Pasal 92, Pasal 95 dan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 94 Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang- Undang ini danatau anggaran dasar. 95 Dengan demikian, berdasarkan pengertian RUPS tersebut, dapat dikatakan bahwa Direksi maupun Dewan Komisaris bukan merupakan organ tertinggi dalam sebuah Perseroan melainkan RUPS. Pembelian kembali buyback saham hanya boleh dilakukan berdasarkan persetujuan rapat umum pemegang saham, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 96 Apabila pembelian kembali saham yang dilakukan tidak melalui persetujuan RUPS, maka tindakan pembelian kembali tersebut tidak sah secara hukum. Dalam rapat umum pemegang saham tersebut kemudian akan diambil keputusan tentang pelaksanaan pembelian kembali buyback saham. Namun 94 Republik Indonesia, Peraturan Nomor XI.B.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-105BL2010 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Angka 1. 95 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab I, Pasal 1, Angka 4. 96 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 38, Angka 1. Universitas Sumatera Utara sehubungan dengan kewenangan pengambilan keputusan pembelian kembali buyback saham perseroan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dapat diserahkan kepada dewan komisaris sesuai dengan ketentuan berikut: 97 a. Rapat Umum Pemegang Saham dapat menyerahkan kewenangan kepada dewan komisaris guna menyetujui pelaksanaan keputusan rapat umum pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, untuk jangka waktu paling lama satu tahun, b. Penyerahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, setiap kali dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama, c. Penyerahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, sewaktu- waktu dapat ditarik kembali oleh Rapat umum Pemegang Saham Yang dimaksud dengan pelaksanaan dalam huruf a di atas adalah penentuan tentang saat, cara pembelian kembali saham, dan jumlah saham yang akan dibeli kembali, tetapi tidak termasuk hal-hal yang menjadi tugas Direksi dalam pembelian kembali saham, seperti melakukan pembayaran, menyimpan surat saham, dan mencatatkan dalam daftar pemegang saham. 98 Di dalam Perseroan, ketentuan rapat umum pemegang saham dalam rangka pelaksanaan tindakan pembelian kembali buyback saham dan ketentuan rapat umum pemegang saham yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 pada umumnya adalah sama 99 , dimana ketentuan rapat umum pemegang saham tersebut diatur dalam Pasal 75 sampai dengan Pasal 91 Undang- 97 Jamin Ginting, Op. Cit., hlm. 64. 98 Ibid. 99 Roy Mangapon Nababan, “Buyback Pembelian Kembali SahamSebagai Perlindungan Modal Dan Kekayaan Perseroan Terbatas” Skripsi, Ilmu Hukum, Universitas Sumatera Utara, hlm. 63. Universitas Sumatera Utara Undang ini. Pembahasan dari pasal-pasal yang berkaitan dengan pembelian kembali buyback saham, antara lain: a. Tempat Penyelenggaraan RUPS. Dalam rangka pelaksanaan tindakan pembelian kembali buyback saham, RUPS diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau di tempat Perseroan melakukan kegiatan usahanya yang utama sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar. 100 Jika merupakan Perseroan Terbuka dapat diadakan di tempat kedudukan bursa di mana saham Perseroan dicatatkan. 101 Rapat umum pemegang saham yang diadakan di tempat yang terletak di wilayah negara Republik Indonesia. 102 Apabila dalam RUPS hadir danatau diwakili semua pemegang saham dan semua pemegang saham menyetujui diadakannya rapat umum pemegang saham dengan agenda tertentu, maka rapat umum pemegang saham dapat diadakan di manapun di wilayah negara Republik Indonesia. 103 Rapat umum pemegang saham ini dapat dilakukan jika disetujui dengan suara bulat. 104 Selain itu, penyelenggaraan rapat umum pemegang saham dapat juga dilakukan melalui media telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta rapat umum 100 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 76, Angka 1. 101 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 76, Angka 2. 102 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 76, Angka 3. 103 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 76, Angka 4. 104 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 76, Angka 5. Universitas Sumatera Utara pemegang saham saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat. 105 Setiap penyelenggaraan rapat umum pemegang saham harus dibuatkan risalah rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta RUPS baik ditandatangani secara fisik ataupun ditandatangani secara elektronik. 106 b. Hak Bersuara dan Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pasal 84 ayat 1 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 disebutkan bahwa setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan lai. Yang dimaksud dengan kecuali anggaran dasar menentukan lain adalah apabila anggaran dasar mengeluarkan satu saham tanpa hak suara. Dalam hal anggaran dasar tidak menentukan hal tersebut, dapat dianggap bahwa setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara. 107 . Namun hak suara tersebut tidak berlaku untuk: 108 1 Saham Perseroan yang dikuasai sendiri oleh Perseroan. Yang dimaksud dengan dikuasai sendiri adalah dikuasai baik karena hubungan kepemilikan, pembelian kembali maupun karena gadai.; 2 Saham induk Perseroan yang dikuasai oleh anak perusahaan secara langsung maupun tidak langsung; atau 105 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 77, Angka 1. 106 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 77, Angka 4 107 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 84, Angka 1, dan Penjelasannya. 108 Jamin Ginting, Op. Cit., hlm. 105 Universitas Sumatera Utara 3 Saham Perseroan yang dikuasai oleh Perseroan lain yang sahamnya secara langsung maupu tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan. Oleh karena itu, saham Perseroan yang dikuasai oleh Perseroan tersebut, baik langsung maupun tidak langsung, tidak mempunyai hak suara dan tidak dihitung dalam penentuan kuorum. 109 Pemegang saham baik sendiri maupun diwakilkan berdasarkan surat kuasa berhak menghadiri rapat umum pemegang saham dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. 110 Namun, hal ini tidak berlaku bagi pemegang saham dari saham tanpa hak suara. 111 Dalam hal pemungutan suara, suara yang dikeluarkan oleh pemegang saham berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya dan pemegang saham tidak berhak memberikan kuasa kepada lebih dari seorang kuasa untuk dari jumlah saham yang dimilikinya dengan suara berbeda. Hal ini merupakan perwujudan asas musyawarah untuk mufakat yang diakui dalam undang-undang ini. Oleh karena itu, suara yang berbeda split voting tidak dibenarkan. Bagi Perseroan Terbuka suara berbeda yang dikeluarkan oleh bank kustodian atau perusahaan efek yang mewakili pemegang saham dalam dana bersama mutual fund bukan merupakan suara yang berbeda sebagaimana dimaksud diatas. 112 109 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 84, Angka 2, dan Penjelasannya. 110 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 85, Angka 1. 111 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 85, Angka 2. 112 Jamin Ginting, Op. Cit., hlm. 106. Universitas Sumatera Utara Dalam hal pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan yang bersangkutan dilarang bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham. Namun, dalam menetapkan kuorum rapat umum pemegang saham, saham dari pemegang saham yang diwakili anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan sebagai kuasa ikut dihitung, akan tetapi dalam pemungutan suara mereka sebagai kuasa pemegang saham tidak berhak mengeluarkan suara. 113 Jika pemegang saham hadir sendiri dalam RUPS maka surat kuasa yang telah diberikan tidak berlaku untuk rapat tersebut. Ketua rapat berhak menentukan siapa yang berhak hadir dalam RUPS dengan memperhatikan ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dan anggaran dasar Perseroan. Terhadap Perseroan Terbuka selain berlaku ketentuan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 berlaku juga ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 114 c. Kuorum dalam RUPS Rapat umum pemegang saham akan dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari ½ satu perdua bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili kecuali undang-undang danatau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar. 115 Penyimpangan atas ketentuan ini hanya dimungkinkan dalam hal yang ditentukan Undang- Undang Perseroan Terbatas. Anggaran dasar tidak boleh menentukan 113 Ibid. 114 Ibid. 115 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 86, Angka 1. Universitas Sumatera Utara kuorum yang lebih kecil daripada kuorum yang ditentukan oleh Undang- Undang Perseroan Terbatas. 116 Jika ketentuan kuorum tersebut tidak dapat dicapai, maka dapat diadakan pemanggilan rapat umum pemegang saham yang kedua kalinya. Apabila kuorum RUPS pertama tidak tercapai, rapat harus tetap dibuka dan kemudian ditutup dengan membuat notulen rapat yang menerangkan bahwa RUPS pertama tidak dapat dilanjutkan karena kuorum tidak tercapai dan selanjutnya dapat diadakan pemanggilan RUPS yang kedua. 117 Dalam hal pemanggilan yang kedua kali ini dicantumkan atau diberitahukan juga mengenai bahwa RUPS pertama kali telah dilangsungkan dan tidak memenuhi kuorum. 118 Dalam hal RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam RUPS tersebut paling sedikit ⅓ satu pertiga bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakilkan, kecuali anggaran dasar menentukan lain. 119 Namun, jika dalam hal RUPS kedua juga tidak tercapai, maka Perseroan dapat memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan atas permohonan Perseroan agar ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga. Dalam hal kuorum RUPS kedua tidak tercapai, maka RUPS harus tetap dibuka 116 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 86, Angka 1, dan Penjelasannya. 117 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 86, Angka 2, dan Penjelasannya. 118 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 86, Angka 3. 119 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 86, Angka 4. Universitas Sumatera Utara dan kemudian ditutup dengan membuat notulen RUPS yang menerangkan bahwa RUPS kedua tidak dapat dilanjutkan karena kuorum tidak tercapai dan selanjutnya dapat diajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri untuk menetapkan kuorum RUPS ketiga. 120 Pemanggilan RUPS ketiga kalinya juga harus menyebutkan bahwa RUPS kedua telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum dan RUPS ketiga akan dilangsungkan dengan kuorum yang telah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri. Namun jika Ketua Pengadilan Negeri berhalangan, maka penetapan dilakukan oleh pejabat lain yang mewakili ketua. 121 Penetapan Ketua Pengadilan Negeri mengenai kourum RUPS ini bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap, artinya bahwa atas penetapan tersebut tidak dapat diajukan banding, kasasi atau peninjauan kembali. 122 Pemanggilan RUPS yang kedua dan yang ketiga dilakukan paling lambat 7 tujuh hari sebelum RUPS kedua atau ketiga dilangsungkan. 123 Sedangkan RUPS yang kedua dan ketiga dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10 sepuluh hari dan paling lambat 21 dua puluh satu hari setelah RUPS yang mendahuluinya dilangsungkan. 124 d. Pengambilan Keputusan dalam RUPS 120 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 86, Angka 5, dan Penjelasannya. 121 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 86, Angka 6, dan Penjelasannya. 122 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 86, Angka 7. 123 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 86, Angka 8. 124 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 86, Angka 9. Universitas Sumatera Utara Keputusan RUPS adalah sah jika persyaratan penyelenggaraan telah dipenuhi dan dihadiri oleh pemegang saham dengan memenuhi ketentuan kuorum serta jumlah pemegang saham yang telah ditentukan dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 dan anggaran dasar Perseroan. Pengambilan keputusan oleh RUPS dilakukan secara musyawarah untuk mufakat. Yang dimaksud dengan musyawarah untuk mufakat adalah hasil kesepakatan yang disetujui oleh pemegang saham yang hadir atau diwakili dalam RUPS. 125 Jika keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat ini tidak tercapai, maka keputusan adalah sah jika disetujui lebih dari ½ satu perdua bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan kecuali Undang- Undang danatau anggaran dasar menentukan bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar. Yang dimaksud dengan disetujui lebih dari ½ satu perdua bagian adalah bahwa usul dalam mata acara rapat harus disetujui lebih dari ½ satu perdua jumlah suara yang dikeluarkan. Jika terdapat 3 tiga usul atau calon dan tidak ada yang memperoleh suara lebih dari ½ satu perdua bagian, pemungutan suara atas 2 dua usul atau calon yang mendapatkan suara terbanyak harus diulang sehingga salah satu usul atau calon mendapatkan suara lebih dari ½ satu perdua bagian. 126 125 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 87, Angka 1, dan Penjelasannya. 126 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Penjelasan Pasal 87, Angka 2, dan Penjelasannya. Universitas Sumatera Utara Saat pengambilan keputusan oleh RUPS, penentuan jumlah saham yang diperbolehkan untuk dibeli kembali tidak lebih dari 10 sepuluh perseratus dari seluruh saham yang dicatatkan. 127 Periode pembelian kembali buyback saham ini dilakukan dalam kurun waktu tertentu. 2. Pembelian kembali buyback saham tanpa persetujuan RUPS. Pembelian kembali saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 hanya boleh dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Pada dasarnya untuk dapat melakukan pembelian kembali buyback saham, Perseroan wajib memperoleh persetujuan dari RUPS. Jika tidak, maka pembelian kembali saham dinyatakan tidak sah secara hukum. Namun, pada kondisi tertentu pembelian kembali buyback saham ini juga dapat dilakukan tanpa persetujuan RUPS. Kondisi yang dimaksud adalah kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan sesuai dengan yang tertera pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2POJK.042013 tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan. Perseroan barulah dapat melakukan pembelian kembali buyback saham apabila telah memenuhi persyaratan pembelian kembali saham yang tertera pada Pasal 4 sampai dengan Pasal 8 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2POJK.042013. Dalam hal menyetujui pelaksanaan keputusan, RUPS dapat menyerahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris untuk jangka waktu paling lama 1 satu 127 Jamin Ginting, Op. Cit., hlm. 63 Universitas Sumatera Utara tahun. 128 Setiap kali penyerahan kewenangan kepada Dewan Komisaris dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama 129 dan penyerahan kewenangan ini dapat sewaktu-waktu ditarik kembali oleh RUPS. 130 3. Pembelian kembali buyback saham atas permintaan pemegang saham. Pemegang saham dapat meminta kepada Perseroan untuk melakukan pembelian kembali buyback saham dengan ketentuan sebagai berikut Pasal 62 Undang-Undang Perseroan Terbatas: 131 a. Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa: 1 perubahan anggaran dasar; 2 pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 lima puluh perseratus kekayaan bersih Perseroan. Yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah kekayaan bersih menurut neraca terbaru yang disahkan dalam waktu 6 bulan terakhir.; atau 3 Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan. b. Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli sebagaimana dimaksud huruf a diatas melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh Perseroan 128 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 39, Angka 1. 129 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 39, Angka 2. 130 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 39, Angka 3. 131 Jamin Ginting, Op. Cit., hlm. 64-65. Universitas Sumatera Utara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 huruf b, Perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga. Pembelian kembali buyback saham yang dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 62 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Perusahaan wajib mengumumkan kepada masyarakat dan menyampaikan kepada Bapepam dan LK sekarang diubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan OJK keterbukaan informasi mengenai: 132 a. penjelasan dilakukannya pembelian kembali saham Perusahaan; c. nama pemegang saham yang sahamnya dapat dibeli kembali oleh Perusahaan; d. harga saham serta tata cara penentuan harga tersebut; dan e. jangka waktu pelaksanaan pembelian kembali saham tersebut. Keterbukaan informasi ini wajib dilaksanakan paling lambat 2 dua hari setelah selesainya pelaksanaan RUPS dalam rangka aksi korporasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. 133 Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembelian kembali buyback saham perseroan akan dilaksanakan setelah Perseroan memperoleh persetujuan RUPS. Transaksi Pembelian Kembali Buyback Saham Perseroan hanya akan dilakukan apabila hal tersebut memberikan keuntungan bagi Perseroan dan para pemegang sahamnya. Perseroan tidak akan melaksanakan transaksi pembelian 132 Republik Indonesia, Peraturan Nomor XI.B.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-105BL2010 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Angka 3, Huruf e. 133 Republik Indonesia, Peraturan Nomor XI.B.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-105BL2010 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Angka 3, Huruf f. Universitas Sumatera Utara kembali buyback saham bilamana berdampak negatif secara material terhadap likuiditas dan permodalan Perseroan danatau terhadap status Perseroan sebagai Perusahaan Terbuka. 134 Sesuai dengan Peraturan Bapepam Nomor XI.B.2 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-105BL2010 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Perseroan dapat melaksanakan pembelian kembali buyback saham dengan 2 cara, yaitu: 1. Pembelian Kembali Saham yang dilakukan melalui Bursa Efek, Perseroan wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: 135 a. Transaksi beli dilakukan melalui satu Anggota Bursa Efek; dan b. Harga penawaran untuk membeli kembali saham harus lebih rendah atau sama dengan harga transaksi yang terjadi sebelumnya. 2. Pembelian kembali saham dilakukan di luar Bursa Efek, harga pembelian kembali saham wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Atas saham Perusahaan yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek, maka harga pembelian kembali saham Perusahaan paling tinggi sebesar harga rata-rata dari harga penutupan perdagangan harian di Bursa Efek selama 90 sembilan puluh hari terakhir sebelum tanggal pembelian kembali saham oleh Perusahaan; 134 Hendy M. Fakhruddin, Op. Cit., hlm. 238. 135 Republik Indonesia, Peraturan Nomor XI.B.2, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-105BL2010 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Angka 3, Huruf c. Universitas Sumatera Utara b. Atas saham Perusahaan yang tidak tercatat di Bursa Efek, maka harga pembelian kembali saham Perusahaan paling tinggi sebesar harga pasar wajar yang ditetapkan oleh Penilai; atau c. Atas saham Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek, namun selama 90 sembilan puluh hari atau lebih sebelum tanggal pembelian kembali saham oleh Perusahaan tidak diperdagangkan di Bursa Efek atau dihentikan sementara perdagangannya oleh Bursa Efek, maka harga pembelian kembali saham Perusahaan paling tinggi sebesar harga pasar wajar yang ditetapkan oleh Penilai atau paling tinggi sebesar harga rata- rata dari harga penutupan perdagangan harian di Bursa Efek dalam waktu 12 dua belas bulan terakhir yang dihitung mundur dari hari perdagangan terakhir atau hari dihentikan sementara perdagangannya, mana yang lebih rendah. Pelaksanaan pembelian kembali saham wajib diselesaikan paling lama 18 delapan belas bulan setelah tanggal persetujuan RUPS. Pengumuman RUPS mengenai rencana pembelian kembali saham wajib memuat informasi sebagai berikut: 136 1. perkiraan jadwal, perkiraan biaya pembelian kembali saham, dan perkiraan jumlah nilai nominal seluruh saham yang akan dibeli kembali; 2. penjelasan, pertimbangan, dan alasan dilakukannya pembelian kembali saham Perusahaan; 136 Republik Indonesia, Peraturan Nomor XI.B.2, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-105BL2010 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Angka 2, Huruf b. Universitas Sumatera Utara 3. perkiraan menurunnya pendapatan Perusahaan sebagai akibat pelaksanaan pembelian kembali saham dan dampak atas biaya pembiayaan Perusahaan; 4. proforma laba per saham Perusahaan setelah rencana pembelian kembali saham dilaksanakan, dengan mempertimbangkan menurunnya pendapatan; 5. pembatasan harga saham untuk pembelian kembali saham; 6. pembatasan jangka waktu pembelian kembali saham; 7. metode yang akan digunakan untuk membeli kembali saham; dan 8. analisis dan pembahasan manajemen mengenai pengaruh pembelian kembali saham terhadap kegiatan usaha dan pertumbuhan Perusahaan di masa mendatang. Apabila terdapat perubahan atau penambahan informasi atas pengumuman pembelian kembali saham tersebut, maka perubahan atau penambahan informasi wajib diumumkan paling lambat 2 dua hari kerja sebelum RUPS. 137 Dan bukti pengumuman wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK sekarang diubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan OJK paling lambat pada hari kerja ke-2 kedua setelah diumumkan. 138 Keterbukaan Informasi ini dibuat untuk kepentingan para pemegang saham Perseroan agar mendapatkan informasi serta gambaran yang jelas terkait rencana Perseroan untuk melakukan Pembelian Kembali Saham Perseroan, sehingga para pemegang saham Perseroan dapat mengambil keputusan terkait 137 Republik Indonesia, Peraturan Nomor XI.B.2, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-105BL2010 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Angka 2, Huruf c. 138 Republik Indonesia, Peraturan Nomor XI.B.2, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-105BL2010 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Angka 2, Huruf d. Universitas Sumatera Utara dengan rencana Pembelian Kembali Saham Perseroan dalam RUPS. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembelian kembali buyback saham perseroan akan dilaksanakan setelah Perseroan memperoleh persetujuan RUPS. Perseroan wajib melaporkan hasil pembelian kembali saham kepada Bapepam dan LK sekarang diubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan OJK secara berkala setiap 6 enam bulan, yaitu pada bulan Juni dan Desember . Penyampaian laporan tersebut paling lambat disampaikan pada tanggal 15 bulan berikutnya dan disusun sesuai dengan Formulir Nomor: XI.B.2-1 Lampiran Peraturan ini. 139 Emiten atau Perusahaan Publik yang sahamnya dicatatkan pada Bursa Efek dilarang membeli kembali sahamnya, jika akan mengakibatkan berkurangnya jumlah saham pada suatu tingkat tertentu yang mungkin mengurangi secara signifikan likuiditas saham di Bursa Efek. 140 139 Republik Indonesia, Peraturan Nomor XI.B.2, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-105BL2010 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Angka 3, Huruf g. 140 Republik Indonesia, Peraturan Nomor XI.B.2, Lampiram Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-105BL2010 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Angka 3, Huruf h. Universitas Sumatera Utara BAB IV AKIBAT HUKUM PEMBELIAN KEMBALI BUYBACK SAHAM Setiap perbuatan hukum yang dilakukan subjek hukum baik orang perorangan maupun badan hukum pasti mempunyai akibat hukum. Akibat hukum adalah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum. Tindakan ini dinamakan tindakan hukum. Dengan kata lain, akibat hukum adalah akibat dari suatu tindakan hukum. 141 Begitu pula pembelian kembali buyback saham, merupakan tindakan hukum yang dilakukan oleh emiten atau perusahaan publik. Akibat hukum ini akan muncul apabila emiten atau perusahaan publik melakukan tindakan pembelian kembali saham. Akibat hukum bersifat mengikat kepada para pihak yang melakukannya. Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa hukum. Akibat hukum dapat berupa: 142 1. Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu keadaan hukum. 2. Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan hukum, antara dua atau lebih subjek hukum, dimana hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain. 3. Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan melawan hukum 141 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Ed. Pertama, Cet. Kesepuluh, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 295. 142 Ibid., hlm. 296. Universitas Sumatera Utara

A. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

3 95 116

Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan

2 104 96

Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 1/Pojk.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Terhadap Perlindungan Konsumen Perbankan Di Indonesia

10 154 121

Buyback (Pembelian Kembali Saham ) Sebagai Perlindungan Modal Dan Kekayaan Perseroan Terbatas

0 61 108

Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

3 71 96

Efektivitas Pelaksanaan Sistem Pengawasan Terhadap Lembaga Asuransi Setelah Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (Studi Di Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Jakarta)

0 12 31

TINJAUAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN SETELAH TERBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) | ASSHIDDIEQY | Legal Opinion 5573 18333 2 PB

0 0 8

BAB II PENGATURAN DAN PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP SEKTOR JASA KEUANGAN A. Latar Belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan - Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

0 3 22

BAB II LATAR BELAKANG DILAKSANAKANNYA TINDAKAN PEMBELIAN KEMBALI (BUYBACK) SAHAM YANG BEREDAR DI PASAR MODAL A. Pengertian Pembelian Kembali (Buyback) Saham - Tinjauan Yuridis Terhadap Pembelian Kembali (Buyback) Saham Perusahaan Publik Setelah Terbentukn

0 0 14

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBELIAN KEMBALI (BUYBACK) SAHAM PERUSAHAAN PUBLIK SETELAH TERBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 11