Teori Ekonomi Basis Landasan Teori

daerahnya, guna meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya Sjafrizal, 2008.

2.3.2 Teori Ekonomi Basis

Dalam pengertian ekonomi regional, ekspor adalah menjual produkjasa ke luar wilayah baik ke wilayah lain dalam negara itu maupun ke luar negeri, tenaga kerja yang berdomisili di wilayah, tetapi bekerja dan memperoleh uang dari wilayah lain termasuk dalam pengertian ekspor. Pada dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegitan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendapatkan uang dari luar wilayah karena kegiatan basis. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang bersifat exogenous tidak tergantung pada kekuatan internpermintaan Tarigan, 2003. Semua kegiatan lain yang bukan kegiatan basis termasuk kedalam kegiatansektor service atau pelayanan, untuk tidak menciptakan pengertian yang keliru tentang arti service disebut saja sektor nonbasis, Sektor nonbasis service adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari suatu daerah. Proses produksi di sektor industri suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku, dan outputnya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut Tambunan, 2001. Inti dari model basis ekonomi economic base model adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang-barang dan jasa, termasuk tenaga kerja, akan tetapi juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang- barang tidak bergerak immobile, seperti yang berhubungan dengan aspek geografi, iklim, peninggalan sejarah, atau daerah pariwisata. Sektor industri yang bersifat seperti ini disebut sektor basis. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau nonbasis dapat digunakan beberapa metode, yaitu 1 metode pengukuran langsung dan 2 metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dengan survei langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini dapat menentukan sektor basis dengan tepat. Akan tetapi metode ini dapat memerlukan biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak. Mengingat hal tersebut di atas, maka sebagian besar pakar ekonomi wilayah menggunakan metode pengukuran tidak langsung. Beberapa metode pengukuran tidak langsung yaitu: 1 metode melalui pendekatan asumsi 2 metode Location Quotient; 3 metode kombinasi 1 dan 2; dan 4 metode kebutuhan minimum Budiharsono,2005. Lebih lanjut Budiharsono 2005, mengatakan bahwa metode pendekatan asumsi yaitu bahwa semua sektor industri primer dan manufaktur adalah sektor basis, sedangkan sektor jasa adalah sektor nonbasis. Metode Location Quotient LQ merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan tenaga kerja sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan tenaga kerja total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan tenaga kerja sektor i pada tingkat nasional terhadap pendapatan tenaga kerja nasional. Metode kombinasi merupakan antara pendekatan asumsi dengan metode Location Quotient. Metode kebutuhan minimum melibatkan penyeleksian sejumlah wilayah yang sama dengan wilayah yang diteliti dengan menggunakan distribusi minimum dari tenaga kerja regional dan bukan distribusi rata-rata. Setiap wilayah pertama-tama dihitung persentase angkatan kerja yang dipekerjakan dalam setiap industri kemudian persentase itu dibandingkan dengan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kelainan, dan persentase terkecil dipergunakan sebagai ukuran kebutuhan minimum bagi industri tertentu. Persentase minimum ini digunakan sebagai batas dan semua tenaga kerja di wilayah lain yang lebih tinggi dari persentase ini dianggap sebagai tenaga kerja basis. Apabila LQ suatu sektor industri ≥ 1 maka sektor industri tersebut merupakan sektor basis. Sedangkan bila nilai LQ suatu sektor industri 1 maka sektor industri tersebut merupakan sektor nonbasis. Asumsi model LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan mempunyai pola permintaan wilayah yang sama dengan pola permintaan nasional. Asumsi lainnya adalah bahwa permintaan wilayah akan sesuatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah lain Budiharsono, 2005. Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sector suatu kegiatan ekonomi industri. Dasar pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan. Dalam prakteknya penggunaan pendekatan LQ meluas tidak terbatas pada bahasan ekonomi saja akan tetapi juga dimanfaatkan untuk menentukan sebaran komoditas atau melakukan identifikasi wilayah berdasarkan potensinya. Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relavan digunakan sebagai metoda dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran produksi dan populasi. Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, perhitungan didasarkan pada lahan pertanian areal tanam atau areal panen, produksi atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditas pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan dalam populasi ekor Hendayana, 2003.

2.3.3 Analisis Shift – Share