28
D. SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL STUDI PADA SISWA SMA YAYASAN
PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA KOTA MEDAN
Sikap siswa terhadap pembelajaran bermuatan multikultural, khususnya bagi siswa SMA di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda merupakan bentuk
evaluasi siswa SMA terhadap pembelajaran bermuatan multikultural di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda yang didasarkan pada persepsi, perasaan dan
kecenderungan untuk berperilaku. Dalam hal ini, pembelajaran bermuatan multikultural adalah pembelajaran yang diterapkan pada SMA YPSIM, yang
memuat nilai-nilai atau indikator multikultural pada yayasan tersebut. Adapun nilai dan indikator yang dipakai dalam pembelajaran multikultural di YPSIM
adalah sebagai berikut: : nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, nasionalisme, menghargai prestasi,
bersahabatkomunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggungjawab, kesetaraan gender, dan pluralisme.
Nilai religius yang hendak dicapai dalam hal ini adalah bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Nilai jujur yang dimaksud adalah upaya menjadikan siswa sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Nilai toleransi adalah sikap dan tindakan siswa yang mampu menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Universitas Sumatera Utara
29 Nilai disiplin mencakup perilaku tertib dan patuh pada berbagai
peraturan dan yang berlaku di sekolah dan di luar sekolah. Nilai kerja keras mencakup upaya siswa yang sungguh-sungguh dalaam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas. Nilai kreatif dan mandiri mencakup berpikir dan melakukan sesuatu dengan menggunakan cara yang baru dan inovatif serta tidak
mudah bergantung pada orang lain dalam pelaksanaan suatu tugas. Nilai demokratis ditunjukkan oleh cara berpikir, bersikap dan bertindak yang
memberikan kesempatan yang sama bagi dirinya dan orang lain dalam berekspresi, memberikan pendapat, menjalankan hak dan kewajiban tanpa
membeda-bedakan. Nilai rasa ingin tahu ditunjukkan oleh sikap dan tindakan yang selalu
berusaha mengetahui lebih mendalam dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, didengar. Nilai nasionalisme dilihat dari cara berpikir, sikap dan perbuatan yang
menunjukkan kepedulian dan penghargaan tinggi terhadap bahasa, lingkungan, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa. Nilai menghargai prestasi ditunjukkan
oleh sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi orang lain, serta mampu mengakui dan menghormati
keberhasilan orang lain. Nilai bersahabatkomunikatif ditunjukkan oleh rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain. Nilai cinta damai
dilihat dari sikap dan perbuatan siswa yang mampu menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Nilai gemar membaca
ditunjukkan oleh kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang bermanfaat. Nilai peduli lingkungan ditunjukkan oleh perilaku yang
Universitas Sumatera Utara
30 berupaya mencegah kerusakan alam dan upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi. Nilai peduli sosial dan kesejahteraan ditunjukkan oleh kerelaan memberi
bantuan pada setiap orang yang membutuhkan. Nilai tanggungjawab ditunjukkan dari sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang
harus dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan. Nilai kesetaraan gender mencakup sikap dan perilaku yang tidak membedakan
laki-laki dan perempuan dalam hak dan kewajiban dalam lingkungan keluarga, sekolah dam masyarakat. Nilai pluralisme ditunjukkan oleh sikap dan perilaku
yang mampu mengakui, memahami, dan menghargai berbagai perbedaan yang meliputi perbedaan suku, ras, agama, gender, status sosial, status ekonomi,
kondisi fisik, kemampuan akademis, bahasa. Nilai-nilai tersebut secara implisit telah tercakup dalam ke 5 standar
penting untuk meningkatkan pembelajaran untuk siswa multikultur yang telah diidentifikasi oleh The Center for Research on Education, Diversity, and
Excellence CREDE pada University of California, Berkeley, yakni: aktifitas
produktifitas bersama, perkembangan bahasa, kontekstualisasi, percakapan instruksional, dan aktifitas menantang. Dalam aktifitas produktifitas bersama,
guru dan siswa menghasilkan kerjasama yang memudahkan pembelajaran, khususnya ketika guru dan siswa berasal dari kelompok budaya berbeda. Dalam
perkembangan bahasa, guru menolong siswa untuk menghubungkan bahasa ibu dengan pelajaran yang diajarkan melalui kegiatan berbicara, menulis, membaca,
dan mendengar yang menolong siswa mengembangkan kemampuan literasi.
Universitas Sumatera Utara
31 Dalam kontekstualisasi guru menghubungkan pengajaran dan kurikulum
dengan kehidupan siswa, sehingga setiap pengajaran itu memberikan makna bagi siswa. Dalam aktifitas menantang, guru harus memberikan standar yang
menantang semua siswa, yang memicu siswa untuk semakin memahami suatu topik pembelajaran. Dalam percakapan instruksional, guru menggunakan dialog
antara guru dan siswa dengan suatu tujuan akademis yang jelas untuk mengeksplorasi topik dan konsep tertentu dibanding hanya sekadar ceramah di
depan siswa. Azwar 2013 menyatakan bahwa seseorang mempunyai sikap yang
positif terhadap suatu objek ketika kepercayaan, perasaan dan prilaku mereka menunjukkan bahwa mereka memihak atau favorability terhadap objek,
sebaliknya seseorang mempunyai sikap negatif terhadap objek ketika kepercayaan, perasaan dan perilaku mereka menunjukkan mereka tidak berpihak
atau unfavorability terhadap objek. Ada tiga komponen yang terkait dengan sikap, yaitu komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik. Komponen kognitif
merupakan bagian sikap siswa SMA yang muncul berdasarkan kognisi dan persepsi atau kepercayaan mereka terhadap pembelajaran bermuatan
multikultural. Secara umum, komponen kognitif menjawab pertanyaan mengenai apa
yang diyakini dan dipikirkan siswa SMA YPSIM terhadap pembelajaran bermuatan multikultural, yang di dalam hal ini diukur dengan 5 standar
pembelajaran muktikultural yang telah diidentifikasi oleh The Center for Research on Education, Diversity, and Excellence CREDE
pada University of California,
Universitas Sumatera Utara
32 Berkeley
, yakni: aktifitas produktifitas bersama, perkembangan bahasa, kontekstualisasi, percakapan instruksional, dan aktifitas menantang.
Dalam aktifitas produktif bersama, salah satu contoh aspek kognitif dari standar ini adalah murid setuju bahwa guru selalu menolong siswa ketika
menghadapi tugas yang rumit. Dalam perkembangan bahasa, salah satu contoh aspek kognitif dari standar ini adalah murid yakin bahwa guru dan teman-teman
tidak akan mengejek dialeknya ketika berbicara. Dalam kontekstualisasi, salah satu contoh aspek kognitif dari standar ini adalah murid setuju bahwa guru sering
mengaitkan topik pembelajaran dengan pengalaman nyata murid. Dalam percakapan instruksional, salah satu contoh aspek kognitif adalah guru meminta
murid untuk aktif berbicara menyampaikan pendapat. Contoh aspek kognitif dari aktifitas menantang yaitu guru tugas tambahan yang lebih rumit agar merangsang
kreatifitas murid. Komponen afektif merupakan bagian dari sikap siswa SMA YPSIM
yang muncul berdasarkan apa yang mereka rasakan terhadap pembelajaran bermuatan multikultural di sekolah. Secara umum komponen ini menimbulkan
evaluasi emosional seseorang terhadap objek sikapnya, yakni ke 5 standar pembelajaran muktikultural yang telah diidentifikasi oleh The Center for Research
on Education, Diversity, and Excellence CREDE pada University of California,
Berkeley , yakni: aktifitas produktifitas bersama, perkembangan bahasa,
kontekstualisasi, percakapan instruksional, dan aktifitas menantang. Salah satu contoh aspek afektif dari aktifitas produktifitas bersama adalah murid merasa
senang karena guru selalu menolong siswa ketika menghadapi tugas yang rumit.
Universitas Sumatera Utara
33 Contoh aspek afektif dari standar perkembangan bahasa adalah murid
merasa senang karena guru dan teman-teman menghargai bahasa ibunya. Contoh aspek afektif dari standar kontekstualisasi adalah murid merasa tertarik belajar
suatu topik ketika guru mengaitkan topik tersebut dengan pengalaman mereka sehari-hari. Contoh aspek afektif dari standar percakapan instruksional adalah
murid suka ketika guru meminta mereka menceritakan pengalaman terkait topik tertentu. Contoh aspek afektif dari standar aktifitas menantang misalnya, murid
merasa tertarik untuk menyelesaikan tugas tambahan yang diberikan guru. Komponen konatif atau perilaku merupakan kecenderungan berperilaku
sebagai reaksi terhadap objek sikap. Komponen ini menjawab pertanyaan bagaimana siswa SMA YPSIM bertindak dan berperilaku terhadap pembelajaran
bermuatan multikultural yang diterapkan di sekolah mereka, yang diukur dengan menggunakan 5 standar pembelajaran muktikultural yang telah diidentifikasi oleh
The Center for Research on Education, Diversity, and Excellence CREDE pada
University of California, Berkeley , yakni: aktifitas produktifitas bersama,
perkembangan bahasa, kontekstualisasi, percakapan instruksional, aktifitas menantang. Salah satu contoh aspek konatif dari aktifitas produktifitas bersama
adalah murid akan senantiasa meminta bantuan guru ketika menghadapi tugas yang rumit. Salah satu contoh aspek konatif dari perkembangan bahasa adalah
murid akan berbicara dengan leluasa di kelas tanpa takut diejek karena pengaruh dialekbahasa ibunya. Salah satu contoh aspek konatif dari kontekstualisasi adalah
murid antusias mengikuti pelajaran karena guru selalu mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman hidup murid sehari-hari. Contoh aspek konatif dari
Universitas Sumatera Utara
34 percakapan instruksional adalah murid tidak sungkan untuk menyampaikan
pendapat di dalam kelas. Contoh aspek konatif dari aktifitas menantang adalah murid akan mengerjakan tugas tambahan dengan sebaik-baiknya.
Sikap siswa terhadap pembelajaran bermuatan multikultural tentu beragam, yaitu sikap positif, sikap negatif, dan sikap netral. Sikap positif terhadap
pembelajaran bermuatan multikultural dapat terbentuk, mungkin disebabkan oleh faktor keluarga, misalnya karena orangtua terbiasa menanamkan pentingnya
toleransi terhadap orang lain sejak dini. Ketika orang tua atau orang-orang terdekat memiliki sikap yang positif maka orang tersebut juga memiliki
kecenderungan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut. Sikap positif dapat juga disebabkan karena faktor guru-guru di sekolah yang berhasil menanamkan
konteks multikultural ini dengan cara yang menyenangkan dan tidak memaksa. Dapat disimpulkan bahwa sikap positif yang diperlihatkan akan menggambarkan
kesesuaian persepsi, perasaan dan perilaku terhadap pembelajaran bermuatan multikultural.
Sikap negatif terhadap pembelajaran bermuatan multikultural menggambarkan ketidaksesuaian antara persepsi, perasaan dan perilaku siswa
SMA terhadap pembelajaran bermuatan multikultural. Siswa SMA YPSIM mungkin menilai pembelajaran bermuatan multikultural secara negatif sehingga
berdampak pada kecenderungan mereka berperilaku. Siswa SMA YPSIM yang bersikap netral menunjukkan ketidakkonsistenan dalam bersikap terhadap
pembelajaran bermuatan multikultural. Mereka cenderung menilai pembelajaran bermuatan multikultural secara positif dan negatif berdasarkan kelebihan dan
Universitas Sumatera Utara
35 kekurangannya. Sikap netral dapat berubah menjadi sikap yang positif maupun
negatif tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi sikap tersebut.
Universitas Sumatera Utara
36
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, dengan metode deskriptif. Menurut Azwar 2010, penelitian deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi dan mengenai bidang tertentu. Data yang dikumpulkan semata-mata
deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi. Penelitian ini berusaha untuk
menggambarkan bagaimana sikap siswa SMA Yayasan Sultan Iskandar Muda terhadap pembelajaran bermuatan multikultural.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sikap terhadap pembelajaran bermuatan multikultural.
B. DEFINISI OPERASIONAL
Sikap terhadap pembelajaran bermuatan multikultural merupakan bentuk evaluasi terhadap pembelajaran bermuatan multikultural yang didasarkan pada
persepsi, perasaan dan kecenderungan untuk berperilaku. Gambaran sikap siswa SMA Yayasan Sultan Iskandar Muda terhadap pembelajaran bermuatan
multikultural diukur dengan menggunakan skala sikap yang disusun berdasarkan ke 5 standar CREDE yakni aktifitas produktifitas bersama, perkembangan
Universitas Sumatera Utara