2.1.5 Arsitektur Perbankan Indonesia API
Bank Indonesia selaku otoritas moneter dan pengawas perbankan didorong oleh terjadinya krisis 1997 yang menunjukkan bahwa industri perbankan belum
memiliki kondisi yang kuat sehingga bank Indonesia membuat sebuah konsep yang disebut Asitektur Perbankan Indonesia API. API mengadopsi pedoman
industri perbankan yang dikeluarkan oleh BCBS Basel Commite on Banking Supervision yang berada di Basel, Swiss. Konsep API mempumyai enam pilar,
yaitu : 1 struktur perbankan yang sehat; 2 sistem pengaturan yang efektif; 3 sistem pengawasan yang independen dan efektif; 4 industri perbankan yang
kuat; 5 infrastruktur pendukung yang mencukupi; dan 6 perlindungan konsumen.
Sesuai ketentuan bank sentral yang tertera dalam API, perbankan diwajibkan untuk menambah modal inti secara bertahap. Tahap pertama pada
akhir 2007, bank harus bermodal minimal Rp 80 miliar dan akhir tahun 2010 minimal Rp 100 miliar. Persyaratan modal minimal Rp 100 miliar tersebut
sebenarnya masih kecil bila dibandingkan dengan best pratices di beberapa negara Asia lainnya. Tingkat permodalan bank-bank di Indonesia saat ini masih lemah
sehingga dalam jangka panjang perlu ditingkatkan secara bertahap. Di lain hal didapati bank-bank kecil masih lemah dari segi kinerja operasional.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
• Alfaro, Garcia, dan Jara 2004 dalam studinya berjudul Bank Lending Channel in Chile, hendak membuktikan keberadaan jalur transmisi moneter
melalui jalur kredit bank di negara Chile. Salah satu pendekatan yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk menguji keberadaan transmisi kebijakan moneter adalah analisis data panel dari bank yang digunakan untuk mengidentifikasi
perubahan penawaran kredit bank akibat perubahan kebijkan moneter dengan tetap memperhatikan perbedaan karakteristik bank dalam hal likuiditas,
ukuran bank, dan kapitalisasi bank. Variabel dependen terdiri dari pertumbuhan tahunan jumlah pinjaman kredit, komersil dan konsumsi.
Variabel moderating terdiri variabel makro ekonomi termasuk didalamnya tingkat suku bunga sebagai penanda kebijakan moneter. Variabel
independennya adalah karakteristik spesifik bank. Hasil pengujian pendekatannya menunjukkan bahwa jalur pinjaman bank bank lending
channel terjadi di negara Chile dan bahwa tingkat likuiditas, ukuran, dan kapitalisasi bank berpengaruh terhadap penyaluran kredit yang terdiri dari
pinjaman komersil dan konsumsi. • Dalam studinya yang berjudul Financial Regulation and the Bank Lending
Channel in Developing Countries: The Case of Indonesia, Agung 1998 didalam salah satu dari bagian penelitiannya hendak meneliti apakah
kebijakan moneter berpengaruh terhadap struktur neraca perbankan. Penelitian ini menggunakan pendekatan vektor autoregressive VAR
terhadap data disagregat neraca bank dan dengan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sebagai indikator kebijakan moneter. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kebijakan moneter secara signifikan dapat mempengaruhi struktur neraca bank secara keseluruhan. Agung 1998 juga
menemukan bahwa transmisi kebijakan moneter melalui bank lending
Universitas Sumatera Utara
channel hanya terjadi pada ukuran bank-bank yang lebih kecil bank-bank swasta dari pada bank-bank besar milik pemerintah disebabkan adanya akses
terhadap sumber dana asing dan kepemilikan line commitment yang dimiliki bank pemerintah tersebut.
• Penelitian Ridho 2007 yakni Pengaruh Konsentrasi Pasar Terhadap Efektivitas Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Pinjaman Bank di
Indonesia. Penelitiannya hendak membuktikan bank lending channel sebagai salah satu saluran transmisi kebijakan moneter di Indonesia dan pengaruh
kebijakan moneter terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Variabel-variabel yang digunakan hampir sama dengan penelitian Alfaro et al. 2004 Hasil dari
penelitiannya antara lain : 1. Bank lending channel terjadi di Indonesia, setidaknya pada periode
observasi yang digunakan. Hal ini ditunjukkan oleh pengaruh negatif dari variabel kebijakan moneter terhadap variabel penyaluran kredit, yang
berarti bahwa pada saat kontraksi moneter penawaran kredit perbankan akan mengalami penurunan, sementara ekspansi moneter akan
meningkatkan penawaran kredit perbankan. 2. Konsentrasi industri memiliki pengaruh yang negatif terhadap output
perbankan dalam bentuk kredit sesuai dengan teori. Sedangkan untuk karateristik spesifik-spesifik bank yaitu pertama, modal berpengaruh
secara positif terhadap kredit bank, yang menandakan bahwa modal dapat digunakan bank untuk menanggung resiko dari operasional bank.
Kedua, ukuran bank memiliki pengaruh yang positif. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa semakin besar bank, semakin baik pula fungsi intermediasi yang dijalankan bank tersebut.
3. Koefisien variable size yang dimoderasikan dengan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI bernilai negatif, yang berarti bahwa
kebijakan moneter melalui bank lending channel akan lebih efektif pada bank-bank besar, dan koefisien variable modal dimoderasikan dengan
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia bernilai positif, yang berarti bahwa kebijakan moneter melalui bank lending channel akan lebih efektif pada
bank dengan modal kecil dalam hal ini modal dibawah Rp 100 milyar. • Penelitian Altunbas, Gambacorta dan Marquez 2009 yakni Bank Risk and
Monetary Policy. Penelitiannya mengenai dampak resiko bank terhadap kemampuan perbankan untuk melindungi penyaluran kredit dari pengaruh
perubahan kebijakan moneter. Dengan enam variabel independen terhadap satu variabel dependen dengan satu variabel moderating, untuk melihat dan
membuktikan pengaruh probabilitas kegagalan, loan-loss provisions, capital, likuiditas dan ukuran perusahaan, GDP terhadap penyaluran kredit dengan
kebijakan moneter sebagai variabel moderating. Hasil penelitian terhadap hipotesis yang dilakukan adalah sama yakni resiko bank yang rendah dapat
lebih baik melindungi penyaluran kredit bank dari gunjangan kebijakan moneter. Dilain hal, resiko bank yang terdiri dari probabilitas kegagalan dan
loan-loss provisions berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit sedangkan 2 variabel yang mewakili karakteritik spesifik bank likuiditas dan
Universitas Sumatera Utara
capital memiliki pengaruh positif dan untuk ukuran bank berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit.
• Selanjutnya Freixas dan Jorge 2008, mengembangkan model teoritis bekerjanya mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui risiko dengan
menggunakan pendekatan partial equilibrium dalam pasar uang antar bank. Secara garis besar dalam model ini dijelaskan kebijakan moneter yang
dijalankan oleh Bank Sentral akan mempengaruhi ketersediaan likuiditas di pasar uang antar bank, selanjutnya memaksa bank yang kekurangan likuiditas
merasionalisasi kredit yang diberikan kepada nasabahnya terjadi credit rationing, sehingga akan menyebabkan peningkatan ataupun penurunan
produksi di sektor riil. Informasi yang tidak sempurna dalam pasar uang antar bank merupakan sumber munculnya risiko yang ada dalam pasar uang antar
bank. Model teoritis ini memberikan justifikasi bekerjanya mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit perbankan tanpa harus
menggunakan asumsi tidak ada perilaku credit rationing dalam pasar kredit perbankan.
• Penelitian Doni dan Solikin 2011 yaitu Perilaku Resiko Dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter. Kesimpulan pokok yang dihasilkan dari
penelitian ini adalah bahwa persepsi risiko pelaku ekonomi dan tingkat risiko di sektor perbankan memiliki peran yang signifikan dalam mentransmisikan
kebijakan moneter melalui jalur kredit di Indonesia. Variabel persepsi risiko pelaku ekonomi dan tingkat risiko di sektor perbankan saat berinteraksi
dengan stance kebijakan moneter menyebabkan pembalikan arah dampak
Universitas Sumatera Utara
kebijakan moneter yang longgar. Stance kebijakan moneter yang longgar dapat merupakan sinyal bagi pelaku ekonomi di sektor perbankan sebagai
kondisi perekonomian sedang menuju perkembangan yang kurang baik.
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian