Saran Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S 3. Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D

Pematang Sidamanik, Girsang Sipangan Bolon, Tanah Jawa, Hatonduan, Panei, Silou Kahean, Raya Kahean, Bosar Maligas, Ujung Padang. Komoditi perkebunan basis yang paling banyak menjadi prioritas kedua adalah komoditi kopi, ada 16 kecamatan yaitu Kecamatan Silimahuta, Pematang Silimahuta, Purba, Haranggaol Harison, Dolok Pardamean, Sidamanik, Pematang Sidamanik, Girsang Sipangan Bolon, Dolok Panribuan, Jorlang Hataran, Panei, Panombeian Panei, Tapian Dolok, Dolok Batu Nanggar, Siantar, Gunung Malela. Kecamatan yang paling banyak mempunyai komoditi perkebunan basis prioritas kedua adalah Kecamatan Panei sebanyak delapan komoditi yaitu: karet, kopi, kelapa, cokelat, cengkeh, kulit manis, kemiri, aren dan pinang. Kecamatan yang tidak memiliki komoditi perkebunan basis yang dapat digolongkan dalam prioritas kedua untuk dikembangkan di kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Hatonduhan. Komoditi pertanian basis yang paling banyak menjadi prioritas ketiga adalah Kecamatan Dolok Pardamean, Tanah Jawa dan Dolok Silou sebanyak tiga komoditi yaitu kulit manis, kemiri dan aren. Kecamatan yang tidak memiliki komoditi perkebunan basis yang dapat digolongkan dalam prioritas ketiga untuk dikembangkan di kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Sidamanik, Pematang Sidamanik, Panei, Raya Kahean, Tapian Dolok, Dolok Batu Nanggar, Gunung Maligas, Pematang Bandar, Bandar , Huluan, Bandar, Bandar Masilam dan Bosar Maligas.

5.2 Saran

1. Sektor perkebunan memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian wilayah Kabupaten Simalungun perlu mendapatkan prioritas pengembangan, sehingga memberikan dampak yang tinggi bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan pekerjaan. Karena itu Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun dalam upaya meningkatkan pembangunan perkebunan lebih mengutamakan pengembangan komoditi yang menjadi prioritas utama, kedua dan ketiga di wilayah masing-masing kecamatan. Pinang merupakan komoditi perkebunan basis yang paling banyak menjadi prioritas utama, prioritas kedua yaitu kopi dan prioritas ketiga yaitu kulit manis, kemiri dan aren. 2. Penelitian ini masih terbatas, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai komoditi perkebunan basis yang menjadi prioritas pengembangan masing- masing kecamatan di Kabupaten Simalungun dengan menggunakan pendekatan lain seperti pendekatan Tipologi Klassen dimana dengan Tipologi Klassen dapat dilakukan suatu pemetaan terhadap kondisi komoditi perkebunan sehingga dapat diketahui karakteristik dari masing- masing komoditi perkebunan dan ditentukan rencana pengembangan komoditi perkebunan dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. 3. Penelitian ini belum menjelaskan tentang daya saing, perubahan kebijakan komoditi lain, pertumbuhan cepat, pertumbuhan lambat pada komoditi basis. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, R. 2008. Ekonomi Archipelago. Graha Ilmu. Yogyakarta. Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE UGM. Yogyakarta. BPS Kabupaten Simalungun. 2011. Statistik Perkebunan Kabupaten Simalungun. Provinsi Sumatera Utara. _______________________. 2012. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Simalungun. Dikutip dari http:simalungunkab.bps.go.iddatabrsfilebrs- per-ekonomi-2012.pdf. Tanggal akses [24 September 2014]. BPS Provinsi Sumatera Utara. 2006. Simalungun Dalam Angka 2012. Provinsi Sumatera Utara. . 2007. Simalungun Dalam Angka 2012. Provinsi Sumatera Utara. . 2008. Simalungun Dalam Angka 2012. Provinsi Sumatera Utara. . 2009. Simalungun Dalam Angka 2012. Provinsi Sumatera Utara. . 2010. Simalungun Dalam Angka 2012. Provinsi Sumatera Utara. _______________________. 2010. PDRB KabupatenKota Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara. . 2010. PDRB Kabupaten Simalungun. Provinsi Sumatera Utara. . 2011. Simalungun Dalam Angka 2012. Provinsi Sumatera Utara. . 2012. Indikator ekonomi Kabupaten Simalungun. BPS Provinsi Sumatera Utara. . 2012. Simalungun Dalam Angka 2012. Provinsi Sumatera Utara. . 2013. Simalungun Dalam Angka 2013. Provinsi Sumatera Utara. Budiharsono, S. 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Pradnya Paramita. Jakarta. Capello, Roberta. 2006. Regional Economics. Routledge. London and New York. Firdaus, H. 2007. Analisis Shift-Share. http:bappeda.kalbar.go.idfiles shift20share205.pdf. Diakses pada tanggal [20 Agustus 2014]. Hendayana, Rachmat. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient LQ Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Jurnal Informatika Pertanian. Vol. 12. Mei, Eko Sri. 2010. Analisis Komoditi Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Sukoharjo Sebelum dan Selama Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 9, No. 1 : 1-27 Nahattands, Lambeek V. 2014. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah. Undang Undang Republik Indonesia. Dikutip dari http:www.kpu.go.id dmdocumentsUU_32_2004_Pemerintahan20Daerah.pdf. Tanggal akses [24 September 2014]. Ropingi. 2002. Identifikasi Komponen Pertumbuhan Sektor Perekonomian Berdasarkan Data Tenaga Kerja di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Penduduk dan Pembangunan Volume 2 Nomor 1 Juni 2002 : 1-61. Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Penelitian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. Ropingi dan Agustono. 2007. Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditi Pertanian di Kabupaten Boyolali Pendekatan Shift-Share Analisis. Jurnal SEPA Volume 4 Nomor 1 September 2007 : 61-70. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Ropingi dan Dyah L. 2003. Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Pati Berdasar Analisis LQ dan Shift Share. Jurnal Penduduk dan Pembangunan Volume 3 Nomor 2 Desember 2003 : 57-70. Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Penelitian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. Saragih, Bungaran. 2001. Jurnal Agro Indonesia. Http:www.google.com Simatupang, P. 2004. Justifikasi dan Metode Penetapan Komoditas Strategis. Perhepi. Jakarta. Singarimbun, M. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Baduose Media. Cetakan Pertama. Padang. Sudaryanto, T., Yusdja, Y., Purwoto, A., Noekman K. M., Iswaryadi, A., dan Limbong W.H. Agribisnis Komoditas Hortikultura. 1993. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan, Problematika dan Pendekatan. Salemba Empat. Jakarta. Tambunan, T. T. H. 2001. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris. Ghalia Indonesia. Jakarta. Tarigan, Robinson. 2003. Ekonomi Regional. Bumi Aksara. Jakarta. Todaro, Michael P. 2000. Penerjemah : Drs. Haris Munandar . Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Ketujuh. Jilid satu. Erlangga : Jakarta. Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer Era Otonomi Daerah. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Wibowo, Unggul Dwi. 2008. Analisis Ekonomi Basis dan Komponen Pertumbuhan Sektor Pertanian di Kabupaten Pekalongan. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Wulandani. 2008. Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditi Pertanian di Kabupatn Kudus. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Lampiran 1. Produksi Tanaman Perkebunan Masing-masing Kecamatan Kabupaten Simalungun

1. Kecamatan Silimahuta

No. Komoditi Tahun Produksi Ton 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Karet - - - - - - - - 2 Kelapa Sawit - - - - - - - - 3 Kopi 811.79 1,022.97 385.16 446.47 591.12 631.74 697.78 738.75 4 Kelapa - - - - - - - - 5 Cokelat - - - - - - - - 6 Cengkeh 1.03 1.06 0.65 0.98 1.64 1.66 1.67 1.69 7 Kulit Manis 4.52 5.25 3.21 3.28 3.28 3.28 1.67 2.58 8 Kemiri 19.35 19.35 14.09 14.13 14.13 14.11 14.13 14.15 9 Lada - - - - - - - - 10 Aren - - - - - - - - 11 Pinang 3.16 3.16 1.06 1.09 1.09 1.07 1.09 1.11 12 Vanili - 0.56 - - - - - - 13 Tembakau - - - - - - 9.50 9.60 Jumlah 839.85 1,052.35 404.17 465.95 611.26 651.86 725.84 767.88 Sumber : BPS, Sumatera Utara 2006-2013