Multikulturalisme (Studi Etnografi Mengenai Strategi Pendidikan Multikultural di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan)

(1)

LAMPIRAN

FOTO LAPANGAN/DOKUMENTASI

Foto 1 : Phon Bisbul sebagai salah satu monument sekolah


(2)

Foto 3 : Mesjid sebagai sarana ibadah untuk warga sekolah yang beragama Islam


(3)

Foto 5 : Vihara sebagai sarana ibadah untuk warga sekolah yang beragama Buddha


(4)

Foto 6 : Pendopo sebagai tempat berlangsungnya perkumpulan warga sekolah dalam melakukan berbagai kegiatan

Foto 7 : Gedung Sekolah dan Aktivitas siswa SMA sedang olah raga futsal tanpa membedakan laki-laki dan perempuan


(5)

(6)

(7)

Daftar Pustaka Ahmad Gaus,dkk.

2010 Cerita Sukses Pendidikan Multikultural di Indonesia. Jakarta: Yayasan TIFA

Ata Ujan.

2011. “MULTIKULTURALISME: Belajar Hidup Bersama dalamPerbedaan” Jakarta: PT. Indeks

Buchori, Mochtar,

2007. Carakter building dan pendidikan kita. Blum, A Laurence.

2001. Antirasisme, Multikulturalisme dan Komunitas Antar

Ras:Tiga Nilai yang Bersifat Mendidik Bagi Sebuah Masyarakat Multikultural. Dalam Larry May, Dkk (ed) Etika Terapan Sebuah Pendekatan Multikultural. Yogyakarta: Tiara

wacana Banks, James A.dkk.

2010. Multikultural Education : Issue and Perspektives” US: Wiley

Burhanuddin.

2002. Tantangan pluralisme keagamaan dan sistem pendidikan

agama.Jakarta Selatan: Yayasan Sains Estetika dan Teknologi

DepartemenPendidikanNasional RI.

2006.UU SISDIKNAS No 23 tahun 2003. Jakarta : SinarGrafika Fay, Brian.


(8)

2002. Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer. Yogyakarta: Tadarus-Jendela

Freire, Paulo.

2004. Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan, dan

Pembebasan. Yogyakarta: Read (Research, Education, and

Dialogue) bekerjasama dengan Pustaka Belajar Fatwa, A. M.

2001Demokrasi teistis: upaya merangkai integrasi politik dan

agama di Indonesia. Jakarta: Gramedia

H.A.R. Tilaar & Riant Nugroho.

Kebijakan Pendidikan; pengantar untuk memahami kebijakan pendidikan dan kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gollnick & Chinn.

2013Multicultural education in a pluralistic society. United States: Pearson

Hasan, Nurdin.

2011. MULTIKULTURALISME : MENUJU PENDIDIKAN

BEBASIS MULTIKULTUR. Banda Aceh : Yayasan Anak

Bangsa Aceh

Imanan Manan.

1989. Antropologi Pendidikan. Jakarta :P2LPTK Koenjaraningra.


(9)

Mahfud, Choirul.

2009. Pendidikan Multikultural.Yogyakarta : Pustaka Belajar Piliang Yasraf Amir.

2003. Konsep Heteronomi Sebagai Strategi Kultu ral

Otonomi Daerah Perbandingan.Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya

Poestaka, No. 6 Tahun XIV Agustus 2003. Pujaastawa, IBG. Ed.

2006. Wacana Antropologi. Bali: Pustaka Larasa Spradley, James.

1997. Metode Etnografi. Diterjemahkan oleh Misbah Zulfa Elisabeth.Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Safuddin, Ahmad Fedyani.

2002. Pendidikan Multikultural: Kemungkinan dan

Batas-batas. Jakarta Selatan : Yayasan Sains Estetika dan

Teknologi Sutijono.

2010. Multicultural Education in Indonesia : An Alternative for National Education in Global Era” SOSIOHUMANIKA Suputra, Pande Made.

2006. Identitas Etnis dan Otonomi Daerah Dalam

Membangun Multikulturalisme


(10)

Tan, sofyan.

2004. Praksis pendidikan (lingkungan) untuk pembauran dan

advokasi Ekonomi Rakyat: jalan menujun masyarakat anti diskriminasi. Medan: Kippas

Tilaar, H.A.R

2004. Multikulturalisme:Tantangan-tantangan Global Masa

Depan dalam

Transformasi Pendidikan.Jakarta: Grasindo

Sumber Lain:

2014)

(Akses 19 September 2014)


(11)

BAB III

YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA

3.1. Sejarah Yayasan

Untuk mematahkan dan menghancurkan cara pandang stereotipik adalah alasan yang mendorong dr. Sofyan Tan untuk mendirikan Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM). Sekolah ini dikenal dengan nama “Sekolah Pembauran‟. Nama Sultan Iskandar Muda sengaja diambil karena merupakan Sultan Aceh pertama yang melakukan kontak dagang pertama dengan China.Dengan mengambil Sultan Iskandar Muda, diharapkan generasi muda yang belajar di sekolah ini dapat mengambil hikmah dan inspirasi untuk bersikap kosmopolitan. Sekolah ini awalnya berdiri di atas tanah seluas kurang lebih YPSIM didirikan pada tanggal 25 Agustus 1987 oleh dr Sofyan Tan dengan prinsip memberikan kesempatan kepada semua anak bangsa, tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, gender dan tingkat sosial dan ekonomi untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas.

Pendidikan berkualitas yang ditawarkan adalah pendidikan yang mengedepankan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap memprioritaskan pembelajaran budi pekerti dan pembentukan karakter anak yang berpedoman pada nilai-nilai saling menghargai, saling menghormati dan gotong royong di dalam bingkai keberagaman.Dr. Sofyan Tan adalah seorang pemuda Tionghoa yang berasal dari desa Sunggal di Medan.Lokasi sekolah ini terletak di atas pertapakan yang terselip di ujung sebuah gang yaitu Gang Bakul, Desa


(12)

Sunggal, Medan. Gedung Sekolah Sultan Iskandar Muda berdiri di atas tanah sawah yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi, dengan luas kurang lebih 1.500 m2. Tanah tersebut dibeli dari hasil penjualan perhiasan isterinya yang didapat dari hadiah pernikahan. Sekolah yang terletak di pinggiran kota Medan ini dibangun sebagai bentuk realisasi dari mimpi seorang Sofyan Tan. Jika Martin Luther King di Amerika Serikat bermimpi suatu saat warga kulit hitam bisa punya hak-hak yang setara dengan warga kulit putih lainnya, mimpi pendiri Yayasan Sultan Iskandar Muda kala itu adalah agar suatu saat anak-anak miskin bisa bersekolah di sekolah yang bermutu.

Banyak tanggapan dari orang-orang yang melihat bahwa Sofyan Tan tidak mungkin bisa mewujudkan mimpinya mendirikan sekolah. Tanggapan itu seperti pernyataan berikut: “Tapi, mana mungkin itu Sofyan? Kamu sendiri orang miskin,

sekolahmu pun dibangun pakai duit dari utang bank. Harus orang kaya yang bisa wujudkan mimpimu itu.”Begitulah tanggapan yang kerap mendenging

ditelinganya. Almarhum Raja Inal Siregar, Sarwono Kusumaatmaja, dan Letjen (Purn) TB Silalahi, termasuk diantara beberapa orang yang pesimis. (sumber

– tanggapan

pesimisme dari berbagai pihak tidak membuat Sofyan Tan putus asa. Gelar dokter yang didapatkan dengan susah payah tidak lagi digunakan untuk praktek sebagai seorang dokter medis. Demi mewujudkan mimpinya, Sofyan Tan banting setir untuk menjadi seorang ‘dokter sosial’.


(13)

untuk membuat akte pendirian Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda. Setelah akte notaris selesai, Sofyan Tan lalu mengontak beberapa teman dekatnya untuk meminta bantuan dan pinjaman. Sejumlah toko bangunan dinegosiasi.termasuk tukang bangunan. Setelah hampir setahun ia pontang-panting membangun gedung sekolah yang diimpikannya itu, pada April 1988, sebanyak 11 lokal (kelas) untuk kegiatan belajar dan administratif sekolah selesai dibangun.Waktu dioperasikan 1988/1989, jumlah siswanya hanya 171 orang yang berasal dari sekitar desa Sunggal. Umumnya mereka adalah siswa dari keluarga kurang mampu.Jumlah gurunya juga hanya 15 orang. Fasilitas sekolah masih sangat terbatas. Perpustakaan tidak ada, apalagi Laboratorium.

Hampir selama kurang lebih 10 tahun setelah bangunan awal selesai dibangun, sekolah sempat terbelit utang di sebuah bank swasta.Pada beberapa tahun pertama, Sofyan Tan bahkan tidak sanggup mencicil bunga, apalagi membayar angsuran kreditnya. Maklum, biaya pendidikan yang berasal dari siswa, sering tak mencukupi untuk membayar gaji guru dan menutup biaya operasional sekolah. Gaji guru bahkan sering molor sampai dua minggu.Hal ini dikarenakan banyak siswa yang macet pembayaran uang sekolahnya.Kondisi objektifnya beragam, ada yang di tengah jalan orangtuanya mendadak sakit permanen, gagal dalam usaha, putus kerja dll. Namun, Sofyan tidak pernah mengeluarkan siswa yang orangtuanya mendadak miskin itu. Untuk menaklukkan badai tersebut, Sofyan mendatangi sejumlah pengusaha dan pejabat negara yang dikenalnya, mencari dukungan agar sekolahnya yang menyekolahkan anak-anak miskin bisa bertahan.Ia juga membuat gerakan orangtua asuh untuk


(14)

mengetuk dermawan agar memberi santunan biaya sekolah untuk siswa miskin di sekolahnya.Beberapa NGO Internasional yang sejalan dengan visi dan misi sekolahnya diajak kerjasama seperti Caritas Switzerland, Pan Eco Foundation dsb. Mereka memberikan bantuan untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur dan fasilitas di YPSIM

Dua puluh lima tahun setelah sekolah ini pertama didirikan, mimpi Sofyan Tan sudah berhasil dilunasinya. Perguruan Sultan Iskandar Muda kini memiliki dua buah laboratorium komputer dengan perangkat komputer modern dan serba canggih. Ruang komputer dilengkapi fasilitas internet dan media audiovisual. Laboratorium Bahasanya memiliki 68 unit tape recorder dan headset untuk praktek bahasa Inggris, Jepang dan Mandarin . Laboratorium IPA (fisika, biologi dan kimia) juga dilengkapi alat-alat praktek canggih. Peresmiannya dilakukanYohanes Surya, pakar Fisika Indonesia, sekaligus Ketua Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).

Fasilitas lain adalah ruang musik lengkap dengan peralatan bandnya, kantin yang sejuk asri dilengkapi dengan fasilitas WIFI untuk mengakses internet bagi siswa, perpustakaan dengan jumlah koleksi buku lebih dari 10.000 buku dan majalah, radio komunitas dan bus antar jemput siswa. Gedung sekolahnya juga sudah berlantai 4. Maret 2013 ini, Yayasan Sultan Iskandar Muda juga akan meresmikan gedung TK yang berbentuk castle. Deretan ruangan yang sudah berumur 25 tahun juga mulai dibangun kembali. YPSIM juga saat ini diperkuat 126 tenaga pengajar lulusan D3, S1 dan S2 dan pegawai, sedangkan jumlah


(15)

siswanya berkisar 2.200 orang dimana 600 orang diantaranya adalah anak asuh yang bebas uang sekolah, anak yang diberikan subsidi silang, beserta penerima beasiswa.15

1. Menyelenggarakan pendidikan mulai dari tingkat play group, TK, SD, SMP, SMA/SMK berdasarkan kurikulum nasional yang berlaku dengan muatan khusus berbasis budaya, karakter, dan kewirausahaan;

3.2. Visi dan Misi YPSIM

Visi: Mendidik generasi muda Indonesia menjadi manusia yang religius, humanis dalam bingkai kesetaraan dan keberagaman

Misi:

2. Menyelenggarakan program anak asuh silang dan berantai, untuk memberdayakan generasi muda dari beragam suku yang secara ekonomi berkekurangan agar bisa melakukan mobilitas sosial;

3. Menyelenggarakan pendidikan ekstra kurikuler yang bertujuan untuk mempererat kerjasama, membangun kebersamaan, serta mengikis cara berpikir yang penuh muatan prasangka kesukuan dan kebencian rasial; 4. Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menjaga toleransi antar

umat beragama sesuai kepercayaan yang dianutnya.


(16)

3.3.Tenaga Pengajar dan Staf YPSIM

Tabel 2. Tenaga Pengajar dan Staf YPSIM

NO UNIT JUMLAH (ORANG)

1 Yayasan 10

2 TK 14

3 SD 35

4 SMP 21

5 SMA 27

6 SMK 14

7 PEGAWAI 31

8 JUMLAH 152

(Sumbe

Tenaga pengajar di YPSIM baik di tingkat TK, SD, SMP maupun SMA sering memiliki jabatan lebih dari satu, misalnya wakil kepala sekolah SD juga memiliki peran untuk mengajar mata pelajaran IPS di tingkat SD dan SMP, Ketua Tata Usaha memiliki peran untuk mengajar mata pelajaran TIK di tingkat SD, dll. Hal ini menurut informan karena banyak tenaga pengajar maupun pegawai memiliki kapasitas lebih dari satu bidang.Menurutnya, ini lebih baik dibandingkan harus terus menerus merekrtut pengajar, apalagi memilih staf pengajar yang bisa menerima keberagaman tidak mudah.Selain memiliki tenaga pengajar dan pegawai lainnya, YPSIM juga memiliki fasilitas-fasiltas yang mendukung sistem


(17)

belajar – mengajar di sekolah baik pada saat sekolah formal maupun nonformal (les, ekstrakurikuler). Fasilitas yang dimiliki YPSIM terdiri dari gedung sekolah, laboratorium fisika1, laboratorium fisika 2, laboratorium kimia, laboratorium bahasa jepang, klinik umum, klinik untuk siswa, laboratorium bahasa SD, studio music, laboratorium bahasa 1, laboratorium biologi SD, laboratorium computer, perpustakaan, vihara, masjid, gereja, laboratorium bahasa, pendopo, ruang kelas TK, taman bermain TK, kantin sekolah, dan fasilitas lainnya16.


(18)

3.4. Jumlah Siswa Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM)

Tabel 3.Jumlah Siswa SIM Tahun 1988-2002 dan 2013/2014

Tahun WNI Non

Tionghoa

% WNI

Tionghoa

% Total

1988/1989 84 46,15 98 53,85 182

1989/1990 122 37.65 202 62.35 324

1990/1991 206 43.37 269 56.63 475

1991/1992 275 43.44 358 56.56 633

1992/1993 319 43.34 417 56.66 736

1993/1994 361 44.99 428 55.01 789

1994/1995 435 49.54 443 50.45 878

1995/1996 563 54.66 467 45.33 1.030

1996/1997 715 57.11 537 42.89 1.252

1997/1998 901 62.31 545 37.69 1.446

1998/1999 821 61.82 507 38.18 1.328

1999/2000 907 63.60 519 36.40 1.426

2000/2001 961 67.25 468 32.75 1.429

2001/2002 969 67.71 462 32.28 1.431

2002/2003 1.058 69.42 465 30.21 1.524

2003/2004 1.064 67.68 508 32.32 1.572

2013/2014 1.846 76.66 562 23.33 2.408

Sumber: Sofyan Tan dalam Buku: Jalan Menuju Masyarakat Anti Diskriminasi

Pada tahun ajaran 1988, jumlah siswa siswi YPSIM berjumlah 171 orang, dengan komposisi 40% berasal dari Tionghoa dan 60% non 29 Tionghoa. Umumnya siswa siswi berasal dari daerah Medan Sunggal yang umumnya orangtuanya


(19)

membengkak menjadi 458 orang. Pada tahun ajaran 1994/1995 berjumlah 878 orang dan tahun 2002/2003 sudah menjadi 1.524 orang. Tabel di atas menggambarkan secara signifikan perkembangan jumlah siswa siswi SIM, termasuk komposisi etnis siswa-siswinya.

3.5. Gedung Sekolah YPSIM

Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) sering dikenal juga sebagai “Sekolah Pembauran”, terletak di Jalan T. Amir Hamzah Pekan I Sunggal Medan Sunggal, 20128, Telp.061- 8457702, e-mail: yanbun@yahoo.com. YPSIM menyelenggarakan pendidikan dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan SMK.Yayasan ini beroperasi sejak 25 Agustus 1987, sehingga sudah berumur 27 tahun pada tahun 2015.Gedung sekolah yang bagus dan berwarna, terutama gedung sekolah TK-nya.Kompleks sekolah terletak di Gang Bakul, Pekan I Medan Sunggal.Gedung TK/Playgroup menjulang tinggi dan megah, serta desain arsitekturnya yang mirip dengan Disneyland.Untuk menyelesaikan pembangunan gedung berlantai dua itu membutuhkan waktu sekitar dua tahun pengerjaannya.Setiap ruangan belajar dilengkapi seperangkat meja kursi yang terbuat dari bahan palstik dengan bentuk yang lucu dan warna-warni yang menyolok.Demikian juga dengan warna untuk bangunan sisi luar gedung, dengan warna ungu dan biru.

Setiap ruangan juga dihiasi dengan gambar atau lukisan sesuai tema ruangan kelas.Misalnya ruangan kelas bertema Galaxy, maka dinding ruangan


(20)

dan gerbang untuk masuk ke kompleks sekolah.Gedung tersebut baru selesai direhab sejak September 2012 dan lantainya terbuat dari keramik.“Tahun 2018 diproyeksikan seluruh gedung sekolah di sini berlantai empat bahkan bisa sampai lima lantai”. Rencana ke depan untuk melengkapi fasilitas di YPSIM telah dirancang sebuah gedung auditorium audio visual berkapasitas 400-500 orang. Menurut Sofyan Tan: “Jadi di gedung ini, siswa kelak bisa menonton pemutaran film-film umum yang mendidik, sekaligus memutar film-film yang mereka buat sendiri.” Juga akan dibangun sebuah gedung serba guna. Gedung ini nantinya akan multifungsi. Dapat digunakan untuk tempat latihan bulu tangkis, tennis meja, senam, dan ruang ujian siswa.Pemfungsian ruang serba guna untuk tempat ujian menurut Sofyan Tan juga sekaligus untuk mendorong siswa agar mempersiapkan diri sebaik mungkin saat hendak mengikuti ujian17

Keistimewaan ruang serba guna ini untuk ruang ujian, menurut Sofyan Tan yaitu: “Siswa yang ikut ujian akan dicampur dari berbagai tingkatan, sehingga seorang siswa SMA bisa saja sebelahnya, di depan, atau di belakangnya siswa SD atau SMP, atau SMK. Jadi tidak ada lagi peluang untuk bertindak curang.”Ia tidak menginginkan siswa di sekolahnya mendapat nilai ujian tinggi, tapi nilai itu diperoleh dari tindakan tidak terpuji seperti nyontek atau dibantu orang lain. Sofyan Tan menegaskan bahwa: “Kalau sejak remaja sudah dibiasakan untuk jujur, kalau sudah jadi pejabat atau pengusaha tidak akan menggunakan

.Menurutnya, siswa harus percaya pada kemampuan mereka sendiri.


(21)

cara yang yang jujur jugaSaya inginkan lahir profil lulusan yang seperti itu dari sekolah ini.”18

NO

.

3.6. Nilai, Deskripsi dan Indikator Pendidikan Multikultural di YPSIM

NILAI DESKRIPSI INDIKATOR

1 Religi ous Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

- Merayakan hari-hari besar keagamaan

- Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah bagi warga sekolah sesuai dengan agama yang dianutnya

- Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dipercayainya - Mengadakan wisata religi sesuai agama dan kepercayaan masing-masing

- Melaksanakan kegiatan keagamaan untuk meningkatkan keamanan yaitu pesantren kilat, retreat dan pemasangan pelita - Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, sesuai dengan agama yang dianutnya

- Mengajarkan cara beribadah setiap agama sesuai agama yang dianutnya

- Tidak boleh membeda-bedakan setiap agama - Mengadakan kebaktian setiap minggu

- Mengadakan pengajian bulanan - Menempelkan ayat-ayat suci agama


(22)

- Pembacaan doa yang dibacakan oleh guru agama Islam, Kristen, Buddha dan Hindu pada saat upacara serta acara sekolah lainnya

2 Jujur dan Disipli n Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan

- Menyediakan kotak saran dan pengaduan

- Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian

- Larangan mengganggu atau mengambil milik teman

- Menyerahkan hasil kerja siswa dilengkapi dengan penilaian dari guru untuk dicek siswa kembali.

- Menyediakan tempat pengumuman bagi barang temuan dan yang hilang

- Memiliki catatan kehadiran

- Memiliki peraturan dan tertib sekolah

- Menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing dengan baik dan bertanggung jawab

- Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar peraturan dan tata tertib sekolah


(23)

peraturan yang berlaku di sekolah dan

di luar sekolah

3 Tolera nsi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

- Mengucapkan selamat hari besar keagamaan kepada warga sekolah yang merayakan

- Membiasakan warga sekolah untuk saling bersilaturahmi pada perayaan hari besar dan acara lainnya

- Mendorong warga sekolah untuk saling membantu dan bekerjasama dalam semua pelaksanaan acara keagamaan yang dilakukan oleh sekolah

- Mengembangkan sikap saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh warga sekolah,baik dalam hal agama, suku, etnis, status ekonomi, social dan pendapat

- Memberikan perlakuan yang sama terhadap semua agama yang ada dengan melaksanakan doa semua agama pada upacara bendera dan upacara nasional

- Memberikan penghargaan dan kesempatan mendapatkan pendidikan yang sama pada seluruh warga kelas

- Membiasakan peserta didik untuk bekerjasama dalam kelompok yang berbeda


(24)

- Mengajarkan untuk saling berbagi

- Membiasakan peserta didik untuk saling member (dermawan) - Menghibur teman yang sedang kesedihan

- Membiasakan siswa dalam belajar agama dengan melihat perbedaan yang ada

- Membuat media pembelajaran dengan belajar dari pohon untuk menumbuhkan toleransi

- Mengajarkan pentingnya keberagaman dengan menggunakan ruma tawon sebagai media dalam pembelajaran

4 Demo

kratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang memberikan kesempatan dan penghargaan yang sama bagi dirinya dan orang lain untuk

berekspresi, memberikan

-Melibatkan warga sekolah dalam setiap pengambilan keputusan yangt berhubungan dengan kepentingan bersama di sekolah - Menciptakan suasana sekolah yang menerima dan menghargai perbedaan

- Pemilihan kepengurusan OSIS dan panitia pelaksanaan acara di sekolah secara terbuka, jujur dan adil

- Pemilihan warna bangunan sekolah secara demokratis

- Pemilihan guru teladan secara terbuka dengan melibatkan siswa’

- Memberikan kesempatan kepada warga sekolah, orang tua dan masyarakat untuk menyampaikan pendapat

- Menyediakan kotak saran untuk menampung aspirasi, kritik dan saran dari warga sekolah


(25)

pendapat serta menjalankan hak dan kewajiban tanpa membedakan suku, agama, ras, gender, status ekonomi, status social dan kemapuan khusus

tempat berdiskusi dan bermusyawarah

- Mengambil keputusan kelas secara bersama berdasarkan azas musyawarah dan mufakat

- Pemilihan anggota kepengurusan kelas secara terbuka jujur dan adil

- Melaksanakan kegiatan sekolah secara terbuka

- Memberikan kesempatan kepada warga kelas untuk menyampaikan pendapat, berdiskusi dan bermusyawarah perihal sistem pembelajaran yang sehat dan baik di kelas

- Melakukan kegiatan pendidikan memilih

5 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

- Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak dan media elektronik) untuk berekspresi

- Memfasilitasi warga sekolah untuk dapat bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya

- Mengadakan sebuah parade ataupun belajar dengan tema multikultur

- Memberikan informasi umum secara berkala dan rutin untuk menumbuhkan rasa ingin tahu melalui mading, radio sekolah, simpul siswa dan media komunikasi sekolah lainnya.


(26)

dipelajari, dilihat dan di dengar

- Eksplorasi lingkungan secara terprogram - Mengadakan studi wisata kepada peserta didik

6 Mengh argai Prestas i Sikap dan tindakan mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain

- Memberikan penghargaan bagi siswa yang berprestasi berupa pembebasan uang sekolah selama satu tahun, enam bulan dan tiga bulan sesuai prestasi yang dicapai

- Memberikan penghargaan bagi guru teladan berupa studi bandin keluar negeri

- Memberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan bagi guru yang memiliki dedikasi dan loyalitas terhadap pendidikan

- Memberikan penghargaan bagi bagi siswa/I yang masuk ke PTN setelah menamatkan sekolah dari SMA dan SMK

- Memberikan penghargaan kepada guru yang mengabdi 5, 10, 15, 20, dan seterusnya berupa tunjangan dana pension dan tunjangan materi lainnya

- Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dalam bidang kegiatan ekstrakurikuler

- Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi

- Memberikan dukungan baik secara materi maupun moral kepada siswa yang mengikuti kompetisi

- Menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mendorong pencapaian prestasi para warga sekolah yang optimal


(27)

didik untuk berprestasi

- Membuat dan menunjukkan hasil karya sendiri di depan kelas - Mengadakan pengumuman pada waktu upacara bendera tentang prestasi yang diperoleh siswa

- Memberikan beasiswa bagi putra/I tenaga pendidik dan kependidikan yang lulus PTN

7 Bersah abat, Komu nikatif dan cinta damai. Tindakan yang memperlihatk an rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain. Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran

- Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi yang harmonis antar siswa sekolah tanpa memandang perbedaan yang ada

- Berkomunikasi dengan bahasa nasional dengan santun - Saling menghargai dan menjaga kehormatan

- Pergaulan dengan cinta kasih, tidak membeda-bedakan dan rela berkorban

- Penyediaan sarana dan prasarana untuk dapat mengembangkan kemampuan berbahasa baik dalam bahasa Indonesia maupun asing

- Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi yang berkualitas antar peserta didik yang berbeda gender, agama, suku, ras, status social, status ekonomi dan kemampuan khas - Menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman, tentram, dan harmonis

- Membiasakan perilaku siswa yang anti kekerasan


(28)

dirinya penuh kasih sayang dan menghargai yang ada

- Mengembangkan pikiran dan perilaku yang anti diskriminasi dan prasangka

- Mengajarkan untuk saling dan mau bermain bersama baik lingkungan sekolah maupun rumah

8 Gemar Memb aca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai

bacaan yang memberikan manfaat bagi dirinya

- Mencanangkan program wajib baca - Mengadakan kegiatan resensi buku

-Mendorong semua warga sekolah untuk meningkatkan frekuensi kunjungan perpustakaan

- Memberikan daftar buku atau tulisan yang dapat mengembangkan minat dan kemampuan baca peserta didik

- Mendorong peserta didik untuk saling tukar bacaan

-Menciptakan suasana pembelajaran yang memotivasi peserta didik untuk menggunakan sistem referensi

- Mengajarkan anak bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri dengan urutan bahasa yang benar

- Membaca gambar yang memiliki kata atau kalimat sederhana - Membiasakan anak terjun langsung dalam penyelesaian tugas - Menyediakan fasilitas dan menciptakan suasana membaca yang menyenangkan bagi semua warga sekolah

- Menyediakan media baca yang beragam baik dalam bentuk media cetak ataupun elektronik.


(29)

Sosial dan Keseja hteraa n tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada warga sekolah dan masyarakat yang membutuhkan

- Melakukan aksi sosial bagi warga sekolah dan masyarakat yang memerlukan

- Menyusun suatu program dan mekanisme dimana warga sekolah dapat mengembangkan sifat empat dan peduli sosial dengan sukarela

- Memiliki program melakukan kunjungan ke rumah-rumah sosial

- Berempati kepada sesama teman kelas - Membangun kerukunan warga kelas

- Melatih dan mendidik peserta didik agar peduli terhadap sesama walaupun berbeda SARA

- Memberikan pendidikan gratis bagi siswa-siswi yang kurang mampu melalui program anak asuh

- Memberikan pengurangan uang sekolah bagi siswa yang kurang mampu

- Melakukan perlindungan asuransi jiwa dan kesehatan bagi tenaga pendidik dan kependidikan

- Memberikan paket bantuanpada acara hari besar agama 10 Keseta

raan Gende r Sikap dan perilaku seseorang untuk tidak membedakan

- Menumbuhkan pikiran dan perbuatan yang anti diskriminasi, prejudisial dan stereopikal terhadap gender tertentung

- Memberikan penghargaan dan perlindungan yang sama dan adil bagi semua warga sekolah, tanpa membeda-bedakan gendernya


(30)

antara laki-laki dab perempuan dalam hak-hak dan kewajiban dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

- Melakukan diskusi mengenai isu kesetaraan gender untuk meningkatkan pemahaman isu gender, serta memperluas perspektif dalam melihat isu tersebut

- Memberikan perlakuan yang sama tanpa membedakan gender dalam setiap kegiatan atau menduduki posisi yang ada di sekolah - Memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam mengeluarkan pendapat tanpa membedakan gender

- Memberikan kesempatan yang sama bagi peserta didik untuk menerima pendidikan yang berkualitas

- Menghindari sikap indoktrinasi yang mengagung-agungkan gender tertentu dan merendahkan gender tertentu

- Menciptakan suasana belajar yang menentang pengelompokan peran peserta didik yang bias gender

- Menggunakan materi dan metode pembelajaran yang tidak bersifat bias gender dan diskriminatif

- Tugas dan tanggung jawab piket bersama - Pembentukan kelompok diskusi secara bersama

- Memiliki kesempatan yang sama sebagai pengurus OSIS dan kegiatan ektrakurikuler

11 Plurali sme

Sikap dan tindakan yang mengakui, memahami

- Memberikan penghargaan yang sama kepada semua warga sekolah, orang tua dan masyarakat tanpa memandang perbedaan yang ada


(31)

dan

menghargai berbagai perbedaanyan g ada yang meliputi suku, ras, agama, gender, status sosial, status ekonomi, kondisi fisik, kemampuan akademis, bahasa.

orang tua, dan masyarakat tanpa memandang perbedaan yang ada

- Memfasilitasi diskusi tentang isu perbedaan dan ketidakadilan sosial yang terjadi dimasyarakat secara teratur, damai, kritis dan objektif/tidak bias

- Membiasakan perilaku warga sekolah untuk secara aktif ikut melawan segala bentuk kekerasan dan diskriminasi dengan cara yang damai dan tidak anarkis

- Buah pikiran dan perkataan serta sikap dan tindakan yang menunjukkan bahwa keberagaman adalah anugerah Tuhan

- Membiasakan warga kelas untuk menghargai perbedaan yang ada

- Memberikan penjelasan kepada warga kelas tentang ketidakadilan sosial yang terjadi dan dampak negatifnya terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia

- Memfasilitasi terjadinya diskusi kelompok mengenai isu perbedaan dan ketidakadilan sosial yang terjadi serta cara untuk mencegah terjadinya dampak negatif dari isu tersebut secara kritis, objektif, tidak bias, dan teratur

- Membaurkan tempat duduk siswa berdasarkan suku, agama, dan ras


(32)

- Memberi perlakuan yang sama terhadap siswa tanpa melihat perbedaan suku, agama, ras, jenis kelamin dan status sosial

- Menghindari sikap memaksakan suatu paha tertentu kepada orang lain

- Memberikan kesempatan yang sama bagi warga kelas untuk memberikan pendapat dan berekspresi dengan tertib dan damai tanpa memandang suku, agama, ras, status sosial-ekonomi, keterampilan khusus, umur dan laii-lain

3.7. Penerapan Nilai-Nilai Yang Terdapat Pada Pendidikan Multikultural di YPSIM

3.7.1. Nilai Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Seperti ungkapan informan P.Sidabutar (17) siswa kelas XI IPS :

“Di sekolah ini tidak membeda-bedakan agama yang satu dengan yanglain bisa saling berdampingan dan hidup rukun. Kemudian kami disediakan tempat ibadahnya seperti mesjid, gereja, vihara. Sebelum mulai belajar kami pun berdoa kak sesuai kepercayaan masing-masing dan dipimpi masing-masing pemeluk agama, misalnya islam di pimpin sama temen yang islam, terus yang kristen dipimpin oleh temen yang kristen dan yg lainnya kayak gitu kak”.


(33)

sesuai dengan agama yang dipercayainya dan menghargai pada setiap pemeluk agama masing-masing. Bukankah semua agama menolak kekerasan, mengajarkan kebaikan dan menekankan kasih antar sesama tanpa terkecuali.

3.7.2. Nilai Jujur dan Disiplin

jujur adalah tindakan atau perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Sedangkan disiplin sebagai tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan yang berlaku disekolah maupun di luar sekolah.Sekolah memiliki peraturan dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh seluruh warga sekolah dan juga menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing dengan baik dan bertanggung jawab. Seperti pernyataan Ayu (siswi perempuan 17 tahun) :

“ kami disini kak tidak dibenarkan mengambil barang yang bukan milik kami, dan kami kalau ulangan nilai kami langsung diberikan dikertas ulangan kami kak, sesuai dengan benar salah yang kami jawab. Trus kak kami disini harus ke sekolah tepat waktu kak, gak boleh terlambat dan pulang sekolahnya juga tepat waktu. Kalau kami disekolah udah ada jadwal piketnya kak jadi kami kebersihan kelas sesuai yang di tugaskan masing-masing. Kami juga punya daftar absen kak, jadi bisa tau kapan kami gak masuk misalnya alpa, sakit atau izin. Kemudian disini ada sistem bobot kak, kalau kita terlambat bobotnya 1, kalau tidak hadir bobotnya 10, kalau salah kostum/seragam sekolah bobotnya 8. Jadi kami di beri sanksi kalau bobotnya sudah sampai 100 dan akan di beri surat peringatan ke orang tua”.

Kejujuran dan disiplin memang sangat penting diterapkan sejak di dunia pendidikan agar terciptanya rasa kepercayaan baik di lingkungan sekolah ataupun di tengah-tengah masyarakat. Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan


(34)

sudah menerapkan nilai kejujuran dan disiplin dan akan memberikan pemberitahuan ke orang tua murid agar tranparansi antara pihak sekolah dan orang tua terlihat.

3.7.3. Nilai Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Toleransi juga dikatakan sebagai penerimaan dan kesetaraan, yaitu menganggap hak-hak setiap orang yang berbeda dengan kita sebagai setara.Misalnya mengucapakan selamat hari besar keagamaan kepada warga sekolah yang merayakan. Seperti ungkapan salah seorang siswa SMA kelas XII Akutansi, Asma (17) :

“Kami tidak membedakn kak teman yang satu sama yang lain, aku kan islam temanku kristen jadi aku akan mengucapkan selamat natal dan tahun baru begitu juga sebaliknya, juga dengan teman-teman yang lainnya. Semua teman ku sama ratakan kak gak ada ku beda-bedakan. Kita kan harus menghargai kak ke teman yang berbeda dengan kita, namanya kita sudah belajar keberagaman disekolah ini. Kami juga membantu teman-teman kami kalau perlu bantuan kak, misalnya di Gereja buat kegiatan kebaktian maka kami membantu dengan membersihkan Gereja atau tempat ibadah lainnya kayak gitu juga sebaliknya kak”.

Dari penjelasan pernyataan siswa di atas bahwa penerapan dalam pendidikan multikultural yaitu dengan membiasakan setiap warga sekolah untuk saling bersilaturrahmi dan membantu bekerja sama dalam semua pelaksanaan acara keagamaan yang dilakukan di sekolah. Mengembangkan sikap saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh warga sekolah. Juga memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah. Sikap menerima, menghargai perbedaan, serta menyikapi segala perbedaan itu dengan arif


(35)

dilakukan di sekolah ini. Keberagaman yang dimaknai dan dijunjung tinggi secara bijak bukan menimbulkan konflik, akan tetapi menimbulkan semangat persatuan dan toleran yang tinggi.

3.7.4. Nilai Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang memberikan kesempatan dan penghargaan yang sama bagi dirinya dan orang lain untuk berekspresi, memberikan pendapat serta menjalankan hak dan kewajiban tanpa membedakan suku, agama, ras, gender, status ekonomi, status social dan kemapuan khusus. Seperti ungkapan khairani (siswa perempuan 16 tahun)

“kami disini diberi kesempatan untuk bersuara kak, kami bersuara dengan cara adanya pemilihan ketua osis kak. Kemudian dengan adanya OSIS ini kami bisa menyampaikan pendapat kami mengenai kejanggalan di sekolah, misalnya keterlambatan guru untuk masuk ke ruangan kelas karena waktu belajar telah dimulai kak. Tapi kadang kak ada guru yang tidak terima karena dia memiliki alasan kak, misalnya karena ada sedikit rapat jadi kadang suara kami tidak di acuhkan tapi kami terus aja buat seperti itu gak masalah bagi kami”.

Menyampaikan pendapat juga diterapkan di sekolah ini melalui sebuah organisasi siswa (OSIS). Kadang kala pendapat tersebut dapat diterima pihak sekolah dan kadang kala tidak. Walaupun demikian penyampaian pendapat tetap di jalankan tanpa mereka merasa beban.

3.7.5. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Sekolah juga menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak dan media


(36)

elektronik) untuk berekspresi misalnya sarana membaca seperti ruang perpustakaan yang dingin dan nyaman. Hal ini di perjelas oleh salah satu siswa Fauzah (perempuan 16 tahun) :

“kami kak kalau tidak ada guru yang berhalangan masuk biasanya pergi ke perpustakaan untuk membaca. Kami juga kalau saat istirahat sering main ke perpustakaan untuk membaca tapi bukan untuk membaca aja ada juga teman kami main game dari hp nya untuk dipakai saat di perpustakaan kak. Masuk ke perpustakaan pun gk sembarangan kak, kalau kita lagi istirahat tidak dimarahin oleh penjaganya. Tetapi kalau tidak jam istirahat misalnya masih pada jam belajar tidak diijinkan masuk kak. Kami aja kalau saat kistirahat kemudian bel bunyi tidak langsung masuk kelas, penjaganya sudah cepat-cepat menyuruh kami masuk kelas dan di tegur”.

3.7.6. Nilai Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.Memberikan penghargaan bagi siswa yang berprestasi berupa pembebasan uang sekolah selama satu tahun, enam bulan dan tiga bulan sesuai prestasi yang dicapai.

3.7.7. Bersahabat, Komunikatif dan Cinta Damai

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasma dengan orang lain. Cinta damai sikap perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Di YPSIM, siswa selalu diajak untuk tidak menunjukkan sikap-sikap sombong,


(37)

angkuh dan memilih-milih teman. Hal ini diperjelas dengan ungkapan salah satu siswa SMA, Ari (17) dalam kutipan pernyataanya sebagai berikut:

“Kita di sini kak tidak ada yang sombong-sombong,

makanya kita nyaman terus ada di sekolah ini. Gak tampak mana yang kaya mana yang miskin, mana yang cantik mana yang jelek. Karena kita selalu berbaur dan ketika ada disekolah ini maka semua jadi seprti keluarga sendiri.Gak pernah membeda-bedakan.Memang ada sih satu dua orang yang milih-milih teman tapi lama-lama jadi berubah karena kita pun ga pernah mau menyalahkannya. Kalo di sekolah ini udah biasanya duduk sama yang beda agama, beda suku, beda warna kulit, beda status lainnya. Pokoknya kita selalu berusaha kak untuk menjadi yang terbaik untuk diri sendiri, teman-teman dan keluarga. Apa yang diajarkan di sekolah ini memang belum sepenuhnya sempurna tapi kita terus belajar untuk lebih sempurna lagi.”

Pemaparan siswa di atas sudah cukup menjelaskan nilai dan penerapan yang sesuai dengan pelaksaan YPSIM yang memakai sistem sekolah pembauran.

3.7.8.Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan manfaat bagi dirinya.Menyediakan fasilitas dan menciptakan suasana membaca yang menyenangkan bagi semua warga sekolah.Menyediakan media baca yang beragam baik dalam bentuk media cetak ataupun elektronik. Seperti ungkapan salah eorang pegawai perpustakaan Br.Ginting 27 tahun yang sudah lama berkerja selama lima tahun :

“setiap harinya siswa datang ke perpustakaan pasti ramai, kecuali saat-saat mau ujian sudah tidak begitu ramai karena mungkin mereka sibuk dengan belajar atau menghapal pelajaran mereka. Guru-guru juga suka


(38)

duduk-duduk diperpustakaan tetapi hanya untuk menceritakan pribadi masing-masing dan juga menumpang wifi. Bagi siswa yang datang keperpustakaan juga tidak sembarangan, karena kami akan menanyai satu persatu dari kelas berapa kemudian jadwal masuk sekolah pagi atau siang, karena kalau siswa yang masuk pagi pada saat jam pelajaran berlangsung dan tidak ada kepentingan di perpustakaan kita akan menanyai nama siswa dari kelas berapa kemudian kita akan melaporkan ke guru pada saat mengajar pada jam itu. Karena sudah lama saya bekerja disini jadi saya sudah hapal mana yang masuk pagi atau siang”.

3.7.9. Peduli Sosial dan Kesejahteraan

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada warga sekolah dan masyarakat yang membutuhkan. Memfasilitasi berjalannya kegiatan bersifat sosial dengan baik. Melakukan aksi sosial bagi warga sekolah dan masyarakat yang memerlukan. Menyusun suatu program dan mekanisme dimana warga sekolah dapat mengembangkan sifat empat dan peduli sosial dengan sukarela.Memiliki program melakukan kunjungan ke rumah-rumah sosial. Berempati kepada sesama teman kelas. Membangun kerukunan warga kelas. Melatih dan mendidik peserta didik agar peduli terhadap sesama walaupun berbeda SARA. Memberikan pendidikan gratis bagi siswa-siswi yang kurang mampu melalui program anak asuh. Memberikan pengurangan uang sekolah bagi siswa yang kurang mampu. Melakukan perlindungan asuransi jiwa dan kesehatan bagi tenaga pendidik dan kependidikan. Memberikan paket bantuanpada acara hari besar agama.


(39)

3.7.10. Nilai Kesetaraan Gender

Sikap dan perilaku seseorang untuk tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam hak-hak dan kewajiban baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan tidak berlakunya pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Seperti ungkapan CR (16) (Tidak ingin disebutkan namanya) Siswa kelas XI IPS :

“Kalau kami disini kak antara perempuan dengan laki-laki sama di perlakukan kak, misalnya di kelas tidak diharuskan laki-laki yang menjadi ketua kelas, perempuan juga boleh. Kakak lihat didepan aja kalau di TK satpam nya perempuan. Jadi kami pun menghargai perempuan kak dan perempuan pun menghargai kami sebagai laki-laki”.

Dengan penjelasan di atas sudah terlihat bahwa pengajaran mengenai gender sudah terlihat walaupun masih dalam sektor dasar. Pemulaian pembelajaran gender ini terbangun tanpa adanya paksaan. Seperti ungkapan salah seorang pengajar di bidang olah raga, ED(tidak ingin disebutkan namanya) (39) :

“kami tidak pernah membeda-bedakan siswa kami baik laki-laki dan perempuan, misalnya dalam olah raga futsal kami tidak mengharuskan laki-laki saja yang bermain, tetapi kami juga memberikan kesempatan bagi perempuan yang ingin bermain futsal, dan hal seperti ini sudah biasa kami ajarkan di sekolah ini bahwa kesetaraan itu penting”.

Adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di ranah publik adalah sesuatu yang mutlak dan tidak terbantahkan. Jenis kelamin jelas bukan kerangkeng dan batasan di sekolah ini. Perbedaan jenis kelamin bukanlah hal utama landasan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu penghapusan diskriminasi bagi perempuan mutlak dilakukan di berbagai sendi kehidupan


(40)

terutama di dunia pendidikan. Sehingga baik laki-laki maupun perempuan dapat berkompetisi secara adil.

3.7.11. Nilai Pluralisme

Sikap dan tindakan yang mengakui, memahami dan menghargai berbagai perbedaan yang meliputi suku, ras, agama, gender, status sosial, status ekonomi, kondisi fisik, kemampuan akademis dan bahasa. Di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan pada tingkat SMA misalnya nilai pluralisme yang tertanam adalah dengan pembentukan kelompok diskusi berdasarkan pembauran. Seperti ungkapan siswa Suhaibah (16) siswa kelas X :

“ kalau ada kerja elompok kami selalu campur-campur kak, misalnya gini dalam satu kelompok kami ada enam orang jadi disitu ada yang islam, kristen, hindu dan budha. Jadi kami tidak bisa haya satu kelompok islam semua atau kristen semua. Posisi tempat duduk kami pun dipecah-pecah kak, kalau perempuan tidak harus dengan perempuan juga satu tempat duduk tidak seagama gitu kak”.

Pembauran yang terjadi sesuai dengan penjelasan informan adalah salah satu bentuk penerapan dari pluralisme dimana kita mengakui adanya perbedaan.

Ungkapan lain juga disampaikan salah seorang staff pengajar RD (yang tidak ingin disebutkan namanya) (40) :

“kami juga memberikan kesempatan yang sama bagi warga kelas untuk memberikan pendapat dan berekspresi dengan tertib dan damai tanpa memandang suku, agama, ras, status sosial ekonomi dan lain-lain”.

Konsep kebebasan berpendapat memiliki kaitan yang sangat erat dengan kebebasan berekspresi dan kebebasan beragama. Oleh karena itu memiliki


(41)

pendapat merupakan kebebasan, jika tidak itu artinya kita melarang seseorang untuk berkta atau bertindak jujur.


(42)

BAB IV

STRATEGI PENERAPAN PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME DI YAYASAN PENDIDIKAN SULTAN ISKANDAR MUDA

4.1. Strategi YPSIM

4.1.1. Visi dan Kebijakan Sekolah

Visi sekolah merupakan elemen paling penting dalam menentukan suksesnya pendidikan dalam suatu sekolah. Visi sekolah merupakan kerangka dan tulang punggung dari semua aktivitas yang dilakukan di sekolah.Tujuannya adalah untuk menentukan arah dan tujuan dasar dari jalannya kegiatan belajar, mengajar dan interaksi dalam sebuah sekolah. Walaupun sejak awal berdiri, misi dari sekolah YPSIM beberapa kali berubah sesuai dengan perkembangan kebutuhan peserta didik, visi sekolah YPSIM masih sama, yakni "mendidik generasi muda Indonesia menjadi manusia yang cerdas, religius, humanis dalam bingkai kesetaraan dan keberagaman". Adapun misi yang dilakukan oleh YPSIM dalam mewujudkan visi yang telah dirumuskan sebagai berikut:

• Menyelenggarakan pendidikan mulai dari tingkat play group, TK, SD, SMP, SMA/SMK berdasarkan kurikulum nasional yang berlaku dmgan muatan khusus berbasis budaya, karakter, dan kewirausahaan

• Menyelenggarakan program anak asuh silang dan berantai, untuk memberdayakan generasi muda dari beragam suku yang secara ekunomi berkekurangan agar bisa melakukan mobilitas sosial


(43)

• Menyelenggarakan pendidikan ekstra kurikuler yang bertujuan untuk mempererat kerjasama, membangan kebersamaan, serta mengikis cara berpikir yang penuh muatan prasangka kesukuan dan kebencian rasial • Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menjaga toleransi antar

umat beragama sesuai kepercayaan yangdianutnya.

Untuk mencapai visi dan misi tersebut, beberapa kebijakan sekolah utama yang menjadi landasan absolut pelaksanaan pendidikan multikultural di YPSIM yang berlaku bagi semua warga sekolah, misalnya : tidak ada anak yang boleh dikeluarkan dari sekolah karena tidak sanggup membayar uang sekolah, guru yang menjelek-jelekkan agama manapun ataupun guru yang memaksakan suatu agama kepada para peserta didik akan dikeluarkan dari sekolah, murid yang melakukan diskriminasi, baik verbal maupun fisik terhadap temannya, gurunya atau warga sekolah lainnya akan dikenakan sanksi yang berat. Hal ini seperti penyataan Candra (17) salah satu siswa SMA YPSIM:

“kebijakan yang ada di sekolah ini dibuat untuk mendukung visi misi sekolah kak, dan selama aku sekolah disini belum pernah aku lihat saling ngejek-mengejek antara satu dengan yang lainnya. Kita disini dididik untuk bisa satu duduk sama dalam perbedaan, perbedaan apa pun itu, agama suku, warna kulit, status keluarga dll tidak menghalangi kita untuk tetap berteman baik. Kadang kan kalau kita lihat di sekolah yang lain ketika melihat yang berbeda misalnya orang yang kulitnya hitam atau mungkin cacat dikucilkan sama teman-temannya. Disini hal seperti itu gak ada kak, bahkan ketika ada orang yang sedang kesusahan, sedih, trauma kita selalu mendukung dan menyemangati supaya tetap kuat. Itulah yang membuat aku merasa nyaman di sekolah ini kak”.


(44)

“Kalo aku menilainya sih kak kebijakan di sekolah ini udah cocok dengan visi misinya.Dan semua kebijakan yang sudah disepakati berlaku untuk semua orang mulai dari yayasan, kepala sekolah, guru, siswa dan staf lainnya. Di sekolah ini kak gak ada yang iri-irian. Kalo misalnya ada siswa yang dapat beasiswa maka yang lain sangat senang dan menjadi motivasi bagi diri mereka yang belum mendapatkan beasiswa.”

4.1.2. Program Anak Asuh

Ada beragam cara yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah kemiskinan di Indonesia. Namun ide dan gerakan yang dilakukan dr. Sofyan Tan sejak 1990, sempat dianggap "gila" oleh Ir. Sarwono Kusumaatmadja, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara pada era Presiden Soeharto. Sofyan Tan punya keyakinan, kegiatan penyantunan sosial tidak cukup untuk menuntaskan akar masalah kemiskinan. Kegiatan penyantunan sosial perlu diiringi gerakan pemberdayaan yang lebih subtansial. Dalam istilahnya, masyarakat miskin tak cukup diberi “ikan”, mereka juga butuh “kail” agar memperoleh ikan sendiri. "Kail atau pancing" itu berupa bekal pendidikan berkualitas, yang akan meningkatkan kualitas SDM masyarakat miskin, sekaligus membuat posisi tawar mereka di bursa tenaga kerja kompetitif. Pendidikan yang berkualitas juga perlu dibarengi dengan upaya secara sadar untuk menanamkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan untuk menyadarkan realita pluralitas masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan misinya mengentaskan kemiskinan dan memberi bekal pendidikan yang berkualitas kepada anak-anak dari keluarga miskin, Sofyan Tan semenjak 1989 menggulirkan Program Anak Asuh Berantai


(45)

Lewat program ini, pihak sekolah aktif mencari calon siswa dari keluarga miskin, yang memiliki minat tinggi untuk bersekolah.Pihak sekolah juga mencarikan para dermawan yang bersedia menjadi orangtua asuh bagi calon anak asuh bersangkutan.Sistemnya dibuat silang.Suku orangtua asuh diharapkan berbeda dengan suku si anak asuh.Melalui strategi silang seperti itu, diharapkan terkikis pola pikir yang stereotipik.Misalnya anak asuh suku Jawa yang memiliki orangtua asuh suku Tionghoa, memperoleh pemahaman baru bahwa tidak semua orang Tionghoa itu pelit atau tidak memiliki jiwa sosial. Sebaliknya, anak asuh dari keluarga Tionghoa yang disayang oleh orangtua asuh orang Batak, tentu akan berubah persepsinya terhadap orang Batak ketika mengetahui kebaikan hati orangtua asuhnya. Sifat berantai terjadi ketika anak asuh yang sudah berhasil bekerja menjadi orangtua asuh bagi anak asuh lainnya. Seperti yang disampaikan oleh salah satu staf di YPSIM, AR (22 tahun) di bawah ini:

“Sistem pola anak asuh ini bukan hanya sekedar meringankan beban siswa yang kurang mampu secara ekonomi untuk bisa bersekolah, tapi juga bagaimana supaya orang-orang yang terlibat baik secara langsung ataupun orang lain yang memahami sistem ini mulai membuka pikirannya bahwa perbedaan tidak menghalangi kita untuk tetap berbuat baik dan saling tolong menolong. Selama ini kan banyak masyarakat berpikir bahwa lebih menolong orang harus berdasarkan agama, ras, suku dan persamaan-persamaan yang lainnya. Hal ini membuat masyarakat menjadi ekslusif dan tidak mau mengenal orang yang berbeda.Nah, melalui gagasan sistem anak asuh ini kita berharap tidak ada lagi pembedaan karena perbedaan.Orangtua asuh yang berbeda agama dengan anak asuh bukan berarti kita mengajak salah satu untuk pindah agama.Tidak bisa dipungkiri juga bahwa masih ada yang mikir seperti ini.Tapi biarlah orang-orang yang paham yang merasakannya.Kita juga berupaya supaya anak asuh yang sudah bekerja memberikan kontribusi


(46)

terhadap sekolah seperti misalnya mereka menjadi orangtua asuh.Tapi bukan berarti ini menjadi kewajiban bagi anak asuh yang sudah bekerja tadi.”

Namun semenjak tahun ajaran 2010, pihak yayasan mulai mengambil kebijakan untuk melakukan subsidi silang.Siswa dari keluarga yang berkecukupan diharapkan membayar penuh uang sekolah mereka untuk mensubsidi biaya sekolah anak asuh.Kebijakan ini ditempuh untuk mengantisipasi berkurangnya kepedulian dermawan untuk menjadi orangtua asuh para anak asuh. Pada dasarnya Program Anak Asuh Berantai dan Silang merupakan: pertama, gerakan penyantunan terhadap anak-anak sekolah yang mempunyai potensi kecerdasan, namun terkendala faktor kemiskinan ekonomi orang tua sehingga tidak bisa menempuh pendidikan di sekolah yang bermutu; kedua, gerakan pemberdayaan ekonomi agar para anak asuh mempunyai bekal pendidikan yang bisa dijadikan modal untuk bersaing di pasar tenaga kerja; ketiga, gerakan pembauran untuk mengurangi sekat-sekat psikologis dan mendekonstruksi cara pandang yang stereotipik untuk menciptakan integrasi sosial yang harmonis; keempat, gerakan untuk memelihara semangat solidaritas para anak asuh setelah mereka berhasil meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Dengan kata lain lewat PAABBS, diharapkan terjadi proses mobilitas vertikal secara ekonomi bagi anak asuh, di sisi lain terjadi pengikisan cara pandang yang stereotipikal.

Sejak PAABBS diluncurkan 1990 sampai 2011, sudah ada 2.039 anak asuh yang bersekolah gratis di Perguruan Sultan Iskandar Muda. Sebagian dari alumni anak asuh telah bekerja di sejumlah perusahaan di Kota Medan, khususnya perusahaan yang dimiiliki orangtua asuh, sebagian ada yang kembali ke YPSIM


(47)

dengan mengabdi menjadi guru, wakil kepala sekolah, bahkan ada yang pernah menjadi kepala sekolah.

Berikut tabel perkembangan jumlah anak asuh 1990-2012.19

Proses penjaringan calon anak asuh dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: 1. proses penjaringan calon anak asuh dilakukan setiap pertengahan Mei – Juni setiap tahun ajaran baru; 2. pendaftaran anak asuh dilakukan dengan mengisi dan mengembalikan formulir pendaftaran ke secretariat PAABS sesuai waktu yang ditentukan; 3. tim survey dari PAABS turun ke lapangan mendatangi rumah calon anak asuh untuk mengetahui kondisi ekonomi riil dari orang tua calon anak asuh serta melakukan pendokumentasian (pemotretan); 4. tes tertulis,


(48)

calon anak asuh diwajibkan mengikuti tes tertulis untuk mengetahui tingkat prestasi mereka; 5. tes wawacara dimana calon anak asuh mengikuti tes wawancara untuk mengetahui wawasan, minat dan bakat mereka. Tes wawancara dilakukan psikolog dari PAABS; 6. pengumuman penerimaan anak asuh dilakukan sebelum penerimaan calon siswa baru, dan anak asuh yang dinyatakan lulus harus menyiapkan foto copy ijazah, SKHU (Surat Keterangan Hasil Ujian), pas foto, materai,dan foto copy rapor untuk tingkat SD; 7. tim PAABBS menyiapkan Profil Anak Asuh berdasarkan hasil survey lapangan yang telah dilakukan sebelumnya, profil anak asuh dilengkapi foto kondisi rumah orangtua anak asuh dan hasil tes anak asuh; 8. profil anak asuh dikirim kepada calon para donatur (calon orang tua asuh). Calon orangtua asuh jika belum berkenan dengan profil anak asuh, dapat meminta ganti profil calon anak asuh lain kepada pengurus PAABBS; 9. Anak asuh yang tidak mendapatkan orang tua asuh akan dibiayai oleh pihak sekolah; 10. Penandatangan surat pernyataan dan Pengangkatan Anak Asuh dilakukan setelah anak asuh dinyatakan lulus seleksi.

Adapun hak sebagai anak asuh adalah mendapat pendidikan gratis (pembebasan uang sekolah sampai tamat) selama ia tergabung dalam PAABBS, mendapat pembebasan uang pendaftaran sekolah ketika masuk, mendapat pembebasan uang pembangunan sampai tamat, mendapat buku pelajaran 1 (satu) set jika disetujui diangkat oleh salah orangtua asuh (donatur). Sedangkan kewajiban sebagai anak asuh adalah belajar dengan sungguh-sungguh dan memberikan prestasi yang terbaik, menaati peraturan dan ketentuan yang dibuat pengurus PAABS, mengikuti pertemuan bulanan yang telah ditentukan


(49)

pengurus PAABS, mengirim kartu ucapan selamat ulang tahun dan perayaan hari besar agama kepada orang tua asuh sesuai agama yang dianut.

Prosedur menjadi orang tua asuh adalah tim PAABBS akan mengirim daftar calon anak asuh (profil) yang memuat data anak asuh serta data ekonomi orang tua berupa penghasilan per bulan, pengeluaran rata-rata per hari, status rumah yang mereka diami dan data lain yang menggambarkan kehidupan ekonomi keluarga anak asuh. Data-data tersebut juga disertai foto calon anak asuh. Calon orangtua asuh yang belum ada kecocokan dengan calon anak asuh, dapat meminta Tim PAABS untuk mengirimi data kriteria calon anak asuh lain yang dikehendaki. Menjadi orang tua asuh juga memiliki syarat- syarat seperti orang tua asuh dapat perorangan atau lembaga (swasta atau pemerintah), mengisi formulir kesediaan menjadi orangtua asuh, bersedia membiayai calon anak asuh yang sudah disetujui (diangkat) dengan mentransfer ke rekening YPSIM atau diambil langsung pengurus PAABBS. Hak orangtua asuh, memilih anak asuh sesuai yang dikhendaki berdasarkan hasil seleksi dan data profil yang ada, mendapatkan laporan (nilai) secara lisan dan tertulis, memutuskan/mencabut SK pengangkatan anak asuh jika dianggap tidak sesuai dengan keinginan, mengadakan pertemuan dengan anak asuhnya dengan berkoordinasi dengan pengurus PAABBS, menjaga kerahasiaan sebagai orangtua asuh dari anak asuh (jika diinginkan). Kewajiban orangtua asuh adalah mengirim biaya pendidikan anak asuh yang sudah disetujui ke rekening YP.SIM sesuai budget yang dilampirkan Pengurus PABBS dan disepakati oleh orangtua asuh.


(50)

Belajar di kelas tentang keberagaman tidak cukup untuk membentuk siswa-siswi yang beragam ini. Oleh karena itu, agar mendukung apa yang dipelajari, YPSIM mendirikan rumah-rumah ibadah dalam kawasan sekolah sehingga para siswa di sekolah dapat menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing. Selain itu, siswa dapat dengan langsung belajar tentang ilmu agama di rumah ibadah sesuai dengan agamanya itu.

Burhanuddin (2002) mengatakan bahwa dibandingkan ras dan etnis, daya rekat agama sebagai pembentuk identitas kelompok jauh lebih kuat dan tahan lama. Maka dari itu, pendidikan agama untuk meningkatkan keimanan kepada yang Maha Kuasa yang berlangsung di sekolah juga harus dibarengi dengan pendidikan keagamaan yang mengajarkan tentang pentingnya untuk dapat menerima dan menghargai perbedaan agama yang ada di Indonesia ini. Hal ini mengingat dalam mengajarkan agama ini, para guru sering terjebak pada strategi yang Burhanuddin sebut 'belah bambu', dimana guru agama dalam pengajarannya, baik sengaja maupun tidak sengaja, sering mengangkat dan mengagungkan agama yang dianutnya sambil merendahkan dan menjelekkan agama lainnya. Selama ini pendidikan agama juga terlihat hanya ditekankan pada proses transfer ilmu agama saja, bukan pada proses transformasi nilai-nilai keagamaan yang universal (Noer dalam Burhanuddin, 2002:148) dan nilai-nilai moralitas yang universal seperti cinta kasih, tenggang rasa, penghargaan terhadap segala bentuk perbedaan yang ada sikap-sikap untuk mengembangkan suatu keharmonisan antar semua manusia tanpa memandang ras, agama dan etnik.


(51)

Menyadari pentingnya agama dalam pembentukan identitas ini, guru-guru agama yang mengajar di YPSIM dipilih melalui proses ketat dan evaluasi akan kinerjanya juga dilakukan secara terus menerus. Guru yang ketahuan melakukan praktek 'belah bambu‟ dikeluarkan dari sekolah karena hal ini telah menyalahi budaya sekolahYPSIM yang menghargai segala bentuk perbedaan. Selain itu, guru-guru agama dalam pengajarannya juga tidak dibenarkan untuk mengajarkan aliran spesifik tertentu. Misalnya untuk agama Kristen, dipilih Oikumene, Islam dipilih non-sektarian dan Buddha non- sektarian. Kemudian di YPSIM, mesjid, gereja dan vihara yang telah dibangun (dan pura yang rencananya akan dibangun untuk siswa sekolah yang beragama Hindu) sengaja dibuat berdampingan dalam jarak kurang dari 30 meter untuk secara simbolis menggambarkan semboyan negara Indonesia 'Bhinneka Tunggal Ika', yang menjadi landasan pelaksanaan semua kegiatan pendidikan di YPSIM. Dengan rumah ibadah yang berdekatan ini, YPSIM menginginkan untuk membiasakan para anak didik melihat perbedaan dan mengajarkan kepada mereka bahwa perbedaan bukan berarti tidak dapat berteman dan hidup bersama. Dengan menyaksikan kebiasaan beragama pemeluk agama yang berbeda secara nyata, siswa sekolah dapat juga belajar mengenai kebiasaan toleransi dalam diri mereka. Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu guru yang mengajar di YPSIM, HS (37 tahun) dalam kutipan pernyataannya sebagai berikut:

“Kadang hanya belajar secara teoritis tidak cukup untuk menginternalisasikan tentang penghargaan atas keberagaman.Makanya harus ada hal-hal yang


(52)

ini bukan hanya sekedar untuk melakukan upacara-upacara keagamaan tertentu. Tapi juga bagaimana di tempat ibadah itu para siswa belajar untuk hidup rukun dengan orang yang berbeda agama dengannya. Kita juga sering melihat bahwa ada hal-hal yang berhasil dari pola ini. Misalnya, ketika siswa yang beragama Islam melihat Gereja kotor maka tanpa disuruh oleh guru dia pasti akan membersihkan Gereja tersebut, begitu juga sebaliknya. Kemudian mereka juga sering mengerjakan tugas-tugas sekolah di dalam rumah ibadah.Sistem ini juga menimbulkan rasa empati yang tinggi dalam diri siswa. Misalnya ketika ada siswa yang bersedih atau mempunyai masalah siswa yang lain akan turut membantu memberikan atau mencarikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.”

Dikelilingi oleh tiga rumah ibadah berdirilah sebuah pendopo yang berfungsi sebagai zona netral tempat berkumpul dan diskusi para siswa dan guru. Dipendopo ini juga para siswa/siswi dapat latihan drama, cheerleading, pidato dan ekskul lainnya dalam ruang terbuka tetapi tetap terlindung dari terik matahari dan hujan. Pertemuan, rapat guru dan seminar juga sering dilakukan di pendopo ini sebagai alun-alun penampung aspirasi dan pemupuk kebersamaan. Kegiatan-kegiatan yang mengasah rasa ingin tahu dan pandangan kritis ini pun dapat dengan baik difasilitasi oleh pendopo ini.

4.1.4. Hari Besar Keagamaan dan Malam BhinnekaTunggal lka

Pendidikan multikultural di Indonesia yang berlandaskan pada semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' seharusnya tidak hanya berpusat pada pembelajaran secara teoritis seperti yang disusun dalam kurikulum kita, terutama pada mata pelajaran yang dianggap memiliki relevansi tinggi seperti PKN, sejarah. Model mengajar dan belajar yang terbatas seperti ini dapat mengurangi daya serap siswa untuk dapat mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Untuk meningkatkan


(53)

perayaanhari-hari besar agama dari berbagai agama yang dirayakan dalam suasana yang sederhana, sakral dan penuh keakraban. Di YPSIM, panitia yang terbentuk untuk mempersiapkan acara perayaan ini pada umumnya terdiri dari siswa/siswi YPSIM dengan diawasi oleh para guru dan kepala sekolah, dari latar belakang agama, etnis, ras, gender dan status sosial. Keikutsertaan dari berbagai kalangan dengan latar belakang ekonomi dan sosial yang berbeda ini krusial karena ini bagian dari pembelajaran mengenai teamwork, kepemimpinan dan rasa saling menghargai perbedaan yang ada di kehidupan sehari-hari, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

Selain perayaan hari besar agama, YPSIM juga mengadakan malam 'Bhinneka Tunggal Ika’ yang diadakan setiap tahun. Seluruh peserta didik Sekolah YPSIM diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk saling menyajikan keberagaman yang ada. Berbagai pentas budaya disajikan. Ada pertunjukkan barongsai, ada tarian India, ada dendang pantun Melayu, ada gondang Batak dsb. Berbagai jenis masakan yang menjadi kekhasan masing-masing suku juga meramaikan acara perayaan. Peserta didik yang berasal dari suku India misalnya menyajikan martabak kari, yang Jawa menyajikan pecel atau urab, sedangkan yang Tionghoa menyajikan cap cay. Seperti pernyataan salah satu informan Suhaibah (17 tahun/ pengurus osis SMA YPSIM) berikut ini:

“Perayaan hari-hari besar dilakukan untuk meningkatkan nilai-nilai keberagaman terhadap siswa.Sangat jarang misalnya perayaan-perayaan seperti ini kami dapatkan di luar sekolah.Kalau diluar ya kita hanya menghadiri perayaan agama kita aja. Misalnya, aku Islam maka aku akan datang pas perayaan hari besar agamaku aja seperti pada hari raya. Tapi kalo di sekolah ini kita ada ruang


(54)

perayaan hari besar dari banyak agama. Perayaan hari besar ini juga dipersiapkan oleh siswa di sekolah ini tanpa memandang agamanya apa. Misalnya pada saat perayaan paskah, siswa yang Islam, Buddha dan yang lainnya ikut serta sebagai panitia perayaan, pada saat perayaan hari raya agama Islam, siswa dari agama lain juga ikut berpartisipasi dalam perayaan tersebut. Dari semua perayaan hari besar agama, maka sekali setahun dibuatlah malam Bhineka Tunggal Ika yaitu gabungan dari semua agama-agama dalam satu perayaan.”

Melalui acara lintas budaya tersebut, subjek didik disuguhi tentang berbagai kekayaan budaya. Walau tidak teragenda secara ketat, YPSIM juga kerap membuat kegiatan ceramah. Narasumber yang diundang bisa berasal dari kalangan pengusaha, birokrat, dosen, wartawan dan sebagainya. Kriterianya, mereka adalah profil yang memiliki kepedulian terhadap suksesnya multikulturalisme di tanah air. Tapi yang lebih sering dihadirkan biasanya adalah figur-figur sukses yang meniti karier dan usahanya dari bawah. Artinya figur tersebut berasal dari keluarga miskin, namun berkat keuletan dan kerja keras, mereka kemudian bisa sukses. Dengan mendengar penuturan langsung figur yang sukses, diharapkan subjek didik (khususnya anak asuh) termotivasi untuk meniru kesuksesan tersebut.

Strategi lain yang dilakukan adalah membuat berbagai kegiatan yang berorientasi kelompok. Misalnya kompetisi bola basket, bola volley, pentas drama, vokal group, cheer leaders, pramuka, camping (kemah) dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan kelompok ini bisa efektif karena mengajarkan kepada peserta didik bahwa untuk menjadi tim yang kuat, atau bisa tampil secara padu, subjek didik harus bekerjasama. Kekompakan , kerja tim dan kolaborasi tercipta bukan


(55)

4.1.5. Kegiatan Sebelum dan Proses Belajar Dalam Kelas • Berdoa Sebelum Kegiatan Belajar

Mulai dari tingkat TK sampai dengan SMA dan SMK, alangkah baiknya ditanamkan kebiasaan untuk berdoa bersama sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar dimulai di dalam kelas. Acara doa bersama ini sering terlupakan dan dipandang sebelah mata, padahal kegiatan seperti ini bisa menumbuhkan rasa keimanan dan ketaqwaan anak-anak kepada Tuhan Yang Maha Esa. Doa yang dilakukan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing anak dan guru ini jika dilakukan secara terus menerus juga dapat meningkatkan rasa toleransi beragama dalam diri anak. Sehingga diharapkan anak-anak bisa terbiasa untuk hidup dengan identitas agamanya dalam masyarakat Indonesia yang plural ini tanpa merasa canggung. Seperti ungkapan salah satu siswa SMA Ayu (17) di bawah ini:

“Setiap masuk kelas kita pasti berdoa terlebih dahulu secara bersama-sama sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing. Setiap berdoa ada siswa yang mewakili dari masing-masing agama yang ada untuk memimpin doa tersebut. Ini selalu kita lakukan setiap hari karena ini juga bisa membuat kita saling kompak dan menghargai.Kita terus belajar bahwa tujuan beribadah dan berdoa itu adalah satu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kalau kita tidak berdoa sebelum belajar ntah karena lupa atau ada hal yang lain maka kita akan ditegur oleh pihak kepala sekolah dan yayasan. Itu pernah terjadi waktu kelas 2 semester 1, kita tidak memulai pelajaran dengan doa dan kita ditegur oleh kepala sekolah dan gurunya dipanggil keruangan kepsek. Tapi bukan berarti memang ini jadi paksaan tapi ini sebuah kewajiban yang dengan bangga kami melakukannya.”


(56)

tersebut terus terjaga. Agama salah satu hal yang sering memunculkan konflik dalam negeri ini, pembunuhan, penyerangan, diskriminasi, intimidasi dan bentuk kekerasan lainnya sangat sering terjadi.Hingga tak jarang manusia banyak menjadi korban yang sangat tertindas hanya karena agama yang dianutnya.Contohnya, kasus Ahmadiyah yang dianggap sesat selalu mendapatkan kekerasan dari pihak agama keras lainnya. Oleh karena itu, sebagai calon generasi muda yang akan memimpin dan melanjutkan perjuangan-perjuangan keadilan siswa-siswa memang sasaran paling efektif untuk dididik agar tetap saling menghargai perbedaan tersebut. Berdoa sebelum belajar salah satu strategi yang sangat efektif di YPSIM untuk menumbuhkan nilai-nilai yang saling menghargai dan saling mengasihi diantara orang-orang yang berbeda.

• Apersepsi

Apersepsi merupakan salah satu teknik untuk menyegarkan kembali serta menguatkan daya pikir siswa dengan melakukan tanya jawab tentang materi yang berhubungan dengan bahan ajar yang akan diajar. Dalam proses sesi tanya jawab ini, guru yang mengajar bisa melihat nilai-nilai multikultural yang tertanam pada diri siswa melalui sikap disiplin yang secara bergantian dan teratur menanggapi materi pelajaran secara lisan, kreatif dan mandiri dengan jawaban-jawaban siswa yang variatif, demokratis dan saling menghargai jawaban dan tanggapan teman nya yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru yang mengajar di YPSIM ini, Esa (44) sebagai berikut:


(57)

tentang pelajaran sedangkan siswa adalah gelas kosong yang perlu diisi. Kalau konsep ini yang kita pahami maka siswa tidak akan mengalami kemajuan dalam proses belajarnya malah akan membuat mereka bosan dan malas belajar. Siswa akan jenuh jika seorang guru hanya menerangkan, menyuruh siswa mencatat, memberikan PR dan tugas lainnya. Dengan konsep ini juga akan mengakibatkan siswa lebih pasif dan kurang komunikatif. Makanya sejak sekarang kita sudah harus melatih siswa untuk berbicara, berpikir kritis dan menganalisa. Untuk menciptakan siswa yang seperti itu salah satu caranya adalah dengan memberikan siswa kesempatan untuk bertanya dan menjawab. Dengan demikian akan nampak mana siswa yang aktif mana yang tidak dan kita pun tau bagaimana mengajak yang tidak aktif menjadi aktif. Inilah yang diterapkan disekolah ini.Dan lagi pula dari sesi-sesi seperti ini kita bisa melihat nilai-nilai yang ada dalam diri siswa seperti nilai kedisiplinan, kejujuran dll.

Apersepsi memang sudah seharusnya menjadi suatu keharusan dalam suatu sekolah.Hal ini sangat membantu perkembangan sisiwa baik dalam bidang akademik maupun bidang lainnya. Karena sekolah tujuaannya tidak lagi hanya sebatas untuk mendapat izasah agar bisa mencari pekerjaan atau melanjut kejenjang yang lebih tinggi melainkan sekolah untuk menciptakan generasi muda yang akan membawa perubahan.

• Motivasi

Motivasi atau minat belajar merupakan hasrat untuk belajar yang datang dari dalam seeorang individu. Mulai Tingkat SD, SMP, SMA, SMK guru yang mengajar di dalam kelas tidak hanya sekedar memberikan materi pelajaran atau tugas-tugas sekolah akan tetapi seorang guru juga turut memberikan pujian dan semangat kepada siswa. Tidak hanya siswa yang dianggap pintar atau bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru tapi pemberian motivasi


(58)

juga merupakan salah satu bentuk penerapan nilai-nilai multikulturalisme dimana guru tidak membeda-bedakan siswa dalam dan luar kelas. Hal yang sama juga dikatakan salah satu guru ED (39) dengan pernyataannya sebagai berikut:

“Kalau belajar secara monoton saja tanpa ada dorongan dari pihak lain mustahil siswa-siswi ini senang dengan proses belajarnya. Siswa-siswa di sini juga bukan berarti orang-orang yang hebat, rajin atau pintar semua. Ada juga nya yang malas, lemah dalam bidang pelajaran dan kurang semangatt dalam belajar. Macamlah pokoknya sifat-sifat yang dimiliki siswa ini.Apalagi siswa SMA pas masa-masa puberitas pasti inginnya jalan-jalan, kumpul teman-temannya, menggosip dan lain sebagainya.Di sinilah peran seorang guru sebagai pendidik sangat diperlukan. Jika siswa lalai lantas gurunya juga tidak memperhatikan maka akan membuat siswa jadi tidak terkontrol. Apalagi zaman sekarang anak-anak berangkat dari rumah untuk sekolah tapi tidak sampai ke sekolah malah main game atau apalah.Kita juga tidak bisa menyalahkan siswa sepenuhnya karena kita menyadari bahwa pasti ada masa-masa siswa ingin bersenang-senang dan malas sekolah. Makanya sebagai guru kita harus memahami siswa, kita tidak pernah memarahi siswa yang berbuat salah tapi kita kasih pengarahan dan motivasi agar siswa tersebut kembali melakukan aktifitasnya sebagai murid di sekolah ini.”

Siswalain di sekolah ini juga mengatakan sebagai berikut:

“Ketika ada siswa yang bersalah kita tidak dihukum, tapi kita dirahkan, disemangati dan diberikan ruang untuk memperbaiki kesalahan. Dalam hal yang lain juga demikian, kita tidak pernah disalahkan ketika hasil ujian kita misalnya jelek, tapi sebaliknya gurunya menanyakan mengapa seperti itu, apa yang kurag dipahami dll. Kita ga pernah di cap sebagai siswa yang bodoh meskipun ada penilaian dari hasil jawaban di kertas ujian. Kita juga ga pernah dibeda-bedain, misalnya karena gurunya Islam lantas lebih memihak kepada murid yang Islam,itu tidak ada. Semua diberlakukan adil dan sama.”


(59)

• Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi guru memberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru kemudian mendiskusikan materi bersama siswa. Setelah melakukan diskusi guru memberikan kesempatan pada peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan suatu materi. Hal ini diperjelas dengan pernyataan salah satu siswa SMA, Ayu (17) sebagai berikut:

“Dalam proses belajar kami tidak hanya sekedar mendengarkan penjelasan dari .Kami lebih banyak berdiskusi baik dalam kelompok maupun antar siswa.Dalam diskusi kami lebih bisa memahami isi pelajaran dari pada harus mendengarkan penjelasan dari guru. Kalo dikusi kan kami bebas mengeluarkan apa yang kami tau dan saling meluruskan. Biasanya selah berdiskusi kami akan menyampaikan yang kami pahami didepan teman-teman lainnya. Jadi kita tidak hanya paham tapi sambil belajar berbicara dan menjelaskan suatu materi. Dan ini tidak mudah, banyak teman-teman yang belum bisa ngomong di depan makanya harus saling membantu dan mendorong, dan yang paling penting ga bisa saling mengejek atau menjatuhkan. Setelah kita menyampaikan hasil diskusi kita gurunya akan menjelaskan kembali materinya dengan mengulas kembali apa yang kita diskusikan. Jadi enak gitu belajarnya gak cuman guru yang aktif tapi siswanya juga.Jadi jam-jam belajar pun ga membosankan.”

Cara ini memang biasanya dilakukan ditingkat perkuliahan atau mahasiswa. Akan tetapi YPSIM khususnya ditingkat SMA sudah memulai cara pembelajaran seperti ini. Dan menurut penuturan para informan ini sangat efektif dilakukan untuk melatih siswa-siswa khususnya berbicara dan menjalin kekompakan diantara mereka.Kekompakan juga salah satu sifat yang harus dimiliki untuk menciptakan keharmonisan dalam perbedaan. Ini juga untuk salah satu cara untuk membentuk generasi muda yang peduli terhadap pentingnya pendidikan berbasis


(60)

• Pembauran Tempat Duduk

Salah satu cara efektif yang dapat dilakukan di dalam kelas untuk menjembatani interaksi antar siswa dengan latar belakang budaya yang berbeda adalah melalui pengaturan tempat duduk, dimana murid yang sebangku berasal dari agama, etnis dan status sosial yang berbeda. Proses penjembatanan ini menjadi penting karena disinilah kesempatan untuk berinteraksi dan bertukar budaya antara para siswa dengan agama, etnis, gender, ras dan status sosial yang berbeda tercipta. Guru dalam hal ini memegang kunci untuk membuka pintu gerbang komunikasi. Bagaikan arti dari ungkapan tak kenal maka tak sayang, pembangunan hubungan yang multikultur perlu melibatkan strategi mediasi untuk memulai sebuah intcraksi yang bermutu. Perlu ditekankan bahwa strategi seperti ini hanya bisa meningkatkan intensitas pertemuan siswa-siswa tersebut. Selanjutnya, harus ada upaya yang sadar untuk memupuk dan mengembangkan kualitas dari hubungan ini agar keharmonisan yang sesungguhnya dapat terjalin dengan baik. Seperti yang diungkapkan salah satu siswa SMA, C.R (17) sebagai berikut:

“Di dalam kelas pun kita dibaurkan dan dipisah-pisahkan antara siswa-siswa yang berbeda. Misalnya yang Budha satu meja dengan yang Islam atau sebaliknya, yang Batak satu meja dengan Tionghoa, dan pembauran lainnya. Tujuan pembauran tempat duduk ini untuk meningkatkan komunikasi antar siswa yang berbeda sehingga lebih saling mengenal. Kalo kita udah kenal kan pasti lebih enak dan akan seru kalo persahabatan diantara perbedaan bisa harmonis. Kalo aku misalnya beragama Islam dilingkunganku pun Islam semua jadi bosanlah kalo


(61)

Makanya aku misalnya lebih suka berbaur dengan teman-teman dari agama atau etnis lain. Dan kupikir siswa lain pun gitu."

4.1.6. Aktivitas Peserta Didik

Selain kegiatan formal di dalam kelas, kegiatan siswa, mulai dari kegiatan intra-kurikuler dan ekstra-kurikuler juga harus direncanakan sedemikian rupa sehingga ajaran toleransi dan nilai-nilai terkait lainnya dapat juga dikembangkan dengan baik di luar kegiatan formal.]

a. Klub olahraga, seni, musik, sains dan bahasa

Setiap sekolah pada umumnya memiliki kbub atau kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) untuk menyalurkan minat dan bakat dari para siswa di sekolah. Klub ekskul ini berfungsi sebagai tempat untuk menggali bakat dan kemampuan afektif para siswa baik dalam bidang olahraga (basket, atletik, bulu tangkis, futsal), seni dan musik (cheerleading, band, tari, vokal). Selain dapat merangsang dan menyeimbangkan perkembangan otak kanan dengan otak kiri pada anak, kegiatan ekskul ini juga dapat dijadikan sebagai wadah pengembangan soft skills (keahlian lunak) seperti kerjasama tim (teamwork), keuletan, pantang menyerah, empati dan solidaritas.

Ada juga klub yang dibentuk untuk merespons kebutuhan akademis dan mengembangkan potensi diri siswa yang mempunyai tingkat intelegensia dan keingintahuan yang tinggi, seperi klub olimpiade sains (fisika, kimia, matematika, biologi), komputer, ekonomi, akuntansi maupun bahasa asing (Inggris, Jepang, Mandarin). Kegiatan pengembangan bakat dan minat seperti ang disebutkan diatas


(62)

secara terbuka dan independen. Ini karena pendidikan multikultur itu sendiri bertujuan untuk memberikan kesempatan yang setara bagi para siswa untuk memupuk potensi dirinya tanpa memandang latar belakang gender, agama, etnis, status ekonominya.

b. Radio Keberagaman

Radio komunitas YPSIM yang bernama radio keberagaman ini dibentuk pada tahun 2008. Radio ini dibentuk untuk melatih bakat para siswa untuk menjadi penyiar radio. Menjadi penyiar berarti mereka belajar mandiri untuk mencari bahan siaran dan mengasah kemampuan berkomunikasi dengan lancar. Dengan adanya radio komunitas ini diharapkan inspirasi warga sekolah, prestasi dan aktivitas yang dilakukan di sekolah dapat mengudara ke masyarakat sekitar sekolah. Hubungan antara intern warga sekolah dan external antara sekolah-masyarakat dapat juga terjembatani dan terbina dengan adanya radio komunitas ini.

c. Simpul Siswa

Simpul siswa ini merupakan majalah sekolah yang diterbitkan secara berkala. Isinya beragam, mulai dari kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, prestasi siswa, karya tulis seperti cerpen dan puisi, tulisan mengenai isu/fenomena yang sedang booming di Indonesia, sampai sesi curhat-curhatan. Simpul siswa ini mempunyai multi-fungsi, diantaranya meningkatkan minat baca dan menulis siswa, mengembangkan daya berpikir kritis dan menjadi media infonnasi bagi warga sekolah, orang tua dan masyarakat.


(1)

vii

Beberapa Organisasi yang pernah diikuti Penulis:

• 2011, menjadi anggota di SGC (study of cultur)

2013, menjadi volunteer di Aliansi Sumut Bersatu

• 2014, menjadi bendahara di Cangkang Queer

• 2015, Menajdi Sekretaris Jendral di Cangkang Queer

Beberapa pendidikan dan pengalaman belajar yang diperoleh penulis semasa kuliah adalah antara lain:

• Training of Fasilitator Antropologi FISIP USU, Medan 2012

• Workshop “Nominasi Warisan Budaya Dunia Tak Benda”. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Medan 2012

• Pelatiahan paralegal dan konseling penanganan kasus perempuan korban kekerasan oleh Aliansi Sumut Bersatu, 2012

• Pelatihan Seksualitas dan Kebencanaan oleh Violet Gray-Aceh, Medan 2013

• Lokakarya implementasi kebijakan penanggulangan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara, dalam rangka mengurangi kemiskinan dan disparitas antar daerah Sumatera Utara oleh Sekretariat Jendral Dewan Ketahanan Nasional dan Univ. Sumatera Utara, 2013


(2)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultasa Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatra Utara, Medan.Untuk memenuhi persyaratan tersebut penulis telah menyusun skripsi dengan judul “Multikulturalisme (Studi Etnografi Mengenai Pendidikan Multikultural di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan)”.

Bab 1 : Bab ini menjelaskan tentang: Pertama, jarang sekali adanya lembaga pendidikan formal yang menerapkan kurikulum pendidikan multikultural di Sumatera Utara khusunya Medan. Kedua, Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda adalah satu-satunya sekolah yang menerapkan pendidikan multicultural di Medan.Ketiga, pendidikan multikultural merupakan salah satu upaya untuk membangun multikulturalisme di Indonesia.

Bab 2: Kondisi masyarakat yang sangat plural serta multicultural baik dari aspek suku, ras, agama, serta status social memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan dinamika dalam mayarakat kota Medan. Kondisi multikulturalisme di Kota Medan yang masih pada tahap multicultural dan belum sepenuhnya mencapai tahap multikulturalisme dikarenakan masih banyaknya terdapat konflik-konflik intoleransi.Beberapa Negara sebagai contoh dalam penerapan multikulturalisme yaitu Negara Kanada, Inggris dan Australia.


(3)

ix

Bab 3: Model pendidikan multikultural yang di laksanakan di sekolah di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda meliputi: visi dan kebijakan sekolah, kapasitas dan kultur/kebudayaan;, aktivitas peserta didik, kolaborasi dengan masyarakat luas dan juga mengutamakan peran guru dalam perkembangan ssiwa baik secara akademis maupun bidang lainnya. YPSIM sudah lama menerapkan pendidikan multikultural yang pada tahun 2013 sudah 25 tahun usianya. Visi dan kebijakan sekolah yang menjadi landasan berkembangnya sebuah budaya menghargai dan menerima perbedaan mengkonfirmasi tujuan dan orientasi pendidikan yang dijalankan di YPSIM. Fasilitas penunjang kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan di sekolah, beserta komitmen dari seluruh pihak yang terkait merupakan sebuah paket komplit pelaksanaan pendidikan multikultural.

Bab 4: Strategi pendidikan multikultural yang tampak yakni: membentuk kelompok diskusi multikultural dan pengaturan tempat duduk yang berselang-seling; memberikan materi atau melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kepedulian para siswa tentang permasalahan sosial yang ada di masyarakat, menyelenggarakan kegiatan - kegiatan ekstra-kurikuler seperti klub olahraga dan akademis, serta seminar untuk memberikan motivasi dan memperluas wawasan siswa juga harus memperhatikan prinsip-prinsip multikulturalisme, mengakomodasi pendidikan agama dari peserta didiknya.


(4)

Bab 5: akhir dari penjelas skripsi ini di tuangkan dalam kesimpulan serta adanya saran yang dapat mendukung sebagai bentuk kritikan. Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan.Apabila ada kesalahan dalam penulisan ini, penulis sangat mengharapkan masukan dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2016

Penulis


(5)

xi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 7

1.2.1. Antropologi Pendidikan ... 7

1.2.2. Pendidikan , Multikulturalisme, Pendidikan Multikultural ... 10

1.2.2.1. Pendidikan ... 10

1.2.2.2. Multikulturalisme ... 11

1.2.2.3. Pendidikan Multikultural ... 14

1.2.3. Sejarah Pendidikan Multikultural ... 16

1.2.4. Pembelajaran Bermuatan Multikultural ... 19

1.3. Perumusan Masalah ... 22

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 22

1.5. Metode Penelitian ... 23

1.6. Pengalaman Penelitian ... 25

BAB II. MEDAN SEBAGAI KOTA MULTIKULTURAL 2.1. Kota Medan Sebagai Kota Multikultural ... 32

2.2. Situasi Multikultural di Beberapa Negara ... 34

2.2.1. Situasi Multikultural di Kanada ... 34

2.2.2. Situasi Multikultural di Inggris ... 36

2.2.3. Situasi Multikultural di Australia ... 37

2.3. Kota Medan Secara Geografis dan Demografis ... 38

2.4. Kondisi Multikulturalisme di Kota Medan ... 42

BAB III. YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA 3.1. Sejarah Yayasan ... 44

3.2. Visi dan Misi YPSIM ... 48

3.3. Tenaga Pengajar dan Staff YPSIM ... 49

3.4. Jumlah Siswa YPSIM ... 51

3.5. Gedung Sekolah YPSIM ... 52

3.6. Nilai, Deskripsi dan Indikator Pendidikan Multikultural di YPSIM ... 54

3.7. Penerapan Nilai-Nilai Yang Terdapat Pada Pendidikan Multikultural di YPSIM ... 65


(6)

3.7.2. Nilai Jujur dan Disiplin ... 66

3.7.3. Nilai Toleransi ... 67

3.7.4. Nilai Demokratis ... 68

3.7.5. Rasa Ingin Tahu ... 68

3.7.6. Nilai Menghargai Prestasi ... 69

3.7.7. Bersahabat, Komunikatif dan Cinta Damai ... 69

3.7.8. Gemar Membaca ... 70

3.7.9. Peduli Sosial dan Kesejahteraan ... 71

3.7.10. Nilai Kesetaraan Gender ... 72

3.7.11. Nilai Pluralisme ... 73

BAB IV. STRATEGI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI YPSIM 4.1. Strategi Yayasan Sultan Iskandar Muda Medan ... 75

4.1.1. Visi dan Kebijakan Sekolah ... 75

4.1.2. Program Anak Asuh ... 77

4.1.3. Tiga Rumah Ibadah dan Pendopo ... 83

4.1.4. Hari Besar Keagamaan dan Malam Bhineka Tunggal Ika ... 85

4.1.5. Kegiatan Sebelum dan Proses Belajar di dalam Kelas ... 88

4.1.6. Aktivitas Peserta Didik ... 94

4.1.7. Demokrasi Siswa ... 96

4.1.8. Pohon Bisbul ... 98

4.2. Tenaga Pengajar ... 100

4.2.1. Pengaruh Guru Dalam PEningkatan Pembelajaran Siswa ... 100

4.2.2. Peran Guru Dalam Membangun Sensitivitas Gender ... 101

4.2.3. Peran Guru Dalam Memberikan Pendidikan Berbasis Multikultural ... 103

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 106

5.2. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN