Penggunaan Metode Ceramah dalam Pembelajaran Sejarah

33 Reformulasi Pendidikan Sejarah Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag. dan Drs. Aswan Zain 2010, penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Guru yang selalu senang menggunakan metode ceramah sementara tujuan pengajarannya adalah agar anak didik dapat memperagakan shalat, adalah kegiatan belajar mengajar yang kurang kondusif. Seharusnya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang harus menyesuaikan diri dengan metode. Menurut KTSP 2010 tentang Juknis Pengembangan Model Pembelajaran, untuk melaksanakan proses pembelajaran dalam rangka pencapaian kompetensi peserta didik diperlukan berbagai metode dan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Ber bagai model pembelajaran yang dikemukakan oleh para pakar pen­ didikan adalah varian yang menguntungkan guru dalam rangka pe­ laksanaan pembelajaran yang menantang dan menyenangkan. Pe milihan dan penerapan strategi pembelajaran yang digunakan guru diakui telah mengalami pergeseran dari yang mengutamakan pem berian informasi konsep­konsep menuju kepada strategi yang me ng utamakan keterampilan­keterampilan berpikir yang digunakan untuk memperoleh dan menggunakan konsep­konsep. Adanya peru­ bahan pergeseran strategi ini otomatis peran guru harus berubah yaitu dari peran sebagai penyampai bahan pelajaran transformator ke peran se ba gai fasilitator atau dari “teacher centered” ke “student centered” Hasil evaluasi kegiatan Bimtek KTSP Tahun 2009 dan hasil su­ pervisi dan evaluasi RSKMRSSN, RPBKL, RPSB dan KTSP Tahun 2009 yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMA menemukan bahwa pada umumnya pembelajaran sudah mulai bergeser ke “student centered”, tetapi guru belum termotivasi untuk memodiikasi model­ mo del pembelajaran yang ada. Guru belum memahami bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran, belum dapat membedakan antara pendekatan, strategi, metode, dan tek nik dalam model pem­ belajaran. Guru lebih mementingkan pe nyam paian informasi daripada membelajarkan siswa. Bahkan ada in di kasi guru menganggap bahwa model pembelajaran yang efektif harus meng gunakan peralatan yang 34 Pendidikan Sejarah, Suatu Keharusan canggih dan lengkap. Sementara itu, di beberapa sekolah belum me­ miliki peralatan dimaksud. Kondisi ini digunakan sebagai alasan un­ tuk belum mengembangkan model­model pembelajaran yang inovatif Direktorat Pembinaan SMA 2010. Dari uraian di atas, kiranya yang dibutuhkan oleh seorang guru untuk bisa meraih keberhasilan dalam pembelajarannya adalah guru perlu sedikit kreatif untuk berusaha memahami dan mengembangkan ataupun memodiikasi model­model pembelajaran yang sudah ada dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menye­ nangkan.

2. Guru Lebih Menekankan Unsur Kognitif dalam Pembelajaran Sejarah

Sardiman AM 2012 dalam makalahnya yang disampaikan pada sarasehan tentang Kebangkitan Nasional di Dinas Kebudayaan Pro­ pinsi DIY pada tanggal 30 Mei 2012, menyampaikan pertanyaan yang sangat mendasar kaitannya tentang kesadaran sejarah masyarakat bangsa ini. Apakah kita sudah termasuk bangsa yang menghargai sejarah per­ juangan para pahlawan kita sendiri, menghargai karya­karya besar budaya bangsa, mengingat di antara kita banyak yang tidak memahami sejarah sejarah perjuangan bangsa ini. Indikator yang terlihat salah satunya banyak anggota masyarakat dan para remaja kita tidak senang, tidak berminat dengan pelajaran sejarah. Pelajaran sejarah di sekolah menjadi mata pelajaran yang tidak menarik dan membosankan. Pelajaran sejarah dipandang menjadi mata pelajaran yang tidak penting. Apalagi tidak di UN­kan. Posisi ma ta pelajaran sejarah di sekolah dipandang sebagai mata pelajaran tam ba­ han yang dapat dibelajarkan oleh siapa saja. Mengapa demikian? Salah satu sebabnya bisa ditebak, karena pembelajaran sejarah kita cenderung hafalan dan kurang bermakna dalam kehidupan keseharian yang berada di tengah­tengah dinamika kehidupan masyarakat yang cenderung konsumtif­materialistik. Hal ihwal termasuk mata ajar yang tidak terkait langsung dengan soal materi dan ekomoni, tidak begitu diminati, tidak begitu marketable. Padahal sejarah sarat dengan nilai­nilai yang bisa membentuk kepribadian siswa menjadi manusia­manusia bijaksana dalam meng­ arungi kehidupan. Selama ini guru kurang menekankan pada nilai­ nilai sejarah yang seharusnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari­ hari siswa. 35 Reformulasi Pendidikan Sejarah Begitu juga dalam pembelajaran sejarah masih cukup mem­ pri hatinkan. Pembelajaran sejarah lebih banyak hafalan dan bersifat kognitif. Akibatnya pembelajaran sejarah tidak mampu menjangkau kepada aspek­aspek moralitas, menyangkut kecerdasan emosional dan spiritual. Pembelajaran sejarah kita masih jarang yang mampu me­ masuki wilayah ranah afektif, seperti sikap arif, menumbuhkan se ma­ ngat kebangsaan, bangga terhadap bangsa dan negaranya, apalagi sampai memahami hakikat dirinya sebagai manifestasi kesadaran sejarah yang paling tinggi, sehingga memunculkan sikap dan tindakan sebagaimana pernah dicontohkan oleh para pejuang dan pahlawan kita Sardiman AM 2012, h.5. Proses pembelajaran sejarah kita, disadari atau tidak memang ma­ sih berkutat pada transfer pengetahuan yang lebih menekankan pada ranah kognitif. Padahal proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, aspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai de ngan bakat, minat, dan perkembangan isik serta psikologis peserta didik Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Mewujudkan Belajar Sejarah Menjadi Lebih Menyenangkan Dalam rangka mewujudkan belajar sejarah menjadi lebih me­ nye nangkan dalam proses pembelajaran, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru, antara lain yaitu:

1. Guru Harus Kreatif untuk Menyiapkan dan Menerapkan Metode Model Pembelajaran yang Bervariasi.

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pe­ milihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran Peraturan Menteri Pen didikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Lam piran butir B.8.. Metodemodel pembelajaran bisa diciptakan sendiri atau cu kup dengan mengadopsi model­model pembelajaran yang sudah dirumuskan