59 yakni yang bisa kita bicarakan sebagai subyek sendiri, terlepas dari
kaitan-kaitannya dengan hal-hal diluar peraturan-peraturan tersebut. Ketiga, metode sosiologis, metode ini digunakan untuk melihat hukum
sebagai alat untuk mengatur masyarakat.
63
2. Hakekat, Fungsi dan Tujuan Hukum.
Pada hakekatnya hukum dimaksudkan untuk mengatur hubungan tingkah laku dan pergaulan yang ada di dalam masyarakat.
Baik yang dilakukan oleh orang yang satu dengan orang yang lainnya, orang perorangan dengan negara maupun mengatur mengenai
hubungan lembaga-lembaga yang ada di dalam negara tersebut. Dengan adanya hukum maka kekuasaan yang dijalankan agar sesuai dengan
fungsi dan tujuan dari pada hukum itu sendiri. Hukum di bentuk oleh manusia untuk mengendalikan setiap
pergaulan di antara manusia itu sendiri. Dimana manusia di kenal sebagai zoon politicon yaitu mahluk yang mempunyai kecenderungan
untuk hidup berkelompok. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Cicero yaitu ubi societas ibi ius dimana ada masyarakat di situ ada
hukum. Hakekat tentang hukum sendiri dapat di lihat dari tiga teori,
yaitu teori imperatif, teori indikatif dan teori optatif.
64
Di dalam teori imperatif, hakekat hukum dapat ditemukan dari asal mula hukum itu
diciptakan. Misalnya teori yang mengatakan bahwa hukum berasal dari negara atau teori yang mengatakan bahwa hukum berasal dari
63
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cet. Keenam, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 5-6
64
O. Notohamidjojo, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1974, hlm. 26-29.
60 perjanjian dalam masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Thomas
Hobbes, John Locke dan J.J Rouseau. Dalam teori indikatif, hakekat hukum ditemukan dalam kenyataan di dalam hukum itu sendiri. Dalam
hal ini misalnya menunjukkan pada paham Volkgeist jiwa bangsa yang dikemukakan oleh Von Savigny. Sedangkan teori optatif mengatakan
bahwa hakekat hukum dapat ditemukan di dalam tujuan dari hukum itu sendiri.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam teori optatif bahwa hakekat hukum diketemukan dalam tujuan hukum. Yang dimaksud
dengan tujuan hukum adalah apa yang hendak dicapai oleh hukum. Dalam hal ini hukum ingin mencapai keseimbangan agar hubungan
yang ditimbulkan oleh kepentingan masyarakat agar tidak terjadi kekacauan. Untuk menjamin keseimbangan tersebut maka diperlukan
tujuan hukum. Seperti halnya dengan definisi tentang hukum, maka tujuan hukum pun banyak ragamnya. Namun secara umum tujuan
hukum adalah untuk mencapai keadilan. Tujuan hukum untuk mencapai keadilan dalam teori hukum di
kenal sebagai teori etis. Menurut para penganut teori etis, dikatakan bahwa hakekat keadilan itu terletak pada penilaian terhadap suatu
perlakuan atau tindakan. Dalam hal ini ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak yang diperlakukan.
65
Teori etis ini dipelopori oleh Aristoteles. Dalam memandang keadilan,
Aristoteles membedakannya menjadi dua macam, yaitu justisia distributiva dan justisia comutativa. Dalam justisia distributiva
dikehendaki bahwa setiap orang mendapat apa yang menjadi haknya yang harus ia terima. Sedangkan dalam justisia comutativa atau
65
Esmi Warasih, Loc Cit, hlm. 24.
61 keadilan yang menyamakan. Dalam justisia comutativa dikatakan
bahwa setiap orang berhak menerima hak yang sama banyaknya seperti orang lain.
Selain tujuan hukum ditinjau dari teori etis, juga ada tujuan hukum dari teori utilitas. Teori ini di perkenalkan oleh Jeremy
Bentham. Tujuan utilitas dimaksudkan untuk menghasilkan sebesar- besarnya kebahagiaan dan kesenangan bagi sebanyak-banyaknya orang.
Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Jeremy Bentham yang menyatakan bahwa tujuan hukum adalah the greatest good of the greatest number
kebahagiaan yang terbesar bagi manusia dalam jumlah yang sebesar- besarnya. Artinya bahwa menurut teori ini, masyarakat yang ideal
adalah masyarakat yang mencoba memperbesar kebahagiaan dan memperkecil ketidak bahagiaan, atau masyarakat yang mencoba
memberi kebahagiaan yang sebesar mungkin kepada rakyat pada umumnya, agar ketidak bahagiaan di usahakan sedikit mungkin di
rasakan oleh rakyat pada umumnya.
66
Selain kedua teori tujuan hukum yang sudah disebutkan teori etis dan teori utilitas, juga dikenal dengan tujuan hukum campuran.
Tujuan hukum campuran dianggap sebagai tujuan hukum jalan tengah bagi tujuan etis dan tujuan utilitas. Dalam teori tujuan hukum
campuran, tujuan hukum adalah untuk mencapai ketertiban. Pada intinya tujuan hukum campuran adalah untuk mengatur pergaulan dan
kedamaian hidup manusia yang meliputi ketertiban pribadi internal maupun pribadi eksternal masyakarat secara damai.
Mochtar Kusumaatmadja melihat tujuan hukum adalah untuk mencapai keadilan yang berbeda-beda isinya dan ukurannya menurut
66
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Loc Cit, hlm. 62.
62 masyarakat dan zamannya.
67
Sedangkan bagi bangsa Indonesia, tujuan hukumnya didasarkan pada Pancasila. Hal ini dapat diketahui ketika
Mochtar Kusumaatmadja memberikan pernyataannya tentang tujuan hukum berdasarkan cita hukum Pancasila. Sebagaimana dikutip oleh
Bernard Arief Sidharta, tujuan hukum Pancasila adalah untuk memberikan pengayoman kepada manusia, yakni melindungi manusia
secara pasif negatif dengan mencegah tindakan sewenang-wenang, dan secara aktif positif dengan menciptakan kondisi kemasyarakatan
yang manusiawi yang memungkinkan proses kemasyarakatan berlangsung secara wajar sehingga secara adil tiap manusia
memperoleh kesempatan yang luas dan sama untuk mengembankan seluruh potensi kemanusiaan secara utuh.
68
Sehingga tujuan hukum berdasarkan cita hukum Pancasila sebagaimana dikemukakan oleh
Mochtar Kusumaatmadja disebut dengan “tujuan hukum pengayoman”.
Tujuan hukum pengayoman ini merupakan tujuan hukum menurut masyarakat dan bangsa Indonesia yang berbeda dengan tujuan hukum
pada negara-negara barat yang didasarkan pada liberalisme. Menurut Gustav Radburgh, hukum mempunyai tiga tujuan,
yaitu: kepastian hukum, Keadilan dan daya guna doelmatigheid. Pertama, kepastian hukum. Kepastian hukum mempunyai arti bahwa
hukum itu harus pasti yang tidak mudah untuk berubah-ubah sesuai dengan perubahan dalam masyarakat dan dapat ditaati oleh masyarakat
pada waktu dan tempat manapun. Sehingga dengan tidak mudahnya hukum untuk berubah-ubah maka setiap tindakan yang dilakukan oleh
masyarakat itu dapat ditentukan apakah perbuatan masyarakat tersebut
67
Soedikno Mertokusumo, Loc Cit, hlm. 80-81.
68
Bernard Arief Sidharta, Loc Cit, hlm. 190.
63 melanggar dan menyimpang dari peraturan hukum atau tidak. Dengan
demikian maka kepastian hukum mempunyai fungsi memastikan bahwa hukum yang berisi keadilan dan norma-norma yang memajukan
kebaikan manusia, benar-benar berfungsi sebagai peraturan yang ditaati. Dengan adanya kepastian bahwa aturan-aturan itu ditaati, maka
keadilan benar-benar mendatangkan manfaat bagi kebaikan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas.
69
Kedua, Keadilan. Keadilan merupakan tujuan hukum yang paling penting dan utama. Membicarakan masalah keadilan sama
sulitnya dengan membicarakan mengenai hukum itu sendiri. Bahkan pengertian keadilan itu berbeda-beda antara satu orang dengan orang
yang lainnya hal ini karena keadilan mempunyai pengertian yang relatif tergantung pada pemahaman dan pandangan seseorang terhadap
falsafah yang dianutnya. Orang yang menganut faham individual individualism akan berbeda pandangan dengan orang yang menganut
faham kolektif collectivism dalam memandang apa itu keadilan. Meskipun sulit untuk dirumuskan, pembahasan mengenai
keadilan selalu menjadi bahan pembicaraan pada setiap aliran dalam filsafat hukum. Namun penulis akan membahas secara singkat
mengenai keadilan. Oleh John Rawl suatu keadilan hanya dapat di capai oleh suatu masyarakat jika dalam masyarakat tersebut terpenuhi
dua prinsip, yaitu:
a. Prinsip keadilan harus memberi penilaian konkret tentang adil
tidaknya institusi-institusi dan praktek-praktek institusional; b.
Prinsip-prinsip keadilan harus membimbing kita dalam memperkembangkan kebijakan-kebijakan dan hukum untuk
69
Bernard L. Tanya, Politik Hukum: Agenda Kepentingan Bersama, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011, hlm. 2.
64
mengoreksi ketidakadilan dalam struktur dasar masyarakat tertentu.
70
Sehingga keadilan dapat dibedakan kedalam beberapa jenis, yaitu pertama, keadilan umum justisia generalis atau keadilan legal,
yaitu keadilan menurut kehendak undang-undang, yang harus ditunaikan demi kepentingan umum; Kedua, keadilan khusus. Yaitu
keadilan atas dasar kesamaan atau proporsionalitas. Keadilan khusus ini dibedakan menjadi 1 Keadilan distributif justisia distributiva, yaitu
keadilan yang secara proporsional diterapkan dalam lapangan hukum publik secara umum; 2 Keadilan komutatif justisia commutativa,
yaitu keadilan dengan mempersamakan antara prestasi dan kontraprestasi; dan 3 Keadilan vindikatif justitia vindicativa, yaitu
keadilan dalam hal menjatuhkan hukuman atau ganti kerugian dalam tindak pidana.
71
Ketiga, Aequitas. Yaitu keadilan yang berlaku umum, obyektif dan tidak memperhitungkan situasi dari pada orang yang
bersangkutan.
72
Ketiga, Daya Guna doelmatigheid. Yang dimaksud dengan daya guna adalah bahwa dalam proses bekerjanya hukum, hukum itu
dapat memaksa masyarakat pada umumnya dan para penegak hukum khususnya untuk melakukan segala aktivitasnya selalu berkaca pada
hukum yang mengaturnya.
73
Jadi hukum menuju kepada tujuan yang penuh harga waardevol. Sehingga dalam daya guna ada tiga nilai
penting bagi hukum, yaitu:
70
Darji Darmodihardjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hlm.
163.
71
Op Cit, hlm. 156-157.
72
O. Notohamidjojo, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, Loc Cit, hlm. 79.
73
H. Haris Soche, Supremasi Hukum dan Prinsip Demokrasi di Indonesia, PT. Hanindita, Yogyakarta, 1985, hlm. 11-12.
65
a. Individualwerte, nilai-nilai pribadi yang penting untuk
mewujudkan kepribadian manusia. Hal ini didapati didalam liberalisme dan demokrasi.
b. Gemeinschaftswerte, nilai-nilai masyarakat, nilai yang hanya
dapat diwujudkan dalam masyarakat manusia. Hal ini didapati di dalam konservatisme Jerman.
c. Werkwerte, nilai-nilai dalam karya manusia ilmu, kesenian
dan pada umumnya dalam kebudayaan.
74
Agar tujuan hukum yang sebagaimana telah disebutkan dapat tercapai maka diperlukan fungsi hukum yang diharapkan dapat
menggerakkan berbagai tingkah laku dari masyarakat. Fungsi hukum tidak hanya sebagai kontrol masyarakat tetapi lebih daripada itu. Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Iskandar Siahaan yang melihat fungsi hukum dari sudut pandang sosiologi hukum. Iskandar Siahaan dalam
bukunya yang berjudul Hukum dan Kecongkakan Kekuasaan
mengatakan bahwa:
“Hukum selain mempunyai fungsi sebagai social control, juga berfungsi sebagai alat perubahan sosial social engeenering, fungsi
tersebut akan tidak tercipta dan akan menghambat terciptanya keadilan ekonomi maupun keadilan politik apabila hukum tidak digunakan
dengan penggunaan kekuasaan tidak sesuai dengan hakikat sebab kalau hukum sudah tidak benar penggunaannya maka kekuasaan pun
cenderung digunakan secara tidak benar
”.
75
Menurut Bernard Arief Sidharta, hukum mengemban dua fungsi, yaitu pertama fungsi ekspresif, yakni mengungkapkan
pandangan hidup, nilai-nilai budaya dan keadilan. Kedua, fungsi instrumental, yakni sarana untuk menciptakan dan memelihara
ketertiban, stabilitas dan prediktabilitas, sarana untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan mewujudkan keadilan, sarana pendidikan serta
pengadaban masyarakat,
dan sara
pembaharuan masyarakat
74
O. Notohamidjojo, Loc Cit, hlm. 44-45.
75
H. Harris Soche, Loc Cit, hlm. 8
66 mendorong,
mengkanalisasi dan
mengarahkan perubahan
masyarakat.
76
Selanjutnya menurut Hoebel, hukum mempunyai empat fungsi dasar, yaitu:
a. Menetapkan hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat,
dengan menunjukkan jenis-jenis tingkah laku-tingkah laku apa yang diperkenankan dan apa pula yang dilarang;
b. Menentukan pembagian kekuasaan dan memerinci siapa saja yang
boleh melakukan paksaan serta siapakah yang harus mentaatinya dan sekaligus memilihkan sanksi-sanksinya yang tepat dan efektif;
c. Menyelesaikan sengketa;
d. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan kondisi-kondisi kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali hubungan esensial antara anggota-
anggota masyarakat.
77
Jika ditinjau dari segi penegakan hukum, maka hukum itu mempunyai lima fungsi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sjahran
Basah dan Mukhsin, kelima fungsi hukum tersebut adalah:
a. Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk
masyarakat yang hendak dicapai dengan tujuan kehidupan bernegara;
b. Integratif, sebagai pembina persatuan bangsa;
c. Stabilitatif, sebagai pemelihara dan menjaga keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat;
d. Perfektif, sebagai penyempurna baik terhadap sikap tindak
administratif negara maupun sikap tindak warga apabila terjadi pertentangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat;
e. Korektif, sebagai pengoreksi atas sikap tindak baik administrasi
negara maupun warga apabila terjadi bertentangan hak dan kewajiban untuk mendapatkan keadilan.
78
Keseluruhan fungsi hukum yang sudah dikemukakan diatas pada intinya adalah bahwa hukum itu berfungsi untuk melakukan
pencegahan terhadap konflik kepentingan yang terjadi di masyarakat. Jika terjadi konflik kepentingan dalam masyarakat maka hukum akan
76
Bernard Arief Sidharta, Loc Cit, hlm. 189.
77
Esmi Warasih, Loc Cit, hlm. 26-27.
78
Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Maju, Bandung, 2011, hlm. 259.
67 memerankan fungsinya sebagai penyedia cara untuk memecahkan
konflik kepentingan di masyarakat tersebut dengan berdasarkan kepada kebijakan yang berdasarkan pada norma yang berlaku. Dengan kata
lain bahwa dengan adanya hukum maka konflik kepentingan tidak lagi dipecahkan menurut siapa yang paling kuat, melainkan berdasarkan
aturan yang berorientasi pada kepentingan-kepentingan dan nilai-nilai objektif dengan tidak membedakan antara yang kuat dan yang lemah.
79
3. Hubungan Antara Negara Dengan Hukum.