Penelitian Terdahulu Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S 3. Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D

2.2 Penelitian Terdahulu

Ropingi dan Agustono 2007 dalam penelitiannya mengenai “Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditi Pertanian di Kabupaten Boyolali Pendekatan Shift-Share Analisis”, berdasarkan analisis LQ komoditi sektor pertanian yang menjadi basis ekonomi di Kabupaten Boyolali tahun 2005 di tiap-tiap kecamatan beragam jenis komoditinya. Kecamatan yang paling banyak jumlah komoditi sektor pertanian yang menjadi basis ekonomi adalah Kecamatan Mojosongo 25 jenis komoditi sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Ampel 8 jenis komoditi. Berdasarkan analisis Shift Share tahun 2004-2005 diketahui bahwa komoditi pertanian yang tumbuh cepat diantaranya komoditi bahan pangan penyedia karbohidrat adalah jagung, bahan pangan penyedia protein adalah kacang tanah, kedelai, komoditi peternakan adalah sapi potong, kambing, domba; komoditi sayur-sayuran adalah wortel, sawi, cabe, bawang merah, mentimun; komoditi buah-buahan adalah durian, pisang, jambu air, jeruk nesar, jeruk siam, dan komoditi perkebunan adalah jahe, kencur, teh, kopi arabika. Komoditi pertanian basis yang tergolong berdaya saing baik diantaranya komoditi bahan pangan adalah padi, jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu, ubi jalar; komoditi hortikultura adalah bawang merah, bawang daun, sawi, tomat, kubis, durian, pepaya, mangga, pisang; komoditi perkebunan adalah asem, kelapa, teh, kencur; komoditi peternakan adalah sapi perah, sapi potong, domba, kambing, ayam buras. Jenis komoditi pertanian basis dan wilayah pengembangannya di Kabupaten Boyolali diantaranya sapi perah di Kecamatan Cepogo dan Boyolali, komoditi padi di Kecamatan Teras, Sawit, Banyudono, Nogosari, dan Andong; Sapi potong di Kecamatan Ampel, Klego, Andong dan Juwangi; komoditi pepaya di Kecamatan Mojosongo, kopi robusta di Kecamatan Ampel, komoditi sayur- sayuran wortel, kubis, bawang merah, bawang daun di Kecamatan Selo; komoditi kencur di Kecamatan Simo, Klego dan Nogosari; komoditi kacang tanah di Kecamatam Sambi, Nogosari, Andong dan Juwangi. Prihkhananto 2006 dalam penelitiannya mengenai “Penentuan Wilayah Basis Komoditi Pertanian Unggulan dalam Menghadapi Otonomi Daerah di Kabupaten Temanggung” menggunakan analisis Location Quotient LQ dan shift share dalam penentuan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung. Berdasarkan analisis LQ, komoditi pertanian yang menjadi komoditi pertanian basis adalah jagung, bawang putih, lombok, kelengkeng, kopi arabika, kopi robusta, jahe, kunyit, tembakau, aren, domba, dan ayam buras. Untuk mengetahui kemampuan bersaing suatu komoditi perlu diketahui komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW. Berdasarkan analisis shift share, komoditi pertanian yang mampu bersaing dengan komoditi dari daerah lain adalah padi, kacang panjang, kubis, lombok, kelengkeng, pisang, kopi arabika, cengkeh, aren, dan sapi potong. Berdasarkan analisis gabungan LQ dan shift share diketahui bahwa komoditi lombok, kelengkeng, kopi arabika, dan aren merupakan komoditi pertanian unggulan untuk Kabupaten Temanggung karena komoditi tersebut mampu memenuhi kebutuhan kabupaten dan mengekspor ke daerah lain serta mempunyai kemampuan bersaing dengan komoditi pertanian lain. Rachmat Hendayana 2003 meneliti tentang “Aplikasi metode Location Quotient LQ dalam penentuan komoditas unggulan nasional”. Tujuan dari penelitian membahas penerapan metode LQ dalam mengidentifikasi komoditas pertanian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series tahun 1997–2001. Data yang dimaksud meliputi data areal panen tanaman pangan, holtikultura sayuran dan buah–buahan, perkebunan dan populasi ternak. Dari hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai salah satu teknik untuk mengidentifikasi komoditas pertanian. Dalam hal ini komoditas yang memiliki nilai LQ 1 dianggap memiliki keunggulan komparatif karena basis. Komoditas pertanian yang tergolong basis dan memiliki sebaran wilayah paling luas menjadi salah satu indikator komoditas unggulan dan mengingat perhitungan LQ baru didasarkan aspek luas areal panen maka keuggulan yang diperoleh baru mencerminkan keunggulan dari sisi penawaran, belum dari sisi permintaan. Hasil dari penelitian Wibowo 2008, yang berjudul Analisis Ekonomi Basis dan Komponen Pertumbuhan Sektor Pertanian di Kabupaten Pekalongan menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Pekalongan merupakan sektor basis. Selain sektor pertanian terdapat lima sektor lain yang merupakan sektor basis di Kabupaten Pekalongan, yaitu sektor jasa-jasa; sektor listrik, gas dan air minum; sektor bank dan lembaga keuangan; sektor konstruksibangunan; dan sektor pertambangan dan penggalian. Sub sektor pertanian yang menjadi sektor basis di Kabupaten Pekalongan adalah sub sektor peternakan dan sub sektor tanaman perkebunan. Beberapa penelitian tersebut digunakan sebagai referensi dalam penelitian yang dilakukan, karena topik yang dikaji sama yaitu peranan sektor pertanian dalam perekonomian suatu daerah. Selain itu metode analisis yang digunakan pada penelitian tersebut sebagian sama dengan metode analisis yang digunakan pada penelitian yang dilakukan, yaitu Analisis Location Quotient LQ dan Analisis Shift Share. Penelitian Ropingi dan Listiarini 2003 mengenai “Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Pati Berdasar Analisis LQ dan Shift Share”, menggunakan analisis gabungan LQ dan Shift Share untuk menentukan sektor- sektor yang benar-benar merupakan sektor unggulan di Kabupaten Pati yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Sektor-sektor tersebut dinilai dari sisi basis atau nonbasis, keunggulan komparatif, dan laju pertumbuhannya. Hasil dari gabungan kedua analisis tersebut memberikan usulan alternatif program pengembangan regional Kabupaten Pati sebagai berikut: 1. Pengembangan sektor prioritas pertama adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. 2. Pengembangan sektor prioritas kedua, tidak ada sektor yang memenuhi. 3. Pengembangan sektor prioritas ketiga meliputi sektor industri dan jasa. 4. Pengembangan sektor prioritas keempat meliputi sektor pertambangan dan penggalian, bangunan, perdagangan, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. 5. Pengembangan sektor prioritas pertama adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. 6. Pengembangan sektor prioritas kelima, tidak ada sektor yang memenuhi. 7. Pengembangan sektor prioritas alternatif meliputi sektor pertanian dan keuangan.

2.3 Landasan Teori