e. Variabel expected default frequency mempunyai nilai t
hitung
= 4.083279 yang lebih besar dari t
tabel
1,6702 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,0002
yang lebih kecil dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel expected default frequency berpengaruh secara signifikan
terhadap penyaluran kredit perbankan. Kondisi ini berarti hipotesis satu H
1
diterima.
4.1.5 Pengujian Hipotesis Kedua H
2
Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian yaitu menganalisis adanya pengaruh variabel independen ukuran perusahaan, likuiditas, capital, loan-loss
provisions, dan expected default frequency terhadap penyaluran kredit di perbankan Indonesia dengan memasukkan variabel moderasi suku bunga sertifikat
bank Indonesia SBI. Pengujian hipotesis kedua ini dilakukan dengan menggunakan uji residual.
Untuk melihat apakah variabel SBI rate memoderasi hubungan masing- masing variabel independen dengan variabel dependen, hasil regresinya telah
tersaji lengkap di lampiran 8 pada skripsi ini dengan penjelasan sebagai berikut: a. Berdasarkan output coefficient yang tertera pada tabel 4.7, diperoleh
koefisien regresi pada variabel LN penyaluran kredit sebesar -0.011830 dengan nilai t hitung sebesar -5.322083 lebih kecil dari pada t tabel
dengan df: α, n-k 0.05;65 sebesar -1.6683 atau sig. 0.000 lebih kecil
dari alpha 0.05 dengan arah koefisien negatif, hal ini mengandung arti bahwa varibel penyaluran kredit memiliki pengaruh negatif terhadap nilai
mutlak residual.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Hasil Uji Residual Dengan Variabel Size
Variable Coefficient Std. Error
t-Statistic Prob.
C 1.947029
0.127465 15.27500
0.0000 LN
-0.011830 0.002223 -5.322083
0.0000 Sumber: Hasil Olahan Data Eviews, Lampiran 7
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga SBI memoderasi hubungan antara ukuran perusahaan dengan
penyaluran kredit. b. Berdasarkan output coefficient yang tertera pada tabel 4.8, diperoleh
koefisien regresi pada variabel LN penyaluran kredit sebesar -0.005330 dengan nilai t hitung sebesar -0.421146 lebih besar dari pada t tabel
dengan df: α, n-k 0.05;65 sebesar -1.6683 atau sig. 0.6755 lebih besar
dari alpha 0.05 dengan arah koefisien negatif, hal ini mengandung arti bahwa varibel penyaluran kredit memiliki pengaruh negatif terhadap nilai
mutlak residual.
Tabel 4.8 Hasil Uji Residual Dengan Variabel Likuiditas
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
1.487322 0.725814
2.049178 0.0458
LN -0.005330
0.012657 -0.421146 0.6755
Sumber: Hasil Olahan Data Eviews, Lampiran 8 Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa variabel suku
bunga SBI tidak memoderasi hubungan antara likuiditas dengan penyaluran kredit.
c. Berdasarkan output coefficient yang tertera pada tabel 4.9, diperoleh koefisien regresi pada variabel LN penyaluran kredit sebesar -0.00031
dengan nilai t hitung sebesar -0.352495 lebih besar dari pada t tabel dengan df:
α, n-k 0.05;65 sebesar -1.6683 atau sig. 0.7260 lebih besar
Universitas Sumatera Utara
dari alpha 0.05 dengan arah koefisien negatif, hal ini mengandung arti bahwa varibel penyaluran kredit memiliki pengaruh negatif terhadap nilai
mutlak residual.
Tabel 4.9 Hasil Uji Residual Dengan Variabel Capital
Variable Coefficient Std. Error
t-Statistic Prob.
C 1.270307
0.248070 5.120750
0.0000 LN
-0.000315 0.000895 -0.352495
0.7260 Sumber: Hasil Olahan Data Eviews, Lampiran 9
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga SBI tidak memoderasi hubungan antara capital dengan penyaluran
kredit. d. Berdasarkan output coefficient yang tertera pada tabel 4.10, diperoleh
koefisien regresi pada variabel LN penyaluran kredit sebesar 0.001823 dengan nilai t hitung sebesar 1.017661 lebih besar dari pada t tabel
dengan df: α, n-k 0.05;65 sebesar -1.6683 atau sig. 0.3138 lebih besar
dari alpha 0.05 dengan arah koefisien positif, hal ini mengandung arti bahwa varibel penyaluran kredit memiliki pengaruh positif terhadap nilai
mutlak residual.
Tabel 4.10 Hasil Uji Residual Dengan Variabel LLP
Variable Coefficient Std. Error
t-Statistic Prob.
C 1.182175
0.102736 11.50690
0.0000 LN
0.001823 0.001792
1.017661 0.3138
Sumber: Hasil Olahan Data Eviews, Lampiran 10 Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa variabel suku
bunga SBI tidak memoderasi hubungan antara loan-loss provisions dengan penyaluran kredit.
Universitas Sumatera Utara
e.
Berdasarkan output coefficient yang tertera pada tabel 4.11, diperoleh koefisien regresi pada variabel LN penyaluran kredit sebesar -0.019500
dengan nilai t hitung sebesar -2.175707 lebih kecil dari pada t tabel dengan df:
α, n-k 0.05;65 sebesar -1.6683 atau sig. 0.0344 lebih kecil dari alpha 0.05 dengan arah koefisien negatif, hal ini mengandung arti
bahwa varibel penyaluran kredit memiliki pengaruh negatif terhadap nilai mutlak residual.
Tabel 4.11 Hasil Uji Residual Dengan Variabel EDF
Variable Coefficient Std. Error
t-Statistic Prob.
C 2.384415
0.513963 4.639274
0.0000 LN
-0.019500 0.008962 -2.175707
0.0344 Sumber: Hasil Olahan Data Eviews, Lampiran 11
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga SBI memoderasi hubungan antara expected default frequency
dengan penyaluran kredit.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Pengaruh Ukuran Bank Terhadap Penyaluran Kredit
Hasil pengujian secara parsial yaitu nilai t
hitung
yang diperoleh lebih besar dari nilai t
0,05,65
dan nilai signifikansi lebih kecil dari α
0,05
dengan demikian hipotesis yang menyatakan ukuran bank berpengaruh signifikan terhadap
penyaluran kredit diterima. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfaro et al. 2004 dan Ridho 2007. Namun, berbeda hasil dengan
penelitian Altunbas et al. 2009 yang memiliki pengaruh negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran bank berpengaruh positif terhadap penyaluran
kredit. Hal yang dapat dijelaskan adalah semakin besar ukuran bank maka
Universitas Sumatera Utara