97
2. Kaidah-kaidah hukum harus selaras dengan hak-hak asasi
manusia; 3.
Negara mempunyai kewajiban untuk menciptakan kondisi-kondisi sosial yang memungkinkan terwujudnya aspirasi-aspirasi manusia
dan penghargaan yang wajar terhadap martabat manusia; 4.
Terdapatnya tata cara yang jelas dalam proses mendapatkan keadilan terhadap perbuatan yang sewenang-wenang dari
penguasa; 5.
Adanya badan yudikatif yang merdeka dan bebas yang akan dapat memeriksa serta memperbaiki setiap tindakan yang sewenang-
wenang dari badan-badan eksekutif dan legislatif.
130
b. Konsep Rechtsstaat.
Konsep Rechtsstaat tumbuh dan berkembang di negara-negara Eropa Kontinental yang bertumpu pada sistem hukum civil law.
131
Istilah Rechtsstaat
132
muncul di Jerman yang pertama kali diperkenalkan oleh seorang guru besar di Universitas Berlin yang
bernama Rudolf Von Gniest. Dalam bukunya yang berjudul Das Englisehe Verwaltungserecht, Gneist menggunakan istilah rechtsstaat
untuk menyebutkan konsep negara hukum rule of law yang berlaku di Inggris.
Konsep rechtsstaat lahir dari perjuangan untuk menentang absolutisme yang dilakukan oleh para raja. Sebagaimana sudah
disebutkan bahwa pada abad 17 raja memerintah dengan absolut.
130
Ibid.
131
Civil law didefinisikan sebagai suatu tradisi hukum yang berasal dari hukum Roma yang terkodifikasi dalam Corpus Juris Civilis Justinian dan tersebar keseluruh
benua Eropa dan seluruh dunia yang terbagi dalam dua cabang yaitu a hukum romawi yang terkodifikasi kode sipil Perancis 1804 dan daerah lainnya di benua
Eropa yang mengadopsinya, Quebec dan Lousiana; b hukum Romawi yang tidak dikodifikasi Skotlandia dan Afrika Selatan Hukum Kode sipil sangat sistematis,
terstruktur yang berdasarkan deklarasi para dewan, prinsip-prinsip umum dan sering menghindari hal-hal detail. Ade Maman Suherman, Loc Cit, hlm. 57.
132
Istilah Rechtsstaat itu sendiri mengandung pengertian tentang pembatasan kekuasaan negara oleh tertib hukum, yang erat, walau tidak sepenuhnya
teridentifikasi, dengan pertumbuhan individualisme. W. Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum Hukum dan Masalah-Masalah Kontemporer, Susunan III, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1994, hlm. 250.
98 dengan diilhami oleh Montesquieu dan Rousseau maka rakyat
melakukan perlawanan terhadap raja dengan cara melakukan pembatasan terhadap kekuasaan raja dengan konstitusi. Sehingga
konsep rechtsstaat mempunyai sifat revolusioner. Selain mempunyai sifat yang revolusioner, rechtsstaat juga
berkarakteristik administratif. Hal ini disebabkan karena rechtsstaat bertumpu pada sistem hukum civil law. Dalam konsep rechtsstaat
peranan administratif sangat menonjol. Sifat administratif dari rechtsstaat muncul disebabkan karena dalam negara Eropa Kontinental.
Raja pada zaman kerajaan Romawi mempunyai kekuasaan yang dominan terutama kekuasaan dalam bidang pembuatan peraturan
hukum melalui dekrit. Kekuasaan tersebut kemudian di delegasikan kepada pejabat-pejabat administratif yang membuat pengarahan-
pengarahan tertulis bagi hakim tentang bagaimana memutus suatu sengketa. Kegiatan-kegiatan pejabat administratif yang demikian setiap
saat terus meningkat sehubungan meningkatnya kasus-kasus dibidang hukum, sehingga dengan begitu besarnya perananan administratif
negara, tidak mengherankan kalau dalam sistem hukum civil law inilah asal muasal munculnya cabang hukum baru yang disebut droit
administratief yang intinya adalah hubungan antara administrasi negara dengan rakyat.
133
Dengan adanya perkembangan administratif tersebut terutama dengan lahirnya konsep droit adminstratief maka diperlukan langkah-
langkah untuk membatasi tindakan administrasi negara. Prinsip-prinsip wawasan rechtsstaat merupakan alat untuk membatasi perluasan dan
133
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hlm. 73.
99 penggunaan kekuasaan negara secara totaliter dan secara tidak
terkontrol yang dilakukan oleh administrasi negara. Prinsip-prinsip tersebut merupakan jaminan terhadap ditegakkannya HAM, adanya
pembagian kekuasaan dalam negara yang pasti dan jelas, penyelenggaraan pemerintah yang didasarkan pada undang-undang,
serta adanya
pengawasan judisial
terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara tersebut.
134
Guna tercapainya gagasan untuk membatasi administrasi negara tersebut maka Julius Stahl menyatakan bahwa rechtsstaat adalah suatu
negara hukum yang didasarkan pada unsur-unsur: 1 adanya penghormatan dan perlindungan terhadap HAM; 2 adanya konsep
trias politica yaitu pembagian kekuasaan distribution of power atau pemisahan kekuasaan separation of power; 3 pemerintahan
berdasarkan peraturan perundang-undangan wetmatigheid van bestuur; 4 adanya peradilan administrasi negara dalam perselisihan.
Adapun Paul Scholten menyatakan bahwa ada dua ciri rechtsstaat, yaitu pertama, er is recht tegenover den staat warga
negara itu mempunyai hak terhadap negara, individu mempunyai hak terhadap masyarakat. Ciri pertama ini meliputi dua unsur yaitu: 1
Manusia itu mempunyai suasana tersendiri, yang pada asasnya terletak diluar wewenang negara; 2 Pembatasan suasana manusia itu hanya
dapat dilakukan dengan ketentuan undang-undang, dengan peraturan- peraturan umum. Kedua, er is scheiding van machten dalam negara
hukum ada pemisahan kekuasaan.
135
134
Ahmad Syahrial, Loc Cit, hlm. 60.
135
O. Notohamidjojo, Makna Negara Hukum....., Loc Cit, hlm. 25-26.
100 Rumusan Julius Stahl tersebut yang menjadi ciri utama dalam
konsep negara hukum rechtsstaat adalah penekanannya terhadap HAM. Hal ini bisa dipahami bahwa rechtsstaat lahir karena reaksi atas
pemikiran tentang kedaulatan negara dan raja berkuasa dengan sewenang-wenang sehingga mengakibatkan terjadinya penindasan dan
pelanggaran terhadap HAM yang dilakukan oleh raja pada waktu itu. Sehingga begitu penting penjaminan yang diberikan oleh negara hukum
terhadap HAM. Hak asasi dan kebebasan manusia ini diberikan kepada semua manusia agar bisa merasakan kebebasan dan hak asasinya yang
selama ini terjadi penindasan dan perampasan terhadap nilai-nilai kemunusiaan yang dilakukan oleh penguasa yang otoriter dan totaliter.
Konsep Rechtsstaat yang tidak jauh berbeda dari konsep Julius Stahl dikemukakan oleh dari J.B.J.M ten Berge. ten Berge
menyebutkan unsur-unsur yang terdapat dalam rechtsstaat adalah sebagai berikut:
1. Asas Legalitas.
Pembatasan kebebasan warga negara oleh pemerintah harus ditemukan dasarnya dalam undang-undang yang merupakan
peraturan umum. undang-undang secara umum harus memberikan jaminan terhadap warga negara terhadap tindakan pemerintah
yang sewenang-wenang, kolusi dan berbagai jenis tindakan yang tidak benar. Pelaksnaan wewenang oleh organ pemerintahan harus
ditemukan dasarnya pada undang-undang tertulis undang-undang formal.
2. Perlindungan hak asasi manusia.
3. Pemerintah terikat pada hukum.
4. Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum.
Hukum harus dapat ditegakkan ketika hukum itu dilanggar. Pemerintah harus menjamin bahwa di tengah masyarakat terdapat
instrumen yuridis penegakan hukum. Pemerintah dapat memaksa seseorang yang melanggar hukum melalui sistem peradilan negara.
Memaksakan hukum publik secara prinsip merupakan tugas pemerintah.
5. Pengawasan oleh hakim yang merdeka.
Superitas hukum tidak dapat ditampilkan jika aturan-aturan hukum hanya dilaksanakan organ pemeritnahan. Oleh karena itu, dalam
101
setiap negara hukum diperlukan pengawasan oleh hukum yang merdeka.
136
Konsep rechtsstaat, baik yang dikemukakan oleh Julius Stahl maupun oleh ten Berge pada perkembangannya mendapatkan
penyempurnaan dari Couwenberg. Menurut Couwenberg asas rechtsstaat terdiri dari:
1. Pemisahan antara negara dan masyarakat sipil de scheiding tussen
staat en burgelijke maatschappij. Pemisahan antara kepentingan umum dan kepentingan khusus perorangan, pemisahan antara
hukum publik dan hukum privat. 2.
Pemisahan antara negara dan gereja agama. 3.
Jaminan atas hak-hak kebebasan sipil burgelijke vrijheids rechten.
4. Persamaan terhadap undang-undang gelijkheid voor de wet.
5. Konstitusi tertulis sebagai dasar kekuasaan negara dan dasar
sistem hukum. 6.
Pemisahan kekuasaan berdasarkan ajaran trias politica dan sistem checks and balances.
7. Asas legalitas heerschappij van de wet.
8. Ide tentang aparat pemerintahan dan kekuasaan kehakiman yang
tidak memihak dan netral. 9.
Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat terhadap penguasa oleh pengadilan yang bebas dan tidak memihak.
10. Prinsip pembagian kekuasaan, baik teritoral sifatnya maupun
vertikal sistem federasi maupun desentralisasi.
137
Meskipun Couwenberg telah melakukan penyempurnaan terhadap konsep rechtsstaat nya Julius Stahl maupun ten Berge namun
Couwenberg masih memandang konsep rechtsstaat tersebut dari sudut pandang formal. Penyempurnaan yang dilakukan oleh Couwengerg
menghasilkan apa yang disebut dengan formale democratische rechtsstaat. Sifat formal tersebut dikarenakan dalam unsur-unsur diatas
tidak menunjukkan adanya peran serta atau turut campurnya negara pemerintah dalam bidang kesejahteraan masyarakatnya.
136
Ridwan HR, Loc Cit, hlm. 9-10.
137
Abdul Latif, Fungsi Mahkamah Konsitutsi Dalam Upaya Mewujudkan Negara Hukum Demokrasi, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2007, hlm. 114-115.
102 Dengan seiring berjalannya waktu konsep rechtsstaat telah
mengalami perkembangan. Konsep rechtsstaat klasik telah berkembang menjadi rechtsstaat modern. Konsep rechtsstaat klasik yang dulu
bersifat liberal berkembang menjadi konsep rechtsstaat yang bersifat sosial. Dimana dalam rechtsstaat yang bersifat sosial sociale
rechtsstaat negara juga mempunyai tujuan untuk mensejahterakan rakyatnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan negara
hukum kesejahteraan welvare rechtsstaat Sehingga dalam hal ini Scheltema sebagaimana dikutip oleh Bernard Arief Sidharta,
menyebutkan bahwa konsep modern welvare rechtsstaat mempunyai lima aspek hukum berikut ini:
1. Eksistensi negara hukum, dengan mengutip pendapat Van Der
Hoeven, Bernard Arief Sidharta menyebutkan ada dua persyaratan: a.
Prediktabilitas perilaku, khususnya perilaku pemerintah yang mengimplementasikan ketertiban demi keamanan dan
ketentraman bagi setiap orang; b.
Terpenuhinya kebutuhan materiil minimu bagi kehidupan manusia
yang menjamin keberadaan manusia yang
bermartabat manusiawi. 2.
Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang berakar dalam penghormatan atas martabat manusia human
dignity. 3.
Berlakunya asas kepastian hukum. Negara hukum untuk bertujuan menjamin bahwa kepastian hukum dan prediktabilitas yang tinggi,
sehingga dinamika kehidupan bersama dalam masyarakat bersifat predictable. Asas-asas yang terkandung dalam atau terkait dengan
asas kepastian hukum itu adalah: a.
Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum; b.
Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat peraturan tentang cara pemerintah dan para pejabatnya
melakukan tindakan pemerintahan; c.
Asas non retroaktif perundang-undangan, sebelum mengikat undang-undang
harus lebih
dulu diundangkan
dan diumumkan secara layak;
d. Asas peradilan Bebas, obyektif, imparsial, adil dan
manusiawi; e.
Asas non liquet, hakim tidak boleh menolak perkara karena alasan undang-undangnya tidak ada atau tidak jelas;
f. Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin
perlindungannya dalam UUD atau undang-undang.
103
4. Berlakunya persamaan similia similius atau equality before the
law. Dalam negara hukum, pemerintah tidak boleh mengistimewakan
orang atau kelompok orang tertentu, atau mendiskriminasikan orang atau kelompok orang tertentu. Didalam prinsip ini,
terkandung: a.
Adanya jaminan persamaan bagi semua orang dihadapan hukum dan pemerintahan;
b. Adanya kepastian hukum, terhadap perbuatan hukum yang
sama diberlakukan aturan hukum yang sama siapapun orang atau subyek hukumnya atau penegakkan hukum tanpa
pandang bulu. Dengan kata lain tersedianya mekanisme untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
5. Asas demokrasi dimana setiap orang mempunya hak dan
kesempatan yang sama untuk turut serta dalam pemerintahan atau untuk mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintah.
Untuk itu asas demokrasi itu diwujudkan melalui beberapa prinsip, yaitu:
a.
Adanya mekanisme pemilihan pejabat-pejabat publik tertentu yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil yang diselenggarakan secara berkala; b.
Pemerintah bertanggung jawab dan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh badan perwakilan rakyat;
c. Semua warga negara memiliki kemungkinan dan
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan politik
dan mengontrol
pemerintah; d.
Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi kritik dan kajian rasional oleh semua pihak;
e. Kebebasan berpendapat atau berkeyakinan dan
menyatakan pendapat; f.
Kebebasan pers dan lalu lintas informasi; g.
Rancangan undang-undang harus dipublikasikan untuk memungkinkan partisipasi rakyat secara efektif.
6. Pemerintah dan pejabat mengemban amanat sebagai pelayan
masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara yang bersangkutan. Dalam asas ini
terkandung hal-hal sebagai berikut: a.
Asas-asas umum pemerintahan yang layak algemene beginsellen van besture van behoorlijk;
b. Syarat-syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang
bermartabat manusiawi dijamin dan dirumuskan dalam aturan perundang-undangan, khususnya dalam konstitusi;
c. Pemerintah harus secara rasional menata tiap tindakannya,
memiliki tujuan yang jelas dan berhasil guna doelmatig.
104
Artinya, pemerintahan itu harus diselenggarakan secara efektif dan efisien.
138
c. Negara Hukum Sosialis Socialist Legality.