Sedangkan bagi umat muslim ilmu itu tidak sebatas ilmu pengetahuan saja, sebab mereka memiliki sumber dari segala sumber
pengetahuan, yaitu AL-Qur’an dan AS-Sunnah. Hamba yang ikhlas meyakini ilmu Allah itu meliputi segala ilmu tentang alam semesta dan
manusia sendiri. Mulai galaksi-galaksi, planet-planet, keseimbangan- keseimbangan di dalamnya, daya tarik-menarik dalam struktur alam,
spesies-spesies yang jumlahnya tak terhitung, cara spesies itu hidup, bakat-bakat yang mengagumkan di dalamnya, sebuah tatanan sempurna
yang tak mungkin terwujud dengan sendirinya, tetapi pasti memiliki seorang pencipta. Siapa lagi yang Maha Pencipta alam semesta ini selain “
Allah SWT “.
Jadi muamalah pendidikan hamba Allah yang ikhlas, akan semakin memperkuat keimanan dan penghambaannya kepada
penciptanya Allah. “Allah, tidak ada Tuhan yang berhak di sembah melainkan Dia yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. Tidak mengantuk, dan tidak tidur, kepunyaannya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakinya. Kursi kekuasaan Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya
dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. “
QS. AL-Baqarah : 255
1.3 Muamalah Sosial Politik
“8 Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 9 Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bahwa untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar.“ QS. AL-Maaidah : 8-9
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.“ QS. Ali-Imran : 104
Muamalah sosial politik hamba Allah yang ikhlas adalah memurnikan niat dan tujuan dalam melakukan aktivitas bermasyarakat,
berpolitik, berdemokrasi, mengelola kekuasaan, hingga memimpin rakyat, semata- mata hanya untuk mencari keridhoan Allah SWT.
Hamba Allah yang ikhlas akan selalu menegakkan nilai-nilai kebenaran Ilahi, bersikap adil, beramal
saleh, menyerukan pada kebaikan, perdamaian, mencegah perbuatan jahat, keji dan merusak.
Karena Islam adalah agama yang diridhoi Allah, dan nilai-nilainya akan membawa umat manusia pada kemaslahatan mereka di Dunia dan
di Akhirat. Karena itu nilai-nilai yang di perintahkan Allah yang Ikhlas dalam muamalah sosial politiknya. Jika ia seorang pemimpin rakyat,
maka ia harus memimpin dengan jujur, adil, peduli, memperhatikan rakyat miskin, memperkuat persatuan umat, menjalankan amanah rakyat
dengan baik, dan tidak menghianati kepercayaan yang telah diberikan.
Kekuasaan politik bagi hamba Allah yang ikhlas adalah amanah Tuhan dan masyarakat yang dipimpinnya, memperoleh kursi jabatan
kekuasaan tidak dipergunakan untuk menyombongkan diri, sewenang- wenang, tidak adil, berkhianat, melanggar hukum, menyalahgunakan
sarana yang ada karena jabatannya, merugikan kekayaan Negara untuk memperkaya diri sendiri, dan korupsi.
Pemimpin yang ikhlas adalah pemimpin yang bersih dari korupsi. Visioner dan konsisten menghayati dan melaksanakan perintah Allah,
penuh kasih sayang dan membela kaum yang termarginalkan, juga mampu menjadi oase penyejuk ditengah padang tandus kegersangan
Bangsa. Membangun sebuah Negara menjadi Bangsa yang makmur, sejahtera, adil dan damai. Hingga Bangsa yang diridhoi Allah akan di isi
oleh pemimpin-pemimpin yang bertanggungjawab, bijaksana, jujur, bermoral baik, dan amanah.
Dunia muamalah sosial politik zaman sekarang, tidak terlepas dari sistem politik demokrasi, hampir sebagian besar negara-negara di Dunia
menggunakan konsep ini. Demokrasi di adopsi dari Negara adidaya non- muslim, dan mulai di jadikan sistem tandingan untuk mematikan sistem
politik masyarakat muslim. Sejauh mana AL-Qur’an bicara tentang sistem politik, karena Allah SWT tidak pernah bicara model sistem politik dalam
firmannya, tapi yang ia bicarakan dalam firmannya adalah tujuan sistem politik tersebut. Sesuai yang di jelaskan dalam QS AL-Maidah ayat 8-9,
dan QS. Ali-Imran ayat 104, tujuan sistem sosial politik yang diridhoi Allah adalah sistem politik yang arah tujuannya menegakkan hukum-
hukum Allah, menegakkan keadilan, menyerukan kebajikan, mengajukan yang ma’ruf, dan mencegah kemungkaran. Sedangkan persoalan
kemasyarakatan, dia perintahkan hambanya untuk mengembalikan pada aturan-aturan Allah dan Rosulnya, juga bermusyawarah.
Sesuai firmannya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri darisekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka,
mohonlah ampun bagi mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah
kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”
Ali-Imran : 159
Allah memerintahkan hamba-hambanya yang ikhlas untuk berlaku lemah lembut, tidak bersikap kasar, dan bermusyawarah untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan muamalah sistem politik. Dan apabila telah mencapai kesepakatan bersama dan membulatkan tekad keputusan
yang terbaik, Allah memerintahkan untuk bertawakal kepada-Nya. Karena Allah menyukai orang-orang yang berserah diri dengan tulus
ikhlas kepada-Nya. Musyawarah adalah sarana yang paling efektif utuk menyelesaikan segala masalah sosial politik, mulai rekrutmen politik,
pemilihan pemimpin, pengelolaan kebijakan-kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat, hingga hal-hal yang menyangku ritual
keagamaan.
Ikhlas dalam muamalah sosial politik adalah proses penyerahan diri seorang hamba secara utuh hanya untuk mencari keridhoan Allah dalam setiap
aktivitas muamalahnya. Bukan untuk kepentingan pribadi, memuaskan
ambisi hawa nafsu, menyombongkan diri dimata Allah, berbuat kerusakan di muka bumi, mendzolimi rakyat kecil dengan kebijakan yang
sewenang-wenang, berkhianat pada amanah dengan mengkorupsi uang rakyat hingga penindasan dan kekerasan pemerintah pada rakyatnya.
Karena itu hamba Allah yang ikhlas tidak menghamba dan terbudaki oleh kekuasaan, sebab baginya kekuasaan adalah alat, amanah, dan ujian yang
harus ia pertanggung jawabkan dihadapan Allah.
Sesuai firmannya : “Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di Bumi dan dia
meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu
amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya dia Maha Penagampun lagi Maha Penyayang.“
QS. AL-An’aam : 165
1.4 Muamalah Berkesenian