Mengawali Seseatu Dengan Bismillah

1.1 Mengawali Seseatu Dengan Bismillah

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” QS. AL-Fatihah : 1 Niat dan tujuan kepada Allah, harus selalu di ingatkan dan di murnikan setiap waktu, juag di segala keaadaan. Sebab potensi melencengkan keikhlasan niat dan tujuan seseorang, akan selalu mengntai melalui hawa nafsu dan tipu daya syetan. Karena itu seorang hamba harus senantiasa mengontrol niat dan tujuannya, hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT. Agar ke ikhlasan di hatinya senantiasa terjaga, tak mudah di goyang, dan tetap kokoh berdiri hanya kepada Allah SWT. Cara termudah agar seorang hamba mampu manjaga keikhlasan di hatinya adalah dengan mengawali segala aktifitas dalam kehidupannya baik ibadah maupun muamalah dengan ucapan “Bismilah” Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lag Maha Penyayang. Ketika seorang akan tidur, maka ia akan mengawalinya dengan ucapan bismillah. Saat hamba tersebut akan mulai bekerja , maka ia akan mengawalinya dengan ucapan Bismillah. Mangawali setiap aktifitas dengan Bismilah, akan membuat aktifitas hamba bernilai ibadah, dan hal tersebut merupakan ciri-ciri hamba Allah yang ikhlas. Hamba yang ikhlas akan mengawali segal langkah, dan tindak-tanduk dalam hidupnya sebelum ia ambil keputusan, ia kembalikan terlebih dahulu kepada Allah. Sebab apa bila sebuah tindakan telah di ridhai Allah, di cintai Allah, dan Allah tidak membencinya. Paling tidak di pastikan tindakannya tersebut, tidak bertentangan dengan Al- Qur’an dan Hadist. Sebab apabila sebuah tindakan yang di benci Allah, walaupun di awali dengan Bismillah, maka ucapan itu tetap sia-sia. Mnusia itu di wajibkan shalat oleh Allah hanya 25 menit sehari, apabila sekali shalat menghabiskan waktu 5 menit. Ibadah puasa hanya 30 hari setahun, ibadah zakat setahun sekali, dan ibadah haji hanya seumur hidup sekali. Di luar itu, hamba Allah di berikan waktu yang luas dan banyak sekali untuk beribadah serta mencari ridha Allah SWT. Kalau ibadah shalat hanya 25 menit sehari, berarti ada 23 jam 35 menit waktu yang tersisa, dan waktu luang itu sangat luar biasa bila di pergunakan untuk mengejar makrifat dan cintanya Allah. Sungguh lalai manusia yang hanya mengandalkan ibadah wajibnya untuk menghadap Allah di akhirat nanti. Apalagi kalau hamba tersebut menyadari, ibadah wajibnya masih belum sempurna. Kalau seorang hamba menyadari pencapaian penghambaannya, dan merasakan ibadah wajibnya masih belum cukup untuk mempertanggung jawabkan amal perbuatannya di hadapan Allah. Maka hendaklah hamba tersebut memperbanyak Ibadah dan pengabdian lain di luar ibadah wajib. Manfaatkan 23 jam 35 menit sisa waktu yang di berikan Allah untuk memperbanyak pengabdiannys, dengan memurnikan niat dan tujuan setiap aktifitasnya untuk mencari keridhoan Allah SWT. Sebab ketika sebuah amal di niatkan karena Allah dengan mencari keridhoan Allah SWT. Dan di niatkan karena Allah dengan bismillah, maka amal tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah. Tetapi sebaliknya, apabila amal perbuatannya di niatkan hanya untuk menyombongkan diri, atau sekedar memenuhi hawa nafsunya, maka amalnya itu sia-sia di mata Allah, walaupun amalnya itu berupa shalat, puasa, dan zakat. Karena itu ikhlas amat sangat penting, untuk mengawali segala aktifitas manusia dalam kehidupan, baik ibadah maupun muamalah. Dengan ikhlas, ibadah, dan muamalah apapun yang di kerjakan manusia pasti akan bernilai ibadah di sisi Allah. Tetapi ibadah dan muamalah apapun yang di kerjakan dengan niat kesombongan atau hawa nafsu, maka amalnya tersebut akan sia-sia, bagai debu-debu yang berterbangan. Sesuai firman Allah dalam Al-Qur’an: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih tidak bertanah. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” QS. Al-Baqarah : 264 Mengawali segala aktifitas dan perbuatan dengan “Bismillah”, sangat penting untuk menjaga keikhlasan seorang hamab dalam ber amal. Sebuah kata sederhana “Bismillahirrormanirrohim” Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang , tapi memiliki makna yang sangat luar biasa bagi kehidupan manusia. Bahkan bisa jadi kebiasaan mengawali aktifitas dengan “Bismillah” secara ikhlas, akan menyelamatkan hidup hamba Allah tersebut di Akhirat nanti. Para Ulama menjelaskan keistimewaan “Bismillah” ini begitu menakjubkan. Di terangkan bahwa inti dari Al-Quran yang terdiri 6666 ayat, 114 surat, dan 30 juz itu ada di dalam surat Al-Fatihah. Dan inti dari surat Al-Fatihah, terdapat pada ayat pertamanya. Yanga berbunyi “Bismillah hirrormanirrohim” Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang . Jadi kalau hamba Allah bisa memahami makna “Bismillah”, maka ia akan otomatis memahami makana surat Al- Fatihah. Dan apabila hamba Allah tersebut telah memahami makana surat Al-Fatihah, maka otomatis ia pun akan mudah memahami 666 ayat dalam Al-Qur’an baik secara tersurat maupun tersirat. Dan hakikat “Bismillah” adalah “ikhlas”, hamba yang senantiasa ikhlas hatinya, akan selalu memurnikan niatnya kepada Allah pada semua aktifitas hidupnya. Ikhlas akan membawa ketentraman dalam segala aktifitas hidupnya. Apapun hasil yang di tetapkan Allah melalui usahanya, hamba tersebut akan ia terima dengan ikhlas. Keikhlasan menerima segala hasil yang Allah tetapkan, akan membeuat hamba Allah tersebut tentram hatinya. Ketentraman tersebut akan membuat hamba tersebut menjalanai hidup dengan pikiran, hati dan tindakan yang positif. Menebarkan nilai- nilai positif dalam kehidupan, sekaligus memancing umpan balik energi positif dalam lingkungan kehidupan hamba tersebut. Orang yang hatinya ikhlas, akan senantiasa menjalani hidup dengan tentram dan positif. Sesuai firman Allah dalam Al-Qur’an : “Dan siapakah yang lebih baik agamanya, dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?.” QS. An-Nisa : 125

1.2 Memperbaharui Ikhlas Dengan Mengingat Allah