Penjelasannya adalah pertama dimulai dari interaksi antara bank sentral dengan perbankan terjadi di pasar uang rupiah. Interaksi ini terjadi karena di satu
sisi bank sentral melakukan operasi moneter untuk pencapaian sasaran operasionalnya baik berupa uang primer ataupun suku bunga jangka pendek,
sementara di sisi lain perbankan melakukan transaksi di pasar uang untuk pengelolaan di pasar uang untuk pengelolaan likuiditasnya. Interaksi ini akan
mempengaruhi tidak saja perkembangan suku bunga jangka pendek di pasar uang tetapi juga besarnya dana yang akan dialokasikan bank-bank dalam bentuk
instrumen likuiditas maupun untuk penyaluran kreditnya Andriyani, 2008. Jalur kredit menekankan pentingnya pasar kredit dalam mekanisme transmisi kebijakan
moneter yang tidak selalu berada dalam kondisi keseimbangan yang disebabkan oleh perilaku bank yang cenderung melakukan seleksi kredit. Penyeleksian
tersebut terjadi karena adanya asymetric information atau sebab-sebab lain. Dalam kaitan ini, terdapat dua jenis saluran kredit yang akan mempengaruhi transnmisi
moneter dari sektor keuangan ke sektor rill, yaitu jalur pinjaman bank bank lending channel dan jalur neraca perusahaan balance sheet channel.
2.1.2.1 Jalur Pinjaman Bank Bank Lending Channel
Jalur pinjaman bank menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuangan bank baik pada sisi aset maupun liabilitasnya. Jika bank sentral
melakukan kebijakan moneter ekspansif, misalnya dengan menambah jumlah uang beredar, maka suku bunga SBI akan turun. Penurunana ini akan menurunkan
kuantitas SBI dan sebaliknya akan meningkatkan deposito. Disebabkan oleh penurunan biaya dana cost of fund, maka suku bunga pinjamankredit juga akan
Universitas Sumatera Utara
turun, sehingga mengurangi tindakan moral hazard dan adverse selection oleh perusahaan. Keadaan ini akan mendorong peningkatan pinjamankredit untuk
perusahaan melakukan investasi yang pada akhirnya akan menigkatkan output. Skema kebijakan moneter dalam bank lending channel digambarkan sebagai
berikut Mishkin, 2001: M
↑ → bank deposits ↑ → bank loan ↑ → investasi ↑ → output ↑ Ada dua hal yang menjadi syarat bagi berlakunya jalur ini, yaitu :
1. Kredit dan surat berharga bukan merupakan substitusi sempurna bagi sebagian peminjam atau sebagian peminjam bergantung pada kredit
bank 2. Bank sentral harus mampu mempengaruhi ketersediaan kredit bank.
Kebijakan moneter akan memiliki efek yang lebih besar pada perusahaan kecil dibandingkan pada perusahaan besar Mishkin, 2001. Hal ini dikarenakan
perusahaan kecil lebih bergantung pada kredit bank, sedangkan perusahaan besar dapat mengakses pasar modal secara langsung melalui penerbitan saham dan
obligasi.
2.1.2.2 Jalur Neraca Perusahaan Balance Sheet Channel
Jalur neraca perusahaan menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuangan perusahaan, dan selanjutnya mempengaruhi akses perusahaan
untuk mendapatkan kredit Andriyani, 2008. Dalam jalur ini, jika bank Sentral melakukan tindakan kebijakan moneter yang ekspansif, maka suku bunga di pasar
uang akan turun, lalu mendorong harga saham mengalami peningkatan. Sejalan dengan peningkatan tersebut, nilai bersih perusahaan networth akan meningkat
Universitas Sumatera Utara
disebabkan meningkatnya harga equity yang selanjutnya akan mengurangi tindakan adverse selection dan moral hazard oleh perusahaan. Kondisi ini
mendorong peningkatan pemberian kredit oleh bank, selanjutnya meningkatkan investasi, dan pada akhirnya meningkatkan output. Jalur tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut Mishkin, 2001:
M ↑ → P equity ↑ → adverse selection dan moral hazard ↓ → Lending ↑ →
investasi
↑ → output ↑ 2.1.3 Resiko Bank
Escandon dan Diaz-Bautista 2000 melakukan pengembangan model teoritis untuk memasukan peran risiko sektor keuangan khususnya dari sektor
perbankan dalam menganalisis keberadaan jalur risiko dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter. Model yang dikemukakan oleh kedua peneliti
tersebut mengandung makna yaitu kondisi keseimbangan dalam pasar kredit perbankan ditunjukkan melalui mekanisme penyesuian tingkat bunga kredit. Pada
sisi permintaan kredit ditentukan oleh tingkat bunga kredit perbankan, tingkat bunga pasar pada bonds, tingkat perekonomian riil, dan risiko kredit dari sisi
permintaan sedangkan dari sisi penawaran kredit perbankan dipengaruhi oleh tingkat bunga kredit perbankan, tingkat bunga pasar bonds dan tingkat risiko
alokasi kredit perbankan. Dalam analisisnya Escandon dan Diaz-Bautista tidak menjelaskan landasan teoritis untuk memasukan variabel risiko permintaan dan
penawaran kredit dalam modelnya. Penjelasan lebih lanjut untuk menjustifikasi dimasukannya variabel risiko sebagai komponen yang mempengaruhi penawaran
Universitas Sumatera Utara
kredit perbankan yang kemudian berinteraksi dengan kebijakan moneter dikembangkan oleh Freixas dan Jorge 2008.
Guncangan eksogen yang bersumber pada perubahan risiko dari penawaran dan permintaan kredit perbankan dalam model Escandon dan Diaz-Bautista
memiliki implikasi penting terhadap perekonomian yang ditransmisikan melalui pergeseran kondisi keseimbangan dalam pasar kredit perbankan. Jika terjadi
peningkatan risiko yang dihadapi oleh perbankan, maka risiko di sisi penawaran kredit perbankan akan meningkat, meningkatkan biaya kredit perbankan, sehingga
menurunkan tingkat produksi PDB atau output perekonomian dalam jangka panjang.
Menurut Altunbas et al. 2009, posisi resiko bank dari jenis resiko kreditnya dapat dilihat dari 2 faktor ,yaitu:
• Loan-Loss Provisons Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Sebagai bagian dari dari manajemen resiko kredit, maka bank diwajibkan
mencadangkan biaya provisi sebagai cadangan penempatan investasi atau pinjaman yang disebut juga sebagai beban atau Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif PPAP atau Loss-Loss Provisons LLP, yang ditentukan besarnya berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria
umum, besarnya biaya ini mencerminkan besarnya penempatan dan permasalahan yang ada pada investasi dan pinjaman. Semakin buruk
kualitas investasi atau pinjaman, maka semakin besar pula biaya penghapusan aktiva produktif.
• Expected Default Frequency probabilitas kegagalan
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan risiko kegagalan perusahaan dimulai oleh Merton pada tahun 1974 dengan menggunakan Model Black-Scholes Model BS. Merton
menyatakan bahwa kegagalan perusahan dapat diestimasi dengan menggunakan indikator total asset, ekuitas dan hutang perusahaan.
Hutang yang semakin besar dan aset yang tidak mampu membayar hutang tersebut mengakibatkan perusahaan gagal melakukan pembayaran
hutang tersebut. Model Merton dimodifikasi dan dikembangkan oleh Oldrich Vasicek dan Stephen Kealhofer dikenal dengan model VK.
Model ini menyatakan bahwa nilai ekuitas perusahaan adalah sebuah nilai opsi perpetual dengan adanya titik default yang mengabsorb barrier
untuk nilai aset perusahaan. Ketika aset menyentuh titik default, perusahaan diasumsikan menjadi default. VK model dikembangan oleh
KMV dikenal dengan KMV model. Model ini menghitung Expected Default Frequency EDF yaitu probabilitas kegagalan selama tahun-
tahun mendatang atau tahun untuk perusahaan yang obligasinya diperdagangkan Manurung, 2005.
2.1.4 Karakteristik Spesifik-Spesifik bank