Kerangka Penelitian Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S 3. Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D

disebut revealed competitive advantage yang merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian aktual. Selanjutnya dikatakan suatu negara atau daerah yang memiliki keunggulan komparatif atau kompetitif menunjukkan keunggulan baik dalam potensi alam, penguasaan teknologi, maupun kemampuan managerial dalam kegiatan yang bersangkutan. Untuk mengukur daya saing komoditi unggulan sektor pertanian maka digunakan alat Analisis Shift Share. Analisis shift share pada hakekatnya merupakan teknik yang sederhana untuk menganalisis perubahan struktur perekonomian suatu wilayah dan pergeseran struktur suatu wilayah.

2.4 Kerangka Penelitian

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan meransang perkembangan kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut Arsyad,1999. Pembangunan daerah dilaksanakan untuk dapat membangun daerah dengan baik, khususnya pada era otonomi daerah, maka pemerintah daerah perlu mengetahui sektor-sektor apa saja yang dapat dijadikan sektor basis baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Pemerintah daerah sebaiknya memperhatikan potensi daerah apa yang dimiliki dalam pengambilan kebijakan-kebijakan yang ada. Potensi daerah ini bisa dilihat dengan mengidentifikasi sektor perekonomian mana yang produktif atau potensial untuk dikembangkan, dan mempunyai daya saing. Identifikasi ini penting dalam menentukan prioritas dalam pengambilan kebijakan pembangunan. Kesempatan untuk mengembangkan sumber-sumber pendapatan baru melalui pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang tersedia di wilayahnya sebagai upaya untuk dapat memajukan sub sektor perkebunan dalam pembangunan daerahnya dan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sub sektor perkebunan di Kabupaten Simalungun memiliki berbagai jenis komoditi yang dapat dikembangkan sehingga dapat mendukung kemajuan sektor tersebut. Komoditi perkebunan yang dapat mendukung pembangunan pertanian adalah komoditi basis yang mempunyai prioritas pengembangan. Dengan mengetahui prioritas pengembangan komoditi basis di Kabupaten Simalungun akan memudahkan pemerintah daerah dalam penentuan kebijakan pembangunan wilayah berbasis komoditi perkebunan. Salah satu cara untuk mengidentifikasi prioritas pengembangan komoditi perkebunan adalah dengan menggunakan gabungan teori ekonomi basis dan analisis shift share. Pengidentifikasian komoditi perkebunan basis di Kabupaten Simalungun digunakan pendekatan Location Quotient LQ, yaitu menghitung nilai LQ dari setiap komoditi perkebunan yang dihasilkan di Kabupaten Simalungun. Kriteria komoditi perkebunan yang menjadi basis adalah komoditi yang mempunyai nilai LQ 1, artinya produksi komoditi perkebunan tersebut mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan dapat diekspor ke wilayah lain. Komoditi perkebunan dengan nilai LQ = 1 menunjukkan komoditi tersebut komoditi nonbasis, artinya produksi komoditi perkebunan tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak dapat diekspor ke wilayah lain. Sedangkan komoditi perkebunan dengan nilai LQ 1 menunjukkan komoditi tersebut termasuk komoditi nonbasis, artinya produksi komoditi perkebunan tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan kekurangannya dipenuhi dengan mengimpor dari luar wilayah. Komoditi perkebunan yang menjadi basis LQ 1 di Kabupaten Simalungun dianalisis menggunakan Shift Share Analysis SSA untuk menentukan komponen pertumbuhannya. Komoditi perkebunan yang dianalisis komponen pertumbuhannya hanya komoditi perkebunan basis karena dalam penelitian ini untuk menentukan pertumbuhan didasarkan pada komoditi perkebunan basis, sehingga untuk komoditi perkebunan nonbasis tidak dianalisis pertumbuhannya. Analisis komponen pertumbuhan komoditi perkebunan basis di Kabupaten Simalungun dalam penelitian ini difokuskan pada komponen PP dan PPW. Berdasarkan gabungan pendekatan Location Quotient LQ, komponen Pertumbuhan Proporsional PP dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW dapat diketahui prioritas pengembangan komoditi perkebunan basis di Kabupaten Simalungun. Komoditi perkebunan basis yang menjadi prioritas utama untuk dikembangkan adalah komoditi perkebunan dengan nilai LQ 1, PP positif, dan PPW positif. Komoditi perkebunan basis yang menjadi prioritas kedua untuk dikembangkan adalah komoditi perkebunan dengan nilai LQ 1, PP negatif, dan PPW positif atau komoditi dengan nilai LQ 1, PP positif, dan PPW negatif. Sedangkan komoditi perkebunan basis dengan nilai LQ 1, PP negatif, dan PPW negatif menjadi alternatif pengembangan. Alur pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema pada Gambar 1 berikut di bawah ini. Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Kabupaten Simalungun Sektor Perekonomian Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian Produksi Komoditi Perkebunan Teori Ekonomi Basis Metode Tidak Langsung Location Quotient LQ 1 Komoditi Perkebunan Basis LQ = 1 Komoditi Perkebunan Non Basis LQ 1 Komoditi Perkebunan Non Basis Prioritas Utama : LQ 1, PP positif, PPW positif Prioritas Kedua : LQ 1, PP negatif, PPW positif atau LQ 1, PP positif, PPW negatif Prioritas Ketiga : LQ 1, PP negatif, PPW negatif Prioritas Pengembangan Komoditi Perkebunan Basis di Kabupaten Simalungun Analisa Shift Share PP PPW PP Positif Pertumbuhan Cepat PP Negatif Pertumbuhan Lambat PP W Positif Berdaya Saing PPW Negatif Tidak Berdaya Saing

2.5 Hipotesis