III. METODE PENELITIAN
3.5 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi
pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series berupa data produksi komoditi
perkebunan Kabupaten Simalungun selama delapan tahun 2005-2012.
3.6 Metode Pemilihan Lokasi
Daerah penelitian dipilih secara sengaja purposive yaitu pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan alasan yang diketahui dari daerah
penelitian tersebut Singarimbun, 1995 dan dalam penelitian ini adalah Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan di
Kabupaten Simalungun dengan pertimbangan Kabupaten Simalungun pada tahun 2010 berada pada peringkat kedua memberikan kontribusi sektor pertanian
sebesar 11,18 persen terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara dan kontribusi PDRB sektor pertanian Kabupaten Simalungun pada tahun 2006-2010 menduduki
peringkat pertama dari sembilan jenis lapangan usaha lainnya.
3.3 Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu:
1. Identifikasi komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing
kecamatan Kabupaten Simalungun.
Pengidentifikasian komoditi perkebunan yang menjadi basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun digunakan analisis
Location Quotient LQ Tarigan R, 2003. Secara matematis dirumuskan:
�� = ���
�� �
��� ��
� Keterangan:
LQ : Indeks Location Quotient komoditi perkebunan i pada tingkat kecamatan di Kabupaten Simalungun.
Kij : Produksi komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun. Kj
: Produksi total komoiti perkebunan di kecamatan j Kabupaten Simalungun. Kin : Produksi komoditi perkebunan i di Kabupaten Simalungun.
Kn : Produksi total komoditi perkebunan di Kabupaten Simalungun. Indikator:
a. LQ 1, artinya komoditi perkebunan tersebut termasuk komoditi basis.
Produksi komoditi perkebunan tersebut mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan dapat diekspor ke wilayah lain.
b. LQ = 1, artinya komoditi tersebut termasuk komoditi nonbasis. Produksi
komoditi perkebunan tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak dapat diekspor ke wilayah lain.
c. LQ 1, artinya komoditi perkebunan tersebut termasuk komoditi
nonbasis. Produksi komoditi perkebunan tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan kekurangannya dipenuhi dengan
mengimpor dari luar wilayah.
2. Analisis pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah
komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun.
Pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan
Kabupaten Simalungun dianalisis menggunakan Shift Share Analysis SSA. Dalam penelitian ini, analisis pertumbuhan komoditi perkebunan
basis difokuskan pada pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah.
Analisis Shift Share yang digunakan dalam penelitian ini secara matematis dirumuskan sebagai berikut: Lukas dan Primms dalam Mei
2010. Δ Kij = PPij + PPWij
Atau K’ij –
Kij = Δ Kij = Kij Ri – Ra + Kij ri – Ri PPij = Kij x Ri – Ra
PPWij = Kij x ri – Ri Ra = Y’... - Y
...
Y
...
Ri = Y’
I
- Y
i
Y ri = Y’
i ij
- Y
ij
Y Keterangan:
ij
Δ Kij : Perubahan produksi komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun.
Yij : Produksi komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun
pada tahun dasar analisis. Y’
ij
Yi : Produksi komoditi perkebunan i Kabupaten Simalungun pada tahun dasar
analisis. : Produksi komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun
pada akhir tahun analisis.
Y’I : Produksi komoditi sektor perkebunan I Kabupaten Simalungun pada akhir tahun analisis.
Y... : Produksi komoditi sektor perkebunan Kabupaten Simalungun pada tahun
dasar analisis. Y’... : Produksi komoditi sektor perkebunan Kabupaten Simalungun pada tahun
akhir analisis. Ri–Ra : Persentase perubahan produksi komoditi perkebunan i di kecamatan j
Kabupaten Simalungun yang disebabkan komponen pertumbuhan proporsional.
ri–Ri : Persentase perubahan produksi komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun yang disebabkan komponen pertumbuhan pangsa
wilayah. Indikator:
a. Apabila PPij positif, maka komoditi perkebunan i di kecamatan j
Kabupaten Simalungun pertumbuhannya cepat. b.
Apabila PPij negatif, maka komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun pertumbuhannya lambat.
c. Apabila PPWij positif, maka komoditi perkebunan i di kecamatan j
Kabupaten Simalungun mempunyai daya saing yang baik jika dibandingkan dengan komoditi perkebunan i wilayah kecamatan
lainnya atau dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut mempunyai keunggulan kompetitif untuk komoditi perkebunan i apabila
dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya. d.
Apabila PPWij negatif, maka komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun tidak dapat bersaing dengan baik jika
dibandingkan dengan komoditi perkebunan i wilayah kecamatan lainnya.
3. Penentuan prioritas pengembangan komoditi perkebunan basis di wilayah
masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun. Penentuan prioritas pengembangan komoditi perkebunan basis di
wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun dengan menggunakan gabungan analisis Location Quotient LQ, komponen
Pertumbuhan Proporsional PP dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW dengan kriteria Tabel 3 Wulandani, 2008.
Tabel 3. Kriteria Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditi Perkebunan di Kabupaten Simalungun
Prioritas Pengembangan LQ
PP PPW
Utama 1
Positif Positif
Kedua 1
1 Negatif
Positif Positif
Negatif Ketiga
1 Negatif
Negatif
3.4 Definisi dan Batasan Operasional