Syarat Pembelian Kembali Buyback Saham

BAB III SYARAT DAN PROSEDUR PEMBELIAN KEMBALI BUYBACK SAHAM

A. Syarat Pembelian Kembali Buyback Saham

1. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pembelian kembali buyback saham diatur dalam Pasal 37 sampai dengan Pasal 40, Bagian Kedua tentang Perlindungan Modal dan Kekayaan Perseroan dari Bab ketiga Undang-Undang ini yang membahas tentang Modal dan Saham. Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan: 61 a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; dan b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh Perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh Perseroan sendiri danatau Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh Perseroan, tidak melebihi 10 sepuluh perseratus dari jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 61 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 1. Universitas Sumatera Utara c. Pembelian kembali saham Perseroan ini tidak menyebabkan pengurangan modal terkecuali saham tersebut ditarik kembali oleh Perseroan. 62 Yang dimaksud dengan kekayaan bersih dalam huruf a adalah seluruh harta kekayaan Perseroan dikurangi seluruh kewajiban Perseroan sesuai dengan laporan keuangan terbaru yang disahkan oleh RUPS dalam waktu 6 enam bulan terakhir. 63 Sehubungan dengan pembatasan periode penguasaan saham yang diperoleh kembali, Pasal 37 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 memberikan batasan bahwa saham yang dibeli kembali oleh Perseroan hanya boleh dikuasai paling lama 3 tiga tahun. 64 Ketentuan Pasal 37 ayat 1 tersebut Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 juga memberikan ketentuan tentang kondisi yang dapat mengakibatkan suatu proses pembelian kembali buyback saham menjadi batal demi hukum. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Pembelian kembali, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak sesuai dengan ketentuan tersebut diatas ketentuan Pasal 37 ayat 1 batal karena hukum. 65 b. Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat 62 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 1, dan Penjelasannya. 63 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 1, Huruf a, dan Penjelasannya. 64 I Made B. Tirthayatra, Loc. Cit. 65 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 2. Universitas Sumatera Utara pembelian kembali yang batal karena hukum sebagaimana dimaksudkan pada ketentuan diatas. 66 c. Saham yang dibeli kembali Perseroan hanya boleh dikuasai Perseroan paling lama 3 tiga tahun. 67 Terhadap saham yang dikuasai Perseroan karena pembelian kembali, peralihan karena hukum, hibah atau hibah wasiat, terdapat ketentuan yang diberlakukan terhadapnya, yakni: a. Saham tidak dapat mengeluarkan hak suara dalam RUPS, 68 b. Saham tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan undang-undang danatau anggaran dasar, 69 c. Saham tidak berhak mendapat pembagian dividen. 70 2. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan. Aksi korporasi pembelian kembali saham merupakan salah satu aksi korporasi yang dapat dilakukan oleh Emiten atau Perusahaan Publik sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan 66 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 3. 67 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 4. 68 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 40, Angka 1. 69 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 40, Angka 1. 70 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 40, Angka 2. Universitas Sumatera Utara Terbatas dan Peraturan Bapepam dan LK Nomor XI.B.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-105BL2010 tanggal 13 April 2010 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik. 71 Dalam rangka mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan sehingga terjadi tekanan bursa saham domestik maka diperlukan kemudahan bagi Emiten atau Perusahaan Publik untuk melakukan aksi korporasi pembelian saham kembali tanpa melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan tetap menjaga terselenggaranya perdagangan Efek yang teratur, wajar, dan efisien. 72 Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Otoritas Jasa Keuangan menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan. Syarat pembelian kembali buyback saham secara umum telah dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas diatas. Sedangkan, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 mengatur tentang pembelian kembali saham dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan. Yang dimaksud dengan kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan adalah: 73 71 Republik Indonesia, Penjelasan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan 72 Republik Indonesia, Penjelasan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan 73 Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab I, Pasal 1, Angka 1, Huruf a. Universitas Sumatera Utara a. Indeks harga saham gabungan di bursa efek selama 3 tiga hari bursa berturut-turut secara kumulatif turun 15 lima belas perseratus atau lebih; atau b. Kondisi lain yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan ini dimulai dan diakhiri dengan penetapan oleh Otoritas Jasa Keuangan. 74 Dan apabila terjadi kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan, perusahaan dapat melakukan pembelian kembali saham tanpa persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. 75 Pembelian kembali saham tersebut hanya dapat dilakukan paling banyak 20 dua puluh perseratus dari modal disetor. 76 Dalam hal terjadi kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan, perusahaan dapat membeli kembali sahamnya tanpa melanggar ketentuan Pasal 91, Pasal 92, Pasal 95, dan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Oleh karena itu, jika pembelian kembali buyback saham tersebut dilakukan dengan melanggar ketentuan Pasal 91, Pasal 92, Pasal 95, dan Pasal 96 Undang-Undang No 8 Tahun 1995, maka pembelian kembali buyback saham tersebut adalah batal oleh hukum dan merupakan pelanggaran pidana pasar modal sebab ketentuan tersebut adalah ketentuan tentang pelanggaran dalam pasar modal yang memiliki sanksi pidana. 74 Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab I, Pasal 1, Angka 1, Huruf b. 75 Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab II, Pasal 4. 76 Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab II, Pasal 5. Universitas Sumatera Utara Ketentuan Pasal 91, Pasal 92, Pasal 95, dan Pasal 96 tersebut adalah ketentuan yang mengatur tentang penipuan, manipulasi pasar dan perdagangan orang dalam. Untuk memperjelas ketentuan pasal-pasal tersebut, maka selanjutnya akan dikemukakan tentang hal-hal yang dilarang oleh pasal-pasal tersebut, yakni: a. Pasal 91 Dalam Pasal 91 ini menjelaskan bahwa setiap pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek. Masyarakat pemodal sangat memerlukan informasi mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek yang tercermin dari kekuatan penawaran jual dan penawaran beli Efek sebagai dasar untuk mengambil keputusan investasi dalam Efek. Sehubungan dengan itu, ketentuan ini melarang adanya tindakan yang dapat menciptakan gambaran semu mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek, antara lain: 77 1 Melakukan transaksi Efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilikan; 2 Melakukan penawaran jual atau penawaran beli Efek pada harga tertentu, dimana Pihak tersebut juga telah bersekongkol dengan Pihak lain yang melakukan penawaran beli atau penawaran jual Efek yang sama pada harga yang kurang lebih sama. 77 Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Bab XI, Pasal 91, dan Penjelasannya. Universitas Sumatera Utara b. Pasal 92 Pasal 92 ini menjelaskan bahwa setiap pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain, dilarang melakukan 2 dua transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik, atau turun dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan Efek. Ketentuan ini melarang dilakukannya serangkaian transaksi Efek oleh satu Pihak atau beberapa Pihak yang bersekongkol sehingga menciptakan harga Efek yang semu di Bursa Efek karena tidak didasarkan pada kekuatan permintaan jual atau beli Efek yang sebenarnya dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau Pihak lain. 78 Contoh ketentuan tersebut dapat dilihat dari manipulasi pasar dalam bentuk praktek corner cornering, yaitu praktek penguasaan pasokan saham tertentu yang beredar di pasar sehingga persediaan terbatas shortage dan harga saham naik secara tidak normal. Disini pelaku corner dapat menentukan harga saham di bursa secara semu sampai pada titik yang diinginkannya. Sebab harga saham ini tidak berdasarkan pada ketentuan permintaan jual atau beli saham yang sebenarnya, melainkan harga saham tersebut direkayasa dengan cara melakukan transaksi semu. Dalam pasar modal di Indonesia, gejala yang mengarah kepada praktek corner ini dapat dilihat dari kejadian naiknya harga saham sebuah Bank secara tajam pada tanggal 8 April 1997. Hanya dalam waktu beberapa jam 78 Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Bab XI, Pasal 92, dan Penjelasannya. Universitas Sumatera Utara saja harga saham Bank tersebut meningkat mencapai 207. Hal ini disebabkan beberapa investor besar dan pialang melakukan praktek corner terhadap saham Bank tersebut. 79 c. Pasal 95 Pasal 95 ini menjelaskan bahwa orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas Efek : 1 Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau 2 Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan. Praktek insider trading ini terjadi apabila orang dalam insider melakukan perdagangan dengan melakukan informasi yang belum di- disclose . Dalam hal ini, insider trading mempunyai informasi yang mengandung fakta material yang dapat mempengaruhi harga saham. Posisi insider yang lebih baik informational advantages dibandingkan dengan investor lain dalam perdagangan saham, oleh karena itu, dapat menciptakan perdagangan saham yang tidak fair. Undang-undang Pasar Modal mengkategorikan insider trading sebagai penipuan, mengingat bahwa insider trading adalah suatu praktek yang dilakukan orang dalam perusahaan coorperate insiders melakukan perdagangan saham dengan menggunakan informasi yang mengandung fakta material yang 79 Bismar Nasution, Op. Cit., hlm. 11. Universitas Sumatera Utara dimilikinya sedangkan informasi itu belum terbuka tersedia untuk umum. 80 Undang-Undang Pasar Modal menetapkan yang termasuk “orang dalam” adalah: 81 1 komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik; 2 pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik; 3 orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam; atau 4 Pihak yang dalam waktu 6 enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, atau huruf c diatas. Misalnya, Tuan A berhenti sebagai direktur pada tanggal 1 Januari. Namun demikian Tuan A masih dianggap sebagai orang dalam sampai dengan tanggal 30 Juni pada tahun yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan “kedudukan” pada angka 3 diatas adalah jabatan pada lembaga, institusi, atau badan pemerintah. Dan yang dimaksud dengan “hubungan usaha” adalah hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usaha, antara lain hubungan nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan, dan kreditur. Kemudian yang dimaksud dengan 80 Ibid., hlm 12-13. 81 Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Bab XI, Pasal 95, dan Penjelasannya. Universitas Sumatera Utara “informasi orang dalam” adalah Informasi Material yang dimiliki oleh orang dalam yang belum tersedia untuk umum. 82 Larangan bagi orang dalam untuk melakukan pembelian atau penjualan atas Efek Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan didasarkan atas pertimbangan bahwa kedudukan orang dalam seharusnya mendahulukan kepentingan Emiten, Perusahaan Publik, atau pemegang saham secara keseluruhan termasuk di dalamnya untuk tidak menggunakan informasi orang dalam untuk kepentingan diri sendiri atau Pihak lain. 83 Di samping itu, orang dalam dari suatu Emiten atau Perusahaan Publik yang melakukan transaksi dengan perusahaan lain juga dikenakan larangan untuk melakukan transaksi atas Efek dari perusahaan lain tersebut, meskipun yang bersangkutan bukan orang dalam dari perusahaan lain tersebut. Hal ini karena informasi mengenai perusahaan lain tersebut lazimnya diperoleh karena kedudukannya pada Emiten atau Perusahaan Publik yang melakukan transaksi dengan perusahaan lain tersebut. 84 Yang dimaksud dengan “transaksi” adalah semua bentuk transaksi yang terjadi antara Emiten atau Perusahaan Publik dan perusahaan lain, 82 Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Bab XI, Pasal 95, dan Penjelasannya. 83 Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Bab XI, Pasal 95, Huruf a, dan Penjelasannya. 84 Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Bab XI, Pasal 95, Huruf b, dan Penjelasannya. Universitas Sumatera Utara termasuk transaksi atas Efek perusahaan lain tersebut yang dilakukan oleh Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan. 85 d. Pasal 96 Pasal 96 ini menjelaskan bahwa orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilarang: 1 Mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas Efek dimaksud; atau 2 Memberi informasi orang dalam kepada Pihak mana pun yang patut diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas Efek. Orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilarang mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian dan atau penjualan atas Efek dari Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan, walaupun orang dalam dimaksud tidak memberikan informasi orang dalam kepada Pihak lain, karena hal ini dapat mendorong Pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan Efek berdasarkan informasi orang dalam. Selain itu, orang dalam dilarang memberikan informasi orang dalam kepada Pihak lain yang diduga akan menggunakan informasi tersebut untuk melakukan pembelian dan atau penjualan Efek. Dengan demikian, orang dalam mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam menyebarkan informasi agar informasi tersebut tidak 85 Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Bab XI, Pasal 95, Huruf b, dan Penjelasannya. Universitas Sumatera Utara disalahgunakan oleh Pihak yang menerima informasi tersebut untuk melakukan pembelian atau penjualan atas Efek. 86 Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan pembelian kembali buyback saham menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013, yaitu: 87 a. Apabila kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia BEI dalam 3 tiga bulan terakhir mengalami tekanan yang tercermin dari turunnya Indeks Harga Saham Gabungan IHSG secara signifikan, b. Apabila kondisi perekonomian masih mengalami tekanan baik regional maupun nasional. c. Kondisi lain sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2POJK.042013. Kondisi ini dapat kita lihat pada turunnya IHSG sejak 20 Mei 2013 sampai 27 Agustus 2013 ini sebesar 1.247,134 poin 23,91 ditetapkan sebagai kondisi lain sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 1 huruf b Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2POJK.042013. Persyaratan lain pembelian kembali buyback saham dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan, yaitu sebagai berikut: a. Perusahaan dapat melakukan pembelian kembali saham setelah menyampaikan keterbukaan informasi kepada Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek paling lama 7 tujuh hari Bursa setelah terjadinya kondisi 86 Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Bab XI, Pasal 96, dan Penjelasannya. 87 Whisnu Bagus Prasetyo, “Ini Syarat Aturan Buyback Saham Otoritas Jasa Keuangan”, http:www.beritasatu.comsaham134422-ini-syarat-aturan-buyback-saham-Otoritas Jasa Keuangan.html diakses pada tanggal 22 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara pasar yang berfluktuasi secara signifikan. 88 Keterbukaan informasi yang dimaksud, yaitu: 89 a. perkiraan jadwal, biaya pembelian kembali saham tersebut, dan perkiraan jumlah nilai nominal seluruh saham yang akan dibeli kembali; b. perkiraan menurunnya pendapatan Perusahaan sebagai akibat pelaksanaan pembelian kembali saham dan dampak atas biaya pembiayaan Perusahaan; c. proforma laba per saham Perusahaan setelah rencana pembelian kembali saham dilaksanakan, dengan mempertimbangkan menurunnya pendapatan; d. pembatasan harga saham untuk pembelian kembali saham; e. pembatasan jangka waktu pembelian kembali saham; f. metode yang akan digunakan untuk membeli kembali saham; dan g. pembahasan dan analisis manajemen mengenai pengaruh pembelian kembali saham terhadap kegiatan usaha dan pertumbuhan Perusahaan di masa mendatang. b. Pembelian kembali saham tersebut hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 tiga bulan setelah keterbukaan informasi. 90 88 Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab II, Pasal 6, Angka 1. 89 Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab II, Pasal 6, Angka 4. 90 Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab II, Pasal 6, Angka 3. Universitas Sumatera Utara c. Jika pembelian kembali saham dilakukan melalui Bursa Efek, maka transaksi beli dilakukan melalui satu anggota bursa efek. 91 Ada beberapa pihak yang dilarang untuk melakukan transaksi atas saham perusahaan dalam jangka waktu pembelian kembali atau pada hari yang sama dengan penjualan saham hasil pembelian kembali yang dilakukan oleh perusahaan melalui bursa efek. Pihak yang dilarang untuk melakukan transaksi atas saham perusahaan tersebut adalah pihak yang dalam waktu 6 enam bulan terakhir tidak lagi menjadi komisaris, direktur, pegawai, dan pemegang saham utama perusahaan, serta orang perorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan usahanya dengan perusahaan memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam. 92 Dalam hal saham hasil pembelian kembali dapat dialihkan dengan cara: 93 a. dijual baik di Bursa Efek maupun di luar Bursa Efek; b. ditarik kembali dengan cara pengurangan modal; c. pelaksanaan Employee Stock Option Plan atau Employee Stock Purchase Plan ; d. pelaksanaan konversi utang menjadi saham Perusahaan; danatau e. pelaksanaan waran. 91 Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab II, Pasal 7. 92 Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab II, Pasal 8. 93 Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02POJK.042013 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan, Bab III, Pasal 9. Universitas Sumatera Utara

B. Prosedur Pembelian Kembali Buyback Saham

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

3 95 116

Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan

2 104 96

Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 1/Pojk.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Terhadap Perlindungan Konsumen Perbankan Di Indonesia

10 154 121

Buyback (Pembelian Kembali Saham ) Sebagai Perlindungan Modal Dan Kekayaan Perseroan Terbatas

0 61 108

Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

3 71 96

Efektivitas Pelaksanaan Sistem Pengawasan Terhadap Lembaga Asuransi Setelah Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (Studi Di Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Jakarta)

0 12 31

TINJAUAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN SETELAH TERBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) | ASSHIDDIEQY | Legal Opinion 5573 18333 2 PB

0 0 8

BAB II PENGATURAN DAN PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP SEKTOR JASA KEUANGAN A. Latar Belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan - Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

0 3 22

BAB II LATAR BELAKANG DILAKSANAKANNYA TINDAKAN PEMBELIAN KEMBALI (BUYBACK) SAHAM YANG BEREDAR DI PASAR MODAL A. Pengertian Pembelian Kembali (Buyback) Saham - Tinjauan Yuridis Terhadap Pembelian Kembali (Buyback) Saham Perusahaan Publik Setelah Terbentukn

0 0 14

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBELIAN KEMBALI (BUYBACK) SAHAM PERUSAHAAN PUBLIK SETELAH TERBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 11