Teori Ketuhanan. Teori Perjanjian.

34

3. Kekuasaan Negara.

Salah satu aspek paling penting dalam pembahasan tentang negara adalah mengenai kekuasaannya yang besar. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Webber, bahwa negara adalah satu-satunya lembaga yang memiliki keabsahan untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap warganya. 24 Selain hal tersebut, dalam hukum ketatanegaraan, negara sebagai suatu organisasi kekuasaan, dan organisasi itu merupakan tata kerja daripada alat-alat perlengkapan negara yang merupakan suatu keutuhan, tata kerja yang melukiskan hubungan serta pembagian tugas dan kewajiban masing-masing alat perlengkapan negara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 25 Sehingga timbullah pertanyaan darimanakah kekuasaan itu berasal. Asal kekuasaan yang dimiliki oleh negara tidak bisa dilepaskan dengan teori asal mula negara. Adapun teori asal mula negara itu sendiri berkaitan dengan legitimasi kekuasaan negara. Oleh karena itu, agar suatu negara mempunyai legitimasi kekuasaan maka suatu negara memerlukan sumber kekuasaan. Adapun sumber kekuasaan negara dapat diperoleh dari empat teori yaitu teori teokrasi, teori perjanjian, teori kekuasaan dan teori kedaulatan.

a. Teori Ketuhanan.

Teori Ketuhanan disebut juga sebagai teori Teokrasi. Teori Ketuhanan berkembang pada abad pertengahan 26 yaitu abad V sampai abad XV. Teori Ketuhanan ini dikembangkan oleh Augustinus, Thomas 24 Arief Budiman, Loc Cit, hlm. 6. 25 Soehino, Loc Cit, hlm. 149. 26 Disebut sebagai abad pertengahan karena abad-abad ini berada di antara zaman antik dan zaman modern. 35 Aquinas dan Julius Stahl. Di dalam teori Ketuhanan sumber kekuasaan negara diperoleh dari Tuhan. Negara tidak akan tercipta kalau tidak ada kehendak dari Tuhan.

b. Teori Perjanjian.

Teori perjanjian ini didasarkan pada teori hukum alam. Di dalam teori perjanjian, dikatakan bahwa negara terbentuk karena adanya perjanjian diantara sekelompok manusia yaitu masyarakat. Dalam hal ini adanya kekuasaan berasal dari adanya perjanjian dalam masyarakat, bukan berasal dari Tuhan sebagaimana pandangan dari teori Teokrasi. Dari perjanjian masyarakat ini, kekuasaan diserahkan kepada seseorang yang akhirnya di angkat menjadi raja. Raja ini mempunyai kekuasaan untuk menyelenggarakan kepentingan masyarakat. Meskipun demikian dalam teori perjanjian masyarakat terutama dalam hal penyerahan kekuasaan dari rakyat kepada raja terdapat berbagai macam pendapat. Yaitu antara lain pendapat dari Thomas Hobbes dan J.J. Rousseau. Perbedaan ajaran dari Thomas Hobbes dan J.J Rousseau dapat diketemukan dalam sifat daripada perjanjian masyarakat tersebut. Dalam ajaran Thomas Hobbes perjanjian masyarakat bersifat langsung. Ini berarti bahwa orang-orang yang menyelenggarakan perjanjian itu langsung menyerahkan atau melepaskan haknya atau kemerdekaannya kepada raja, jadi tidak melalui masyarakat, raja berada di luar perjanjian, jadi tidak merupakan fihak dalam perjanjian itu. Dengan demikian raja tidak terikat oleh perjanjian. Sedangkan dalam ajaran Rousseau perjanjian dalam masyarakat itu bertingkat. Artinya orang- 36 orang yang menyelenggarakan perjanjian itu menyerahkan hak-hak alamiahnya kepada masyarakat. Namun penyerahan ini tidak sepenuhnya. Kemudian masyarakat yang akan menyerahkannya kepada raja. 27

c. Teori kekuatan.