Analisis Pengaruh Faktor-faktor Variabel Moneter terhadap Total Kredit Perbankan di Indonesia

(1)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR VARIABEL MONETER

TERHADAP TOTAL KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

Disusun Oleh :

SYAMSUL BAHRI

107084003431

Disusun oleh :

SYAMSUL BAHRI

NIM : 107084003431

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Syamsul Bahri

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Agustus 1988

3. Alamat : Jl. Jati Padang Utara Rt 004/02 no. 16, kelurahan Jati Padang, kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540

4. Telpon : 085780406575

5. E-mail : syamsulbahri08@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. MI Al Ikhlas Jakarta Tahun (1995-2001)

2. SLTPI Assalaam Jakarta Tahun (2001-2004)

3. MAN 4 Model Jakarta Tahun (2004-2007)

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : M. Thohir Minan

2. Ibu : Eeng Haeroni (alm)

3. Alamat : Jl. Jati Padang Utara Rt 004/02 no. 16, kelurahan Jati Padang, kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540


(7)

ABSTRACT

The purpose of this study to analyze the effect of monetary variables factors to total bank credit in Indonesia. The data used are time series data, which was in 2007.1 - 2011.12 by using OLS (Ordinary Least Square).

These results indicate that the exchange rate has a positive and significant impact on total bank loans amounted to 9.17%, the third party fund has a positive and significant impact on total bank loans amounted to 44.01% and inflation has a positive and significant impact on total credit of 0.5%. Contribution rate, third-party funds, and inflation to total bank loans amounted to 43.62%, while the other variables were accounted for 56.38%.


(8)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor variabel moneter terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series yaitu tahun 2007.1 –2011.12 dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit perbankan sebesar 9,17%, dana pihak ketiga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit perbankan sebesar 44,01% dan inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit sebesar 0,5%. Kontribusi nilai tukar, dana pihak ketiga, dan inflasi terhadap total kredit perbankan sebesar 43,62%, sedangkan variabel lainnya yang berkontribusi sebesar 56,38%.

Kata kunci : Total kredit Perbankan, Nilai Tukar, Dana Pihak Ketiga, dan Inflasi


(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, rahmat, dan hidayah- NYA sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas skripsi ini. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa islam sebagai penerang jalan hidup manusia.

Setelah melalui proses dan segala usaha, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ ANALISIS PENGARUH

FAKTOR-FAKTOR VARIABEL MONETER TERHADAP TOTAL KREDIT

PERBANKAN DI INDONESIA”.

Dalam skripsi ini, terkadang penulis menghadapi hambatan yang memang menjadi bagian dari suatu perjuangan untuk mencapai sebuah tujuan. Namun, penulis menyadari bahwa ini merupakan proses yang harus dijalani. Oleh karena itu, banyak pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis sehingga membukakan kebutuhan yang penulis alami.

Atas segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, secara spiritual maupun materil. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tuaku, M. Thohir dan Een Haeroni (Alm), Ibu Nurhayati dan kakak Zakiyah. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian, terima kasih telah membesarkan penulis dengan kesabaran, memberikan kasih sayang yang tulus, dukungan, motivasi serta do’a yang tidak pernah putus. Do’a ku menyertai kalian, semoga Allah memberikan balasan atas semua kesabaran kalian.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang secara tidak langsung mengajarkan penulis bagaimana menjadi seseorang ekonom yang baik, serta mendo’akan penulis menjadi seseorang yang lebih baik.


(10)

3. Bapak Dr. Lukman, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu, pikiran dan ilmunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran dalam membimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga segala kebaikan dan ketulusan yang bapak berikan menjadi amal shaleh.

4. Bapak M. Hartana I. Putra, SE. MSi., selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, pikiran dan ilmunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran. Semoga ilmu yang bapak berikan dapat bermanfaat dan menjadi berkah Allah.

5. Ibu Utami Baroroh, M.Si., selaku Sekretaris Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.

7. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

8. Keluarga tercinta, terima kasih selama ini telah memberikan penulis dukungan, semangat, pelajaran, serta materi yang mungkin penulis belum bisa membalasnya. Semoga Allah selalu melindungi kalian. Amin yaa robbal ‘alamin…

9. Teman seperjuangan, M. Irfan Fahmi dan Rachmat Kurniadi. Terima kasih telah memberikan dukungan, dan selalu bersemangat dalam memberi dorongan untuk selalu berusaha. Semoga Allah memberikan yang terbaik buat kalian.

10. Sahabat-sahabat IESP terbaik, Heri Handoko, Muhammad Ahmad, Feni, Tri Widarso, Finesya, Tika, Milad, Arini, Arudin, Arya, Slamet, Fikri, Satria, Edo, Aldi, Danang, Putri, dan lain-lain. Terima kasih telah memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

11. Sahabat-sahabat terbaik, terima kasih telah menjadi teman terbaik, yang selalu ada untuk menghibur dan memberikan semangat penulis dalam menghadapi cobaan hidup. Dan seluruh teman-teman IESP angkatan 2007.


(11)

12. Dan semua pihak yang turut membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sadari penulisan skripsi ini masih sangat jauh untuk mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, saran kritik yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan untuk membuat suatu perubahan yang baik.

Akhirnya penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik kepada penulis maupun semua pihak yang berkesempatan membaca skripsi ini.

Jakarta, 07 Mei 2013


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

DAFTAR RIWAYAT HIDUP v

ABSTRACT vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 11

C. Tujuan Penelitian... 12

D. Manfaat Penelitian... 13

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Lingkup Moneter... 14

1. Pengertian Moneter... 14

2. Pengertian Kebijakan Moneter... 15

B. Ruang Lingkup Perbankan Indonesia... 16

C. Tinjauan Umum Kredit... 17

1. Pengertian Kredit... 17

2. Jenis-jenis Kredit... 18


(13)

D. Tinjauan Umum Nilai Tukar... 26

1. Pengertian Nilai Tukar... 26

2. Sistem Kurs Valuta Asing... 27

3. Macam-Macam Nilai Tukar... 29

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing... 31

5. Perubahan Nilai Kurs... 33

6. Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity Theory)... 34

E. Tinjauan Umum Dana Pihak Ketiga ( DPK)... 35

1. Pengertian Dana Pihak Ketiga... 35

2. Sumber Dana Pihak Ketiga dari Segi Mata Uang... 38

F. Tinjauan Umum Inflasi... 39

1. Pengertian Inflasi………... 39

2. Cara Mengukur Inflasi………... 40

3. Jenis-Jenis Inflasi………... 40

4. Sebab-Sebab Terjadinya Inflasi………...….. 41

5. Dampak Inflasi………... 42

G. Penelitian Terdahulu... 43

H. Kerangka Pemikiran... 52

I. Keterkaitan Antar Variabel... 56

J. Hipotesa... 58

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 60

B. Metode Penentuan Sampel... 60

C. Metode Pengumpulan Data Penelitian... 61

D. Metode Analisis Data... 61

E. Operasional Variabel... 72

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Singkat Objek Penelitian………....… 75


(14)

B. Hasil dan Pembahasan………... 83

C. Interpretasi Ekonomi………...… 93

BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan………...… 99

B. Implikasi………....… 100


(15)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1,1 Perkembangan Kredit, Nilai Tukar, Dana Pihak Ketiga, dan Inflasi Priode

Tahun 2007-2011 7

2.1 Penelitian Terdahulu 50

3.1 Operasional Variabel 74

4.1 Pergerakan Total Kredit Perbankan Tahun 2007 - 2011 76

4.2. Rata-rata Nilai Tukar Tahun 2007–2011 78

4.3 Rata-rata Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007–2011 80

4.4 Rata-rata Inflasi Tahun 2007 - 2011 81

4.5 Hasil Uji Linearitas 84

4.6 Hasil Uji Multikolinearitas 86

4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas 87

4.8 Hasil Uji Autokorelasi 88


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Grafik Pertumbuhan Total Kredit 4

2.1 Kurva kenaikan permintaan kurs 33

2.2 Kurva kenaikan penawaran kurs 34

2.3 Kerangka Pemikiran 55

4.1 Grafik Total Kredit Perbankan Tahun 2007 - 2011 76

4.2 Grafik Nilai Tukar Tahun 2007–2011 78

4.3 Grafik Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007–2011 80

4.4 Grafik Inflasi Tahun 2007–2011 81


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data Penelitian (Data mentah) 106

2. Hasil data setelah ditransformasikan ke logaritma natural 108

3. Hasil uji regresi dengan menggunakan OLS 110

4. Hasil uji Linearitas 111

5. Hasil uji Normalitas 112

6. Hasil uji Multikolinearitas 113

7. Hasil uji Autokolerasi 114


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Moneter 1. Pengertian Moneter

Secara etimologi, kata moneter berarti sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan mata uang, berhubungan dengan uang atau keuangan. Ada

pula yang mengartikan moneter berarti “segala sesuatu mengenai uang”. Sedangkan sistem moneter berarti suatu istilah umum yang meliputi kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan yang mempengaruhi mata uang negara tertentu. Dalam hubungannya dengan kebutuhan manusia, manusia yang hidup dalam suatu negara membutuhkan stabilitas perekonomian. Salah satu cara untuk menstabilkan perekonomian suatu negara ialah melalui kebijakan moneter yang tepat. (Winardi, 1995:2). 2. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Secara umum, kebijakan moneter memiliki beberapa tujuan, yaitu meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas harga, menjaga stabilitas suku bunga, menjaga stabilitas pasar keuangan, dan menjaga


(19)

stabilitas pasar valuta asing. Idealnya, otoritas moneter ingin mencapai semua tujuan tersebut, tapi pencapaian berbagai tujuan tersebut secara bersamaan adalah sangat sulit terlebih karena antar tujuan tersebut sering kali bersifat kontradiktif (Mishkin, 1996:174).

Adanya konflik antar berbagai tujuan kebijakan moneter menimbulkan pemikiran baru untuk menetapkan tujuan atau sasaran tunggal berupa stabilitas harga. Alasan pemilihan stabilitas harga sebagai sasaran tunggal, antara lain (Mishkin, 1996 dalam Julaihah, 2007:27):

1) tidak adanya trade off antara pengangguran dan inflasi, alasan ini didukung dengan banyaknya studi yang menghasilkan adanya korelasi positif antara pengangguran dan inflasi;

2) kestabilan harga dalam jangka panjang akan mendorong tingkat pertumbuhan output yang tinggi dan lebih mempercepat pertumbuhan ekonomi;

3) inflasi akan menurunkan kesejahteraan, jika inflasi dapat diantisipasi secara tepat maka biaya inflasi berasal dari pemegangan uang suboptimal (shoe leather costs), kebutuhan penyesuaian harga (menu costs), dan efek distorsi dari sistem pajak. Namun, jika inflasi tidak diantisipasi, maka biaya inflasi jauh lebih tinggi.

Selain terdapatnya konflik antar sasaran, otoritas moneter juga dihadapkan pada permasalahan lain, yaitu adanya time lagantara aksi penerapan kebijakan dan hasil penerapan kebijakan. Misalkan otoritas berharap untuk mencapai kestabilan harga, instrumen kebijakan moneter yang dimiliki oleh otoritas tidak


(20)

bisa secara langsung mempengaruhi tujuan tersebut. Adanya permasalahan time lag tersebut, maka diperlukan sasaran operasional dan sasaran antara. Sasaran operasional dan sasaran antara dapat dijadikan indikator apakah kebijakan yang diterapkan berada pada jalur yang tepat dan jika terdapat kesalahan, maka otoritas dapat segera melakukan koreksi terhadap kebijakan tersebut (Mishkin, 2001:172).

Bahwa dalam praktek, penggunaan sasaran antara tergantung pada pendekatan operasional apa yang digunakan oleh bank sentral, yaitu apakah pendekatan berdasarkan kuantitas besaran moneter (quantity-based approach) atau pendekatan berdasarkan harga besaran moneter/suku bunga (price-based approach). Umumnya, pendekatan berdasarkan kuantitas menggunakan sasaran antara secara tegas. Sementara itu, pendekatan berdasarkan harga umumnya tidak menggunakan sasaran antara secara tegas; namun, pengaruh perubahan sasaran operasional ditransmisikan pada perubahan akhir melalui perkembangan beragam information variables yang berfungsi sebagai leading indicator dari perkembangan kegiatan ekonomi dan tekanan inflasi, misalnya, ekspektasi inflasi dan suku bunga jangka panjang (Warjiyo, 2003:58)

B. Ruang Lingkup Perbankan di Indonesia

Perbankan indonesia mengalami perubahan yang sangat besar mengikuti perkembangan perekonomian yang terjadi. Pengaruh terbesar dalam perubahan adalah terutama dari faktor eksternal yaitu adanya perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial masyarakat, politik dan demokrasi, serta pengaruh dari dunia internasional. Terdapat faktor-faktor


(21)

internal bank yang merubah secara langsung kondisi perbankan indonesia, namun perubahan yang disebabkan faktor internal semakin besar karena adanya tekanan dari perubahan eksternal (Ade, 2006:42).

Bagi suatu negara, bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya (Kasmir, 2008:7).

C. Tinjauan Umum Kredit 1. Pengertian Kredit

Kata kredit telah lazim kita gunakan pada praktek perbankan dalam

pemberian berbagai fasilitas yang berkaitan dengan pinjaman. Kata “kredit” berasal dari kata romawi “credere” yang berarti percaya atau credo” atau

ceditum“ yang berarti saya percaya. Maksudnya adalah sipemberi kredit

percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan pasti dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya (Kasmir, 2010:101).


(22)

Dalam kamus besar bahasa indonesia salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain (Hermasyah, 2008:162).

Berdasarkan undang-undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang No 7 tahun 1992 tentang perbangkan memberikan pengertian kredit pasal 1 butir 11 dan 12 tentang kredit dan pembiayaan:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak-pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga”. “Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengambilkan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.

2. Jenis-Jenis Kredit

Pemberian kredit pada Bank umumnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan perorangan atau badan yang membutuhkan. Bank indonesia sebagai pemberi kredit, dapat memberikan bantuannya secara langsung kepada pihak ketiga bukan bank, seperti Pertamina, yang disebut dengan kredit langsung. Sedangkan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia ke bank-bank umum, ditujukan untuk membantu bank umum dalam memenuhi


(23)

kebutuhan likuiditasnya maupun kebutuhan yang akan disalurkan ke nasabahnya. Kredit jenis ini disebut dengan kredit likuiditas (Judisenno, 2005:139).

Adapun jenis-jenis kredit menurut Judisenno (2005:139) adalah sebagai berikut :

a. Kredit dari segi tujuannya, meliputi :

1. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan yang sifatnya konsumtif, seperti kredit Pemilikan Rumah (KPR), kredit pembelian Mobil/Motor, credit card, dan kredit konsumtif lainnya.

2. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk memperlancar proses produksi.

3. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan untuk membantu pihak-pihak yang akan membeli barang untuk dijual kembali, seperti bank garansi, pajak piutang, self liquidity credit, pinjaman berjangka (term loan), pembiayaan bersama, dan jenis-jenis pinjaman lainnya yang dikeluarkan oleh bank untuk membantu pembiayaan modal kerjanya seperti L/C dan sebagainya.

b. Kredit dari segi penggunaannya, meliputi :

1. Kredit eksploitasi, yaitu berjangka waktu pendek yang diberikan oleh bank kepada perusahaan yang membutuhkan modal kerja untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Kredit ini sering disebut sebagai kredit modal kerja.


(24)

2. Kredit investasi, kredit ini adalah kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh bank kepada pihak perusahaan yang membutuhkan dana untuk investasi atau penanaman modal.

c. Kredit dilihat dari segi jangka waktunya, meliputi : 1. Jangka pendek, biasanya berkisar antara 1 (satu) tahun. 2. Menengah, biasanya berkisar antara 1-3 tahun.

3. Jangka panjang, biasanya berkisar lebih dari 3 tahun.

Di samping prinsip penilaian kredit yang telah dibalas sebelumnya, maka dalam melakukan analisis kredit sangat penting melakukan penilaian terhadap beberapa aspek yang menyangkut kegiatan usaha calon debitur, yaitu (Siamat, 2005:356):

a. Aspek pemasaran

Penilaian yang perlu ditekankan disini adalah menyangkut kemampuan daya beli masyarakat (purchasing power), kompetisi, pangsa pasar, kualitas produksi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi perkembangan usaha debitur. Analisi pemasaran perlu dilakukan untuk melihat kondisi pasar saat ini, meliputi jumlah penawaran yang sudah ada untuk jenis produk yang direncanakan peminjam dan kemampuan pasar menyerap produk debitur. Demikian pula prospek pemasaran perlu diperhatikan perkembangannya dan permintaannyadi masa yang akan datang.


(25)

b. Aspek teknis

Penilaian terhadap aspek teknis ini antara lain meliputi kelancaran produksi, kapasitas produksi, mesin-mesin, peralatan, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku. Di samping itu, kualitas tenaga kerja yang dimiliki dan fasilitas teknis yang ada cukup untuk mempengaruhi penilaian aspek teknis.

c. Aspek manajemen

Dalam penilaian aspek manajemen, perlu diperhatikan struktur organisasi dan anggota-anggota manajemen, termasuk kemampuan dan pengalamannya, serta pola kemimpinan yang diterapkan oleh top manajemen.

d. Aspek yuridis

Penilaian aspek yuridis ini antara lain meliputi : status hukum badan usaha, misalnya akte pendirian yang telah dipisahkan oleh yang berwenang, legalitas usaha, meliputi kelengkapan izin usaha dan yang cukup penting adalah bagaimana legalitas barang-barang jaminan yaitu kepemilikannya harus didukung dengan dokumen yang sah dan penguasaan calon debitur.

e. Aspek sosial ekonomi

Penilaian aspek ini pada dasarnya untuk mengetahui apakah usaha yang akan dibiayai dengan kredit bank tersebut diterima atau memnberikan dampak positif atau negatif terhadap lingkungan masyarakat setempat. Sehubungan itu, perlu diperhatikan apakah


(26)

proyek tersebut mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat atau mungkin bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan agama masyarakat setempat.

f. Aspek finansial

Penilaian aspek keuangan ini meliputi keadaan keuangan perusahaan debitur yang akan dibiyai. Untuk melakukan penilaian keadaan keuangannya, perlu diperoleh data-data mengenai laporan keuangan, arus dana, realisasi produksi, pembelian dan penjualan.

3.Tujuan Kredit

Setiap usaha dalam suatu sistem ekonomi tidak pernah lepas dari segi tujuan mencari keuntungan, dengan demikian juga dalam pemberian kredit. Namun karena didalam kredit terdapat unsur resiko, maka mencari keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, karena dana yang dialirkan dalam bentuk kredit adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat pinjaman dana di bank dapat memperoleh kembali simpanannya berikut bunga tanpa dikuatirkan oleh kredit macet. Selainprobabilitydansafetybank, khususnya bank pemerintah, mengemban tugas sebagai agent of devolopment yaitu dalam hal (Judisenno, 2005:167):

1. Mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan karena dengan semakin bnayak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan , maka semakin baik, mengingat semakin banyaknya kredit berarti peningkatan pembangunan diberbagai sektor.


(27)

2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini bank dapat membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan mampu mengembangkan dan memperluas usahanya.

3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya. Keuntungan ini sangat penting bagi kelangsungan hidup bank. Jika bank terus menerus mengalami kerugian, maka kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).

Dalam prakteknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut: 1. Kredit bertujuan untuk mencari keuntungan

Tujuan utama dari pemberian kredit adalah memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2. Kredit bertujuan untuk membantu nasabah

Tujuan selajutnya atas pemberian kredit adalah membantu usaha nasabah yang memerlukan, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. 3. Kredit bertujuan untuk membantu pemerintah

Tujuan lainnya dari pemberian kredit adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang, semakin banyak kredit yang disalurkan berarti adanya kucuran dana dalam rangka meningkatkan pembangunan diberbagai sektor, terutama sektor riil. Secara garis besar keuntungan


(28)

yang didapat oleh pemerintah adalah bertambahnya penerimaan pajak, membuka lapangan kerja, menghemat dan meningkatkan devisa.

Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang secara luas tersebut antara lain:

1. Untuk meningkatkan daya guna uang

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang. Maksudnya adalah jika uang hanya disimpan saja dirumah maka tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikan kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah kewilayah lainnya. Sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh sidebitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna. 4. Meningkatkan peredaran uang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus uang disuatu wilayah kewilayah lainnya, sehingga jumlah uang berbeda dari suatu


(29)

wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah uang beredar.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi. Karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan masyarakat. Kredit dapat pula membantu mengekspor barang dari dalam negeri keluar negeri sehingga dapat membantuh devisa negara.

6. Untuk meningkatkan kegairahan produksi

Bagi sipenerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya terbatas. Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang diberikan dalam suatu perekonomian maka akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan pendapatan 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara sipenerima kredit dengan sipemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama dibidang lainnya.


(30)

D. Tinjauan Umum Nilai Tukar 1. Pengertian Nilai Tukar

Kursatau nilai tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah nilai mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing (Sukirno, 2002:87).

Kurs valuta asing dapat didefinisikan juga sebagai nilai seunit valuta (mata uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam negeri (Sukirno, 2000:197).

Kurs atau valuta asing merupakan perbandingan nilai atau harga antara dua mata uang yang berbeda (Nopirin, 1990:163).

Uang merupakan alat tukar yang dapat diterima secara umum, namun dapat menjadi persoalan yang lebih rumit jika menyangkut urusan di luar batas negara, karena uang suatu negara belum tentu diakui dinegara lain, maka harus dikonversikan dahulu kepada mata uang negara tujuan. Pada umumnya perdagangan antar negara dapat berlangsung jika dimungkinkan menukar mata uang suatu negara menjadi mata uang negara lain. Nilai tukar atau kurs satu mata uang terhadap mata uang lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing.

Kenaikan harga valuta asing disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri merosot. Turunnya harga valuta asing disebut apresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih murah, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri meningkat. Perubahan nilai tukar valuta


(31)

asing disebabkan karena adanya perubahan permintaan atau penawaran dalam bursa valuta asing (hukum penawaran dan permintaan). Perubahan karena adanya permintaan dan penawaran ini dapat disebabkan oleh ekspor-impor, aliran modal luar negeri dan lain-lain.

2. Sistem Kurs Valuta Asing

Ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu (Kuncoro, 2001:26):

A. Sistem Kurs Mengambang(floating exchange rate)

Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu:

1) Mengambang bebas(murni)

Dimana kurs uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate,di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

2) Mengambang terkendali(managed or dirty floating exchange rate) Dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter tidak perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.


(32)

B. Sistem Kurs Tertambat(pegged exchange rate)

Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama

“Menambatkan” ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

C. Sistem Kurs tertambat Merangkak (crawling pegs)

Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba tajam.

D. Sistem Sekeranjang Mata Uang(basket of currencies)

Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem iniadalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.


(33)

Seleksi mata uang yang dimasukkan “keranjang” umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

E. Sistem Kurs Tetap(fixed exchange rate)

Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

Kurs valuta asing adalah kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefiniskan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

3. Macam-Macam Nilai Tukar

Menurut Mankiw (2000:125), macam-macam nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua macam:

1. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate)


(34)

lainnya. Contohnya jika nilai tukar Rp 8000 untuk setiap satu dolar amerika serikat, maka jika anda memberikan kepada petugas bank $ 1 adalah anda akan memperoleh Rp 8000.

Nilai tukar ini selalu dapat dinyatakan dengan dua cara, atau secara timbal balik. Jika nilai tukar dolar terhadap rupiah adalah $1 = Rp 8000. Itu artinya kurs rupiah terhadap dolar adalah Rp 1 = 1/8000 dolar.

Jika nilai tukar rupiah terhadap dolar meningkat artinya peningkatan tersebut disebut dengan apresiasi. Sedangkan jika nilai tukar rupiah terhadap dolar mengalami penurunan itu disebut depresiasi.

2. Nilai tukar riil (real exchange rate)

Nilai tukar riil adalah tingkatan dimana seseorang dapat memperdagangkan barang atau jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa di negara lainnya. Sebagai contoh seseorang berbelanja dan mendapati bahwa harga suatu krat minuman ringan yang dibuat di negara lain adalah dua kali harga minuman sejenis buatan lokal. Berdasarkan perbandingan harga tersebut, kita kemudian dapat mengatakan bahwa nilai tukar riil adalah setengah krat minuman ringan impor tersebut persatu krat minuman ringan lokal. Nilai tukar riil tersebut dinyatakan sebagai unit-unit barang asing perunit dari barang domestik.

Menurut Mankiw (2000:329), formula untuk Perhitungan nilai tukar riil dengan cara sebagai berikut:

Nilai t ukar riil : Nilai t ukar nominal x harga domest ik Harga luar negeri


(35)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing

Menurut Sukirno (2004:402-403), perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta asing yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta asing, disebabkan oleh banyak faktor. Yang terpenting diantaranya adalah seperti yang sebagai berikut:

1. Perubahan dalam cita rasa masyarakat

Cita masyarakat mempengaruhi corak ekonomi mereka. Maka perubahan cita rasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka atas barang-barang yang diproduksi didalam negeri maupun yang di impor. Jika kualitas barang impor lebih berkualitas daripada barang-barang yang diproduksi dalam negeri akan menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang impor bertambah besar sehingga permintaan barang-barang impor ikut bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.

2. Perubahan harga-harga barang ekspor dan impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah suatu barang akan di impor atau di ekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif lebih murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor. Dan sebaliknya, impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan uang negara tersebut.


(36)

3. Kenaikan-kenaikan harga umum (inflasi)

Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yang berikut : inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, inflasi berkecendrungan mengurangi ekspor. Keadaan ini menyebabkan permintaan valuta asing bertambah dan akhirnya akan harga valuta asing akan bertambah.

4. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian sangat penting dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri akan mengalir keluar negeri. Begitupun sebaliknya, suku bunga dan pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara tersebut. Apabila lebih banyak modal mengalir kesuatu negara, permintaan ke atas maka uangnnya bertambah maka nilai mata uang tersebut akan bertambah.

5. Pertumbuhan ekonomi

Efek yang akan diakibatkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan itu teryata diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan keatas maka uang negara tersebut bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara bersangkutan akan meningkat.


(37)

5. Perubahan Nilai Kurs

Kurs yang ditentukan oleh pasar bebas dapat mengalami dua bentuk perubahan, yaitu perubahan kurs atas efek perubahan permintaan dan perubahan kurs atas efek perubahan penawaran (Gregori menkiew, 2000:400-401).

1. Perubahan kurs atas efek kenaikan permintaan

Gambar 2.1.

Kurva kenaikan permintaan kurs

Dalam gambar 2.1 diatas dimisalkan bahwa pada mulanya permintaan keatas dolar adalah D dan penawaran keatas dolar adalah S. Maka kurs pertukaran adalah satu dolar sama dengan 1500 rupiah dan kuantitas dolar yang dijual belikan adalah Q1. Dari akibat suatu kenaikan dalam permintaan keatas dolar, kurva permintaan dolar bergerak dari D ke D1. Kurva yang baru ini menaikkan harga dolar dari 1500 rupiah setiap unit menjadi 2000 rupiah perunit dan menambahkan kuantitas valuta dolar yang diperjual-belikan dalam pasar valuta asing dari Q1 menjadi Q2.

Harga dolar

2000 1500

D

D S


(38)

Harga dolar

2. Perubahan kurs atas efek perubahan penawaran

Gambar 2.2

Kurva perubahan penawaran kurs

Dari gambar 2.2 diatas yang ditunjukkan adalah perubahan penawaran. Kurva S dan D menggambarkan penawaran dan permintaan uang dolar yang pada mulanya wujud. Sesudahnya penawaran bertambah dari S menjadi S1 sebagai akibat kurs pertukaran untuk setiap dolar turun dari 2000 rupiah menjadi 1500 rupiah, dan kuantitas mata uang dolar dan diperjual-belikan bertambah dari Q1 menjadi Q2

6. Teori Paritas daya beli (Purchasing Power Parity Theory)

Satu teori terkenal mengenai bagaimana kurs ditentukan adalah teori paritas daya beli (purchasing power parity-PPP). Teori ini menyatakan bahwa kurs antara dua mata uang akan melakukan penyesuaian yang mencerminkan perubahan tingkat harga dari kedua negara (Mishkin, 2008:112-113).

Teori paritas daya beli merumuskan bahwa kurs antara dua mata uang 2000

1500

Q1 Q2

D S S1


(39)

bersangkutan. Artinya, penurunan daya beli mata uang domestik akan diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar valas. Menurut teori ini, pasar valas berada pada kondisi keseimbangan apabila semua deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan tingkat imbalan yang sama.

Kondisi dimana tingkat imbalan yang semua simpanan dalam berbagai valas sama disebut kondisi paritas suku bunga (interesty parity). Dengan kata lain, segenap simpanan valas menawarkan tingkat imbalan resiko kurs, dan kemungkinan perubahan kurs secara keseluruhan setara sehingga prospek keuntungan ataupun daya tarik atas aset-aset tersebut besar. Kenaikan suku bunga dari simpanan suatu mata uang domestik menyebabkan mata uang domestiknya tersebut mengalami depresiasi terhadap mata uang asing, dengan asumsi kondisi yang lainnya tetap (perkiraan kurs dimasa datang tidak berubah). Namun demikian, asumsi yang digunakan tersebut dalam kenyataannya sangat tidak realistis sebab perubahan suku bunga senantiasa disertai dengan perubahan kurs dimasa yang akan datang. (Domonic,1997 pada Gandha, 2011:33-34).

E. Dana Pihak Ketiga (DPK)

1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dapat dikatakan bahwa besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga


(40)

yang dapat dihimpun oleh perbankan. Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008 menjelaskan, “ dana pihak ketiga bank,

untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank kepada penduduk

dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing”. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit (Warjiyo dalam Francisca dan Siregar, 2009). Dana pihak ketiga terdiri dari Giro, Tabungan dan Deposito. Giro menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat.

Dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari masyarakat yang terhimpun melalui produk giro, tabungan dan deposito. DPK yang dimiliki oleh bank akan disalurkan ke berbagai jenis pembiayaan, semakin besar keuntungan yang diraih bank dengan bagi hasil, maka akan menarik nasabah untuk menempatkan dananya di bank. Nasabah akan membandingkan secara cermat antara expected rate of return yang ditawarkan bank dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional. Hal ini akan menjadi faktor pendorong meningkatnya jumlah nasabah dan dana pihak ketiga. (Nur Kurnaliyah, 2011:30)

Menurut (Arifin 2006 dalam Saras 2011:24), yang termasuk dalam dana pihak ketiga yaitu giro, tabungan dan deposito. Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :


(41)

1. Giro, giro yang pada bank disebut giro umumnya tetap sama dengan giro bank konvensional, dimana bank tidak membayar apapun kepada pemegangnya, bahkan tidak mengenakan biaya layanan (service charge). Dana giro ini boleh dipakai bank syariah dalam operasi bagi hasil (profit sharing). Pembayaran kembali nilai nominal giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai pinjamandepositorkepada bank. Beberapa ulama memandang giro sebagai kepercayaan, dimana dana diterima bank sebagai simpanan untuk keamanan.

2. Tabungan, tabungan di bank konvensional berbeda dari giro dimana ada beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank bebas bunga, tabungan juga mempunyai sifat yang sama, kecuali bahwa penabung tidak memperoleh hasil yang pasti. Menurut para ulama, penabung boleh menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh bank, dan setuju untuk berbagi risiko dengan bank.

3. Deposito, deposito pada bank konvensional menerima jaminan pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba/rugi bank. Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya rekening investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan


(42)

(pooled) menjadi satu dengan rekening investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana utama bagi kegiatan pembiayaan (financing).

Modal yang dimiliki bank sebagian besar berasal dari dana pihak ketiga (DPK) sesuaikan dengan salah satu fungsi bank yaitu menghimpun dana dan menyalurkanya kepada masyarakat (Siamat, 2004:246).

Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tngga, koperasi, yayasan dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Pada sebgian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini umumnya merupakan dana terbesar yang dimilki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat. (Heitzzal Rivai dkk, 2007:37)

2. Sumber Dana Pihak Ketiga dari Segi Mata Uang a. Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah

Yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah kepada pihak ketiga bukan bank baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Komponen dana pihak ketiga ini terdiri dari Giro, Simpanan Berjangka (Deposito dan Sertifikat Deposito), Tabungan dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban segera yang dapat dibayar, surat-surat berharga yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, setoran pinjaman, dan lainnya. Tidak termasuk dana yang berasal dari Bank Sentral.


(43)

b. Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing

Yaitu kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada Bank Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar uang). Dana pihak ketiga valuta asing terdiri atas Giro, Call Money, Deposit on Call (DOC), Deposito Berjangka, Margin Deposit, Setoran Pinjaman, Pinjaman yang diterima, dan kewajiban-kewajiban lainnya dalam valuta asing.

F. Tinjauan Umum Inflasi 1. Pengertian Inflasi.

Inflasi adalah kemerosotan nilai mata uang suatu negara. Menurut Nopirin (1990:25), yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama suatu priode tertentu.

Para ekonomi modern memberikan definisi bahwa inflasi adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation) (Karim, 2008:510).

Menurut Sukirno (2000:174), tingkat inflasi adalah persentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun. Selain itu juga dalam buku yang berbeda memberikan pengertian bahwa inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah


(44)

lebih besar dibandingkan dengan penawaran dipasar. Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit.

2. Cara Mengukur Inflasi

Menurut Nopirin (1990:25-26), inflasi atau kenaikan harga dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi adalah:

1. Indeks biaya hidup (consumer price indeks) yaitu mengukur biaya/pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Banyaknya barang tersebut bermacam-macam, di Indonesia terdapat 9 bahan pokok, 62 macam barang serta 162 barang.

2. Indeks harga perdagangan besar (wholesale price indekx) yaitu menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan berat seperti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi.

3. GNP deflator yaitu jenis barang yang mencakup dalam perhitunga GNP. Dimana perhitungannya diperoleh dari membagi GNP nominal (atas harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan).

3. Jenis Inflasi

Menurut Nopirin (1990:27) berdasarkan sifatnya, inflasi dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Inflasi merayap (creeping inflation) yaitu inflasi yang mempunyai laju kurang dari 10% pertahun


(45)

2. Inflasi menengah (galloping inflation) yaitu inflasi yang mempunyai laju yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit)

3. Inflasi tinggi (hyper inflation) yaitu inflasi yang lajunya meningkat sampai 5 atau 6 kali lipat.

4. Sebab-sebab Terjadinya Inflasi

Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi adalah kelebihan permintaan yang disebabkan oleh penambahan jumlah uang beredar.

1. Inflasi tarikan permintaan (Demand-pull Inflation)

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan penuh.

2. Inflasi desakan biaya (cosh push inflation)

Inflasi ini bersumber dari masalah kenaikan harga-harga dalam perekonomian yang diakibatkan kenaikan biaya produksi. Pertambahan biaya produksi mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga, walaupun mereka harus mengambil resiko yang akan menghadapi pengurangan dalam permintaan barang-barang yang diproduksinya. Inflasi ini juga terjadi pada saat perekonomian berkembang dengan pesat ketika pengangguran sangat rendah.

3. Inflasi di impor (imported inflation)

Inflasi ini muncul akibat meningkatnya harga barang-barang impor. Apalagi barang tersebut mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan. Contohnya minyak bumi.


(46)

5. Dampak Inflasi

Inflasi atau kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus menerus telah menimbulkan beberapa dampak buruk terhadap masyarakat dan perekonomian secara keseluruhan. Menurut Nopirin (1990:32-33), kenaikan harga atau inflasi memiliki dampak terhadap masyarakat dan perekonomian, yaitu sebagai berikut:

1. Dampak terhadap pendapatan (equity effect)

Efek terhadap pendapatan adalah terjadinya pendapatan yang tidak merata. Ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan.

2. Dampak terhadap efisiensi (efficiency effect)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian produksi barang tersebut mengalami kenaikan. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada.

3. Dampak terhadap output (output effect)

Disaat laju inflasi sangat tinggi maka akan mengurangi outpun nasional. Karena dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai mata uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak suka memegang uang kas, transaksi mengarah kearah barter, yang biasanya diikuti dengan penurunan produksi barang.


(47)

G. Penelitian Terdahulu

Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan peneliti lain dan permasalahan yang diangkat juga pernah dilakukan oleh beberapa penelitian lain, baik itu melalui penelitian biasa maupun skripsi. Penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai referensi bagi kajian-kajian dimasa yang akan datang. Seperti beberapa penelitian yang terdahulu yang dijadikan kajian pustaka yaitu penelitian dari :

1. Billy Arma Pratama (2010)

Penelitian tentang kredit perbankan yang diteliti oleh Billy Arma

Pratama, penelitian tersebut berjudul “Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan”. Penelitian ini menggunakan metode sensus dimana keseluruhan Bank Umum yang terdapat dalam periode penelitian dijadikan sebagai obyek penelitian. Penelitian menggunakan 60 waktu amatan (N = 60) (bulan Januari -Desember periode tahun 2005 - 2009). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Bank Umum di Indonesia yang meliputi Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), kredit dan data sekunder suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia dan Statistik Ekonomi Moneter Indonesia periode tahun 2005 - 2009 (bulanan). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan suku bunga SBI selama periode penelitian tidak mempengaruhi penyaluran


(48)

kredit secara signifikan. Semakin tinggi suku bunga SBI akan mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan.

2. Yoda Ditria, Jenni Vivian, dan Indra Widjaja (2008)

Penelitian ini berjudul tentang “Pengaruh tingkat suku bunga, nilai

tukar rupiah, dan jumlah ekspor terhadap tingkat kredit perbankan”.Analisis hubungan dan pengaruh antara variabel - variabel tersebut diatas akan diukur secara statistik dengan menggunakan metode korelasi dan regresi linier berganda serta uji hipotesis untuk mengambil kesimpulan ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dalam rentang waktu 23 (Dua Puluh Tiga) kuartal yaitu dari Maret 2002 sampai dengan September 2007. Pergerakan indikator makro ekonomi Indonesia bervariasi, sehingga pergerakan perubahannya dapat mencerminkan volatilitas perekonomian. Pos yang dijadikan obyek penelitian adalah jumlah kredit, jumlah kredit modal kerja, jumlah kredit investasi, dan jumlah kredit konsumsi dari seluruh perbankan di Indonesia. Pengaruh indikator makro seperti ekspor, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap USD memberikan dampak yang berbeda – beda terhadap kredit dan juga tiga macam jenis kredit yang terdiri dari kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah ekspor berjalan searah dengan jumlah kredit dan ketiga jenis macamnya dimana jika ekspor mengalami kenaikan maka seluruh macam kredit juga mengalami kenaikan. Tingkat suku bunga bergerak berlawanan terhadap


(49)

jumlah kredit maupun ketiga macam jenis kredit lainnya, dimana jika tingkat suku bunga bergerak naik maka akan mengurangi jumlah kredit termasuk didalamnya kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. Sama dengan pengaruh tingkat suku bunga, pengaruh nilai tukar terhadap jumlah kredit dan ketiga jenis kredit lainnya berpengaruh secara berlawanan, dimana jika kurs naik maka akan Pengaruh Tingkat Suku Bunga mengurangi jumlah kredit baik itu kredit modal kerja, kredit investasi, maupun kredit konsumsi.

3. Ni Nyoman Aryaningsih (2006)

Penelitian ini tentang “Pengaruh suku bunga, inflasi, dan jumlah penghasilan terhadap permintaan kredit di PT BPD cabang pembantu Kediri. bertujuan mendeskripsikan (1) pengaruh suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan terhadap permintaan kredit secara parsial, (2) pengaruh suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan terhadap permintaan kredit secara simultan. Obyek penelitian adalah PT BPD Cabang Pembantu Kediri dengan fokus mengenai suku bunga, inflasi, jumlah penghasilan dan permintaan kredit. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga, inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit, sedangkan jumlah penghasilan berpengaruh signifikan. Kontribusi suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan terhadap perubahan permintaan kredit sebesar 37,8%, sedangkan variable lainnya berkontribusi 62,2%. Penelitian terkait lebih


(50)

lanjut hendaknya mempertimbangkan unsur informasi, issuer dan news dalam meneliti permintaan kredit.

4. Sri Haryati (2009)

Penelitian ini mengkaji tentang “Pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia : intermediasi dan pengaruh terhadap variabel makro ekonomi”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel makro ekonomi seperti suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar, dan variabel pertumbuhan ekses likuiditas (secondary reserve). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa fungsi allocation fubs approach telah berjalan dengan baik, dengan demikian disarankan agar bank benar-benar mengaplikasikan portfolio alokasi dana dengan benar dan tepat, sehingga selain mempertahankan likuiditas untuk memenuhi ketentuan regulasi dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Pada variabel makro ekonomi pada perbankan tersebut yaitu suku bunga BI, inflasi, nilai tukar mempunyai pengaruh positif signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan fundamental perbankan di indonesia saat ini sudah cukup kuat, maka dalam penyalurannya kredit harus tetap mempertimbangkan prediksi kondisi ekonomi makro di samping tetap menjaga prinsip kehati-hatian dalam menjalankan fungsi intermediasinya, sehingga tidak meningkatkan timbulnya kredit bermasalah yang dapat berakibat pada penurunan ekuitas khususnya dan penurunan kemampuan permodalan secara umum.


(51)

5. Tatik setiyati (2007)

Penelitian ini menguji tentang “Analisis pengaruh suku bunga kredit, dana pihak ketiga, dan produk domestik bruto terhadap kredit perbankan di

indonesia”.Dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Dana pada penelitian ini hasil penelitian ini bunga kredit dan dpk berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan pdb berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit dan hasil uji f variabel independen cr, dpk, pdb secar bersama-sama mempengaruhi penyaluran kredi pada perbankan pada tingkat signifikan 5%.

6. Akhmad Kholisudin (2012)

Penelitian ini menguji tentang ” Determinan permintaan kredit pada bank umum di jawa tengah 2006-2010”.Obyek dalam penelitian ini adalah tentang permintaan kredit perbankan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu tingkat suku bun-ga, inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan krisis global pada bank umum di Jawa Tengah pada periode waktu 2006-2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari satu variabel terikat (dependent variable) yaitu permintaan kredit perbankan pada bank umum di propinsi Jawa Tengah dan empat variabel bebas (independent variable) yaitu tingkat suku bunga kredit, inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika dan krisis global. Data sekunder yang digunakan berbentuk runtut waktu (time series) bulanan selama 5 tahun (2006-2010). Data sekunder ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI).


(52)

Metode analisis data yang digunakan da-lam penelitian ini adalah regresi berganda dengan metode ordinary least square (OLS). Dalam penelitian ini pengujian dilakukan dengan bantuan software computer E-views 6.0 dan pembahasan analisis secara deskriptif. Hasil Variabel nilai tukar secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit dan sesuai hipotesis. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih

kecil dari 0,05 (α = 5%). Artinya adalah kurs berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Jawa Tengah pada tahun 2006-2010. Berdasarkan hasil pengujian, variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit perbankan. Artinya adalah jika inflasi mengalami kenaikan maka permintaan kredit perbankan pada Bank Umum di Jawa Tengah akan turun namun tidak begitu besar. Sebaliknya jika inflasi turun maka permintaan kredit perbankan pada Bank Umum di Jawa Tengah akan meningkat.

7. Mohammed Amidu dan Simon K. Harvey (2006)

Penelitian ini tentang ” The Impact of Monetary Policy on Banks Credit in Ghana”. Studi ini meneliti apakah kredit bank dibatasi oleh kebijakan moneter di Ghana. Itu analisis dilakukan dengan menggunakan data yang berasal dari database Keuangan Internasional Statistik. Model kuadrat terkecil digunakan untuk mengestimasi persamaan regresi setelah menyelidiki sifat deret waktu variabel. Kredit bank diwakili oleh pinjaman bank dialokasikan secara bebas yang mungkin lebih sensitif terhadap perubahan dalam kebijakan moneter. Perubahan jumlah uang beredar dan


(53)

suku bunga bank sentral adalah proxy dari kebijakan moneter. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kredit bank Ghana dipengaruhi secara signifikan oleh kegiatan ekonomi negara dan perubahan penawaran uang. Hasil dari Penelitian juga mendukung penelitian sebelumnya bahwa tingkat inflasi negatif tetapi secara statistik signifikan mempengaruhi kredit bank. Anehnya, penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara tingkat bank sentral utama dan kredit bank Ghana. Namun, koefisien dari suku bunga secara statistik tidak signifikan. Nilai utama dari penelitian ini adalah identifikasi faktor-faktor kebijakan moneter yang mempengaruhi kredit bank di Ghana.

8. A. Tarkan Cavusoglu (2002)

Penelitian ini tentang” Credit Transmission Mechanism in Turkey: An Empirical Investigation”. Hasil ini menunjukan jelas menunjukkan bahwa perilaku pinjaman bank deposit uang di Turki secara signifikan dipengaruhi oleh dinamika yang dikenakan melalui kebijakan keuangan utang dalam negeri. Dampak dari kebijakan moneter pada perilaku pinjaman bank terhadap uang dan transmisi ini berdampak bagi perusahaan bank yang tergantung merupakan dasar untuk menentukan suatu pinjaman bank saluran mekanisme transmisi kebijakan moneter. Efek dari penurunan pinjaman mereka memiliki efek yang lebih signifikan terhadap kegiatan ekonomi daripada bahwa penurunan pinjaman bank-bank besar. Tanggapan pasokan proporsional pinjaman bank untuk cadangan guncangan karena perbedaan


(54)

ukuran mereka dapat memberikan bukti nyata terjadinya efek output ditularkan oleh saluran pinjaman bank.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Variabel Metodologi Dan Hasil

1. A. Tarkan Cavusoglu (2002) Credit Transmission Mechanism in Turkey: An Empirical Investigation Kredit DPK Investasi

Analisis menggunakan data panel, penyatuan dimensi seri cross-section

Hasil :

Penelitian ini menjelaskan bahwa hubungan dana pihakn ketiga berupa tabungan memiliki pengaruh positif dan signifikan karena pihak nasabah mempunyai andil penting demi perekonomian Turki.

2. Mohammed

Amindu dan Simon K. Harvey (2006)

The Impact of Monetary Policy on Banks Credit in Ghana

Kredit

Nilai tukar

Suku bunga

Inflasi

GDP

Analisis menggunakan data yang berasal dari database

Statistik Keuangan Internasional

Hasil :

Penelitian juga mendukung penelitian sebelumnya bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh tetapi secara statistik secara signifikan mempengaruhi kredit bank. Anehnya, penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara tingkat bank sentral utama dan kredit bank Ghana 3. Tatik setiyati

(2007) Analisis pengaruh suku bunga kredit, dana pihak ketiga, dan produk domestik bruto trhdp kredit perbankan di indonesia

Dana Pihak Ketiga (DPK)

PDB

Kredit

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil :

Hasil penelitian ini bunga kredit dan dpk berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan pdb berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit dan hasil uji f variabel independen cr, dpk, pdb secar bersama-sama mempengaruhi penyaluran kredi pada perbankan pada tingkat signifikan 5% 4. Yoda Ditria,

Jenni Vivian, dan Indra

Pengaruh tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, dan

Ekspor

Tingkat Suku Bunga

 Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil :


(55)

terhadap tingkat kredit perbankan

Terhadap USD

Jumlah Kredit Modal Kerja

Jumlah Kredit Investasi

Jumlah Kredit Konsumsi

berjalan searah dengan jumlah kredit dan ketiga jenis macamnya dimana jika ekspor mengalami kenaikan maka seluruh macam kredit juga mengalami kenaikan. Tingkat suku bunga bergerak berlawanan terhadap jumlah kredit maupun ketiga macam jenis kredit lainnya, dimana jika tingkat suku bunga bergerak naik maka akan mengurangi jumlah kredit termasuk didalamnya kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. Sama dengan pengaruh tingkat suku bunga, pengaruh nilai tukar terhadap jumlah kredit dan ketiga jenis kredit lainnya berpengaruh secara berlawanan, dimana jika kurs naik maka akan

5 Ni Nyoman

Aryaningsih (2009)

Pengaruh suku bunga, inflasi, dan jumlah

penghasilan terhadap

permintaan kredit di PT BPD cabang Kediri

Suku bunga

Inflasi

Jumlah penghasilan

Permintaan kredit.

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga, inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit, sedangkan jumlah penghasilan berpengaruh signifikan. Kontribusi suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan terhadap perubahan permintaan kredit

6. Sri Haryati (2009)

Pertumbuhan kredit perbankan di indonesia : intermediasi dan pengaruh

terhadap variabel makro ekonomi

Kredit

Ekses likuiditas

Dpk

Pinjaman/simpanan diterima

Pertumbuhan ekuitas

Suku bunga bank indoneseia

Tingkat inflasi

Kurs valas/ exchange rate

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil :

Pada variabel makro ekonomi pada perbankan tersebut yaitu suku bunga BI, inflasi, nilai tukar mempunyai pengaruh positif signifikan

7. Billy Arma

Pratama (2010) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Capital Adequacy Ratio (CAR), Non

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil :

Hasil penelitian ini


(56)

kredit perbankan (NPL), dan

Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

penyaluran kredit secara signifikan.

8.. Akhmad Kholisudin (2012)

Determinan permintaan kredit pada bank umum di jawa tengah 2006-2010

Kredit

Tingkat suku bunga kredit

Inflasi

Nilai tukar

Analisis regresi berganda dengan metode ordinary least square (OLS)

Hasil :

Hasil penilitian ini hasil pengujian mengenai pengaruh inflasi terhadap permintaan kredit dapat di

simpulkan bahwa secara parsial variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap permintaan kredit pada bank umum di Jawa Tengah tahun 2006-2010. Hal ini

ditunjukkan dengan tingkat

signifi-kansi yang lebih besar dari 0,05 (α

= 5%). Variabel nilai tukar secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit dan sesuai hipotesis. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari

0,05 (α= 5%). Artinya adalah kurs berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Jawa Tengah pada tahun 2006-2010

H. Kerangka Pemikiran

Perbankan indonesia mengalami perubahan yang sangat besar mengikuti perkembangan perekonomian yang terjadi. Pengaruh terbesar dalam perubahan adalah terutama dari faktor eksternal yaitu adanya perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial masyarakat, politik dan demokrasi, serta pengaruh dari dunia internasional. Terdapat faktor-faktor internal bank yang merubah secara langsung kondisi perbankan indonesia, namun perubahan yang disebabkan faktor internal semakin besar karena adanya tekanan dari perubahan eksternal (Ade, 2006).


(57)

Bagi suatu negara, bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya (Kasmir, 2008).

Fluktuasi kurs mengindikasikan bahwa bahan baku produksi masih banyak bergantung pada komponen impor, sehingga produksi yang semakin bergantung kepada komponen impor akan mengalami dampak pergerakan kurs kedua hal ini dapat berhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi sangat bergantung pada bahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja. (Yoda,2008)

Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008)

Inflasi merupakan perubahan perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam kenyataannya jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan, bisa saja terjadi


(58)

kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi bahkan menurunkan tingkat output tertentu. (Ni Nyoman,2008)

Hubungan nilai tukar, dpk, dan inflasi terhadap kredit perbankan didukung oleh penelitian sebelumnya. Diantaranya Ni Nyoman (2008) yang mengemukakan bahwa perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam kenyataannya jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan, bisa saja terjadi kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi bahkan menurunkan tingkat output tertentu. Yoda (2008) mengemukakan produksi yang semakin bergantung kepada komponen impor akan mengalami dampak pergerakan kurs kedua hal ini dapat berhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi sangat bergantung pada bahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja.

Berdasarkan acuan dan penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa minimal yang mempengaruihi total kredit perbankan adalah nilai tukar, dpk, dan inflasi. Sehingga dapat di fomulasikan fungsi total kredit perbankan adalah

Cr =f (KURS, DPK, INF)... (2.3)

Model metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square).


(59)

Regresi berganda digunakan karena variabel yang diteliti lebih dari satu variabel. Adapun sistematika kerangka pemikiran ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Nilai Tukar (X₁)

Dana Pihak Ketiga (X₂ )

Inflasi (X₃ )

Total Kredit Perbankan (Y)

Uji Asumsi Klasik  Linearitas

 Uji Normalitas

 Uji Multikolinieritas

 Uji Heteroskedastisitas

 Uji Autokorelasi

Regresi Linier Berganda  Uji t

 Uji F

 Uji R2

Kesimpulan, dan Saran Uji OLS

(Ordinary Least Square)

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Dana Pihak Ketiga, dan Inflasi terhadap Total Kredit Perbankan di Indonesia


(60)

I. Keterkaitan antar variabel

1. Nilai tukar dengan total kredit perbankan

Menurut Krugman dan Obstfeld (2005), kurs adalah harga satu mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh-pengaruhnya yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel makro ekonomi yang lainnya. Oleh karena itu pada kurs, yakni harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga aset (asset price), prinsip-prinsip pengaturan harga-harga aset lainnya juga berlaku.

Kredit modal kerja yang diikuti konsumsi mengalami dampak yang signifikan saat terjadi volatilitas kurs, ini mengindikasikan bahwa bahan baku produksi masih banyak bergantung pada komponen impor, sehingga produksi yang semakin bergantung kepada komponen impor akan mengalami dampak pergerakan kurs kedua hal ini dapat berhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi sangat bergantung pada bahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja. (Yoda, 2008). Terjadinya pemberhentian yang berujung pada tidak adanya peminjaman modal kerja maka, secara langsung akan mempengaruhi volume dari kredit yang dikeluarkan oleh bank-bank umum.

Sebaliknya jika produksi menggunakan bahan baku dari dalam negeri maka terapresiasinya rupiah akan mengakibatkan murahnya produksi dan


(61)

hal ini merangsang para pemilik perusahaan untuk melakukan ekspansi yang akan mengajukan peminjaman kepada bank-bank umum dan mengakibatkan kenaikan total kredit

2. Dana pihak ketiga dengan total kredit perbankan

Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat (dana pihak ketiga) merupaka sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (Dendawijaya, 2005). Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008).

Dan salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit dan sumber utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit (Siamat, 2005)

Banyaknya simpanan dana pihak ketiga yang berupa deposito, tabungan, dan giro. Semakin banyak dana yang dihimpun maka pihak bank cenderung menurunkan tingkat suku bunga pinjamannya sehingga permintaan akan kredit meningkat. Demikian pula sebaliknya semakin sedikit dana pihak ketiga yang dapat dihimpun, maka pihak bank akan cenderung menaikan tingkat suku bunga pinjamannya sehingga permintaan terhadap kredit menjadi menurun.


(62)

3. Inflasi dengan total kredit perbankan

Inflasi merupakan perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam kenyataannya jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan, bisa saja terjadi kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi bahkan menurunkan tingkat output tertentu. (Ni Nyoman, 2008)

Pergerakan tingkat inflasi yang terjadi di indonesia sedikit banyak mempengaruhi sektor-sektor sekonomi baik di sektor mikro maupun makro namun tingkat inflasi secara langsung mempengaruhi penyaluran kredit perbankan. Dari sudut pandang berbeda inflasi berhubungan erat dengan suku bunga dan akan membuat para investor mengalihkan uangnya ketabungan karena memberikan tingkat pengembalian hasil yang tinggi dan beresiko rendah (Darmawi, 2006). Hal ini menyebabkan permintaan akan kredit menjadi menurun.

J. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori moneter, kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui bank sentral guna mengatur penawaran uang. Yang manjadi alat kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral diantaranya adalah melalui dpk, nilai tukar, dan inflasi. Sehingga diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kredit perbankan. Ditambah penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa diperekonomian yang terbuka,


(63)

yang menjadi pengaruh terhadap kredit perbankan yaitu dpk, nilai tukar dan inflasi sehingga memberikan gambaran bahwa dpk dan nilai tukar diduga memiliki hubungan yang signifikan terhadap kredit perbankan. Oleh karena itu, dan didukung oleh landasan teori dan latar belakang serta penelitian sebelumnya, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar terhadap total kredit perbankan.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara dpk terhadap total kredit perbankan.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap total kredit perbankan.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar rupiah, dpk, dan inflasi terhadap total kredit perbankan.


(64)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini, variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari satu variabel terikat (dependent) yaitu total kredit perbankan dan tiga variabel bebas (independent) yaitu nilai tukar, dpk, dan inflasi. Sehingga yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah total kredit perbankan, nilai tukar, dpk, dan inflasi di negara Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah datanilai tukar mata uang, dana pihak ketiga(DPK) dan inflasi dari tahun 2007 hingga 2011berdasarkan ketetapan Bank Indonesia (BI).

B.MetodePenentuan Sampel

Penelitian ini dibatasi untuk melihat pengaruh tiga variable terhadap Total Kredit Perbankan di Indonesia.Variabel-variabel tersebut yaitu Nilai Tukar, DPK,dan Inflasi. Metode sampel yang digunakan adalah metode penelitian historis yang bersifat Kausal-Distributif, artinya penelitian yang dilakukan untuk menganalisis suatu keadaan yang telah lalu dan menunjukkan arah hubungan antar variabel. Pengumpulan datanya yaitu berupa data sekunder yang diperoleh dari Laporan Statistik Perbankan Indonesia da n Lapo ran P er eko nom ian In don esia di Ba nk Indonesi a dengan data perbulan selama periode waktu 2007 sampai 2011. Kemudian setelah data tersebut diperoleh tahap selanjutnya


(65)

adalah melakukan pengujian-pengujian dengan menggunakan ujistatistik dan ekonometrik.

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat data time series. Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dari pihak kedua atau data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127).

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data statistik, laporan tahunan Bank Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) serta sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini dari tahun 2007hingga 2011 dengan data bulanan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Berikut penjelasannya: 1. Metode observasi lapangan (libary research)

Library reserach yaitu dengan mencari dan mengumpulkan literatur yang terdiri dari buku-buku referensi, artikel, jurnal penelitian dan media masa sebagai bahan pengutipan serta referensi (Imam Akbar, 2009:57)

D. Metode Analisis Data

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan kerangka pikir. Penelitian ini mencari bagaimana pengaruh antara nilai tukar, dana pihak ketiga (DPK),dan inflasi terhadap total kredit perbankan di indonesia. Dalam


(66)

penelitian ini alat anilisis yang digunakan adalah model regresi berganda dengan metode OLS (ordinary Least Square), dengan rumusan sebagai berikut :

CR= β0 + βıKurs+ β2DPK+ β3INF + et...(3.1)

Untuk menstandarkan data, model diatas kemudian ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural, persamaannya adalah

LnCR= β0 + βıLnKurs+ β2LnDPK+ β3INF + et...(3.2) Dimana :

LnCR : Kredit

LnKurs : Nilai Tukar

LnDPK : Dana Pihak Ketiga

INF :Inflasi

β0 : Konstanta

βı, β2, β3 :Koefesien regresi dari masing-masing variabel yang mempengaruhi total kredit

et : Error term

Metode pangkat kuadrat terkecil (OLS) diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli matematika dari Jerman, yaitu Carl Frederich Gaus. Metode OLS adalah metode untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan dari setiap observasi terhadap garis tersebut (Kuncoro, 2003:216).


(67)

terkecil akan menghasilkan estimator yang mempunyai sifat tidak bias, linear dan mempunyai varian yang minimum.

Alasan menggunakan regresi dalam transformasi logaritma natural adalah (Gujarati, 1999) :

1. Parameter (β) dapat langsung menujukkan koefisien elastisitas, yaitu persentase perubahan dalam variabel dependen untuk persentase perubahan tertentu dalam variabel independen.

2. Gejala heteroskesdatisitas dapat dikurangi karena transformasi logaritma akan dapat memperkecil skala variabel-variabel yang diukur.

Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model penelitian yang digunakan, maka terlebih dahulu kita melakukan pengujian terhadap data penelitian tersebut.Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah model tersebut dapat dianggap relevan atau tidak.Pengujian yang dilakukan melalui uji asumsi klasik yang meliputi uji linearitas, normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolineritas. Dan juga uji statistik yang meliputi uji signifikansi paremeter individu (uji statistik t), uji signifikan simultan (uji statistik F), dan uji koefisien determinasi (Adjusted R Square).

1. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Linearitas

Untuk mengetahui suatu model linier atau tidak, dapat dilakukan dengan cara Uji JB Ramsey (RESET), yaitu suatu pengujian yang dikembangkan oleh


(68)

ataudikenal dengan sebutan uji kesalahan spesifikasi regresi (Regression Specification Error Test= RESET) (Widarjono, 2009:170).

Dalam pengujian Ramsey (RESET) ini, yang perlu diperhatikan adalah nilai F hitung, dengan hipotesis :

H0= Model tidak linier Ha= Model linier

Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F kritisnya pada α tertentu berarti

signifikan, maka hipotesis H0 diterima, artinya model kurang tepat atau tidak

linier.Sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari nilai F kritisnya pada α

tertentu, berarti tidak signifikan dan menolak hipotesis H0 yang menyatakan bahwa model tidak linier.

Selain itu, Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas Obs* R2, yaitu sebagai berikut :

1. Bila probabilitas Obs* R2> 0,05 maka signifikan, dan menolak H0 dengan demikian model dikatakan linier.

2. Bila probabilitas Obs* R2< 0,05 maka tidak signifikan dan menerima H0, maka model tidak linier.

2. Uji Normalitas.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi


(1)

Lampiran 3 : Hasil uji dengan regresi metode OLS (Ordinary Least Square) Dependent Variable: D(LNCR)

Method: Least Squares Date: 05/23/13 Time: 21:44

Sample (adjusted): 2007M02 2011M12 Included observations: 59 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNDPK) 0.440127 0.084458 5.211201 0.0000 D(LNKURS) 0.091737 0.042594 2.153738 0.0357 D(INF) 0.005473 0.002189 2.500504 0.0154

C 0.012120 0.001823 6.647869 0.0000

R-squared 0.465426 Mean dependent var 0.017688 Adjusted R-squared 0.436268 S.D. dependent var 0.014790 S.E. of regression 0.011104 Akaike info criterion -6.097576 Sum squared resid 0.006782 Schwarz criterion -5.956726 Log likelihood 183.8785 Hannan-Quinn criter. -6.042594 F-statistic 15.96190 Durbin-Watson stat 1.659115 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

111 Lampiran 4 : Hasil Uji Liniearitas

Ramsey RESET Test:

F-statistic 1.173256 Prob. F(1,54) 0.2835 Log likelihood ratio 1.268164 Prob. Chi-Square(1) 0.2601

Test Equation:

Dependent Variable: D(LNCR) Method: Least Squares

Date: 05/23/13 Time: 21:52 Sample: 2007M02 2011M12 Included observations: 59

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNDPK) 0.674048 0.231839 2.907397 0.0053 D(LNKURS) 0.145831 0.065595 2.223222 0.0304 D(INF) 0.007799 0.003064 2.545569 0.0138 C 0.014479 0.002838 5.101204 0.0000 FITTED^2 -12.93767 11.94427 -1.083170 0.2835 R-squared 0.476794 Mean dependent var 0.017688 Adjusted R-squared 0.438038 S.D. dependent var 0.014790 S.E. of regression 0.011087 Akaike info criterion -6.085172 Sum squared resid 0.006638 Schwarz criterion -5.909110 Log likelihood 184.5126 Hannan-Quinn criter. -6.016445 F-statistic 12.30245 Durbin-Watson stat 1.689188 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

Lampiran 5 : Hasil Uji Normalitas

0 2 4 6 8 10 12

-8.0e+13 -4.0e+13 0.00000 4.0e+13 8.0e+13

Series: Residuals

Sample 2007M01 2011M12 Observations 60

Mean 0.051953 Median -5.48e+12 Maxim um 8.68e+13 Minim um -9.44e+13 Std. Dev. 3.44e+13 Skewnes s -0.034299 Kurtos is 3.448516 Jarque-Bera 0.514682 Probability 0.773105


(4)

113 Lampiran 6 : Hasil Uji Multikolinearitas

LNDPK LNKURS INF

LNDPK 1.000000 -0.218116 -0.391404

LNKURS -0.218116 1.000000 0.319561

INF -0.391404 0.319561 1.000000


(5)

Lampiran 7 : Hasil Uji Autokolerasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.882321 Prob. F(2,53) 0.1623 Obs*R-squared 3.912891 Prob. Chi-Square(2) 0.1414

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/23/13 Time: 21:47 Sample: 2007M02 2011M12 Included observations: 59

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNDPK) -0.017998 0.086553 -0.207937 0.8361 D(LNKURS) -0.010595 0.043015 -0.246314 0.8064 D(INF) -0.001323 0.002260 -0.585383 0.5608 C 0.000115 0.001820 0.063436 0.9497 RESID(-1) 0.156340 0.142255 1.099010 0.2767 RESID(-2) 0.205214 0.143055 1.434512 0.1573 R-squared 0.066320 Mean dependent var -2.94E-19 Adjusted R-squared -0.021763 S.D. dependent var 0.010813 S.E. of regression 0.010930 Akaike info criterion -6.098401 Sum squared resid 0.006332 Schwarz criterion -5.887126 Log likelihood 185.9028 Hannan-Quinn criter. -6.015928 F-statistic 0.752928 Durbin-Watson stat 2.028883 Prob(F-statistic) 0.587691


(6)

115 Lampiran 8 : Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.612875 Prob. F(9,49) 0.6095 Obs*R-squared 1.908542 Prob. Chi-Square(9) 0.5916 Scaled explained SS 2.463501 Prob. Chi-Square(9) 0.4819

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 05/25/13 Time: 19:32 Sample: 2007M02 2011M12 Included observations: 59

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.000110 3.54E-05 3.102927 0.0030 (D(LNKURS))^2 0.002350 0.007165 0.328019 0.7441 (D(LNDPK))^2 -0.024623 0.036771 -0.669635 0.5059 (D(INF))^2 3.23E-05 2.91E-05 1.112013 0.2710 R-squared 0.032348 Mean dependent var 0.000115 Adjusted R-squared -0.020433 S.D. dependent var 0.000200 S.E. of regression 0.000202 Akaike info criterion -14.11271 Sum squared resid 2.24E-06 Schwarz criterion -13.97186 Log likelihood 420.3248 Hannan-Quinn criter. -14.05772 F-statistic 0.612875 Durbin-Watson stat 2.149570 Prob(F-statistic) 0.609546