I.3-8 RKP 2012
1. M
ENDORONG
P
ERCEPATAN
P
ERTUMBUHAN
E
KONOMI
.  Dorongan  akan  diberikan  pada peningkatan  investasi, industri  pengolahan  nonmigas,  daya  saing  ekspor,  penguatan
penyerapan belanja negara, serta pemantapan ketahanan pangan dan energi. 2.
M
ENJAGA
S
TABILITAS
E
KONOMI
.  Perhatian  akan  diberikan  pada  langkah-langkah  yang terpadu  untuk  menjaga  stabilitas  harga  di  dalam  negeri  dan  nilai  tukar  dihadapkan
pada tingginya resiko harga komoditi baik migas maupun non-migas serta arus modal yang dapat membahayakan perekonomian.
3. M
EMPERCEPAT
P
ENGURANGAN
P
ENGANGGURAN  DAN
K
EMISKINAN
.  Langkah-langkah  akan dipusatkan  pada  upaya-upaya  yang  mampu  menciptakan  lapangan  kerja  yang  lebih
besar  serta  menjangkau  masyarakat  yang  masih  hidup  di  bawah  garis  kemiskinan dengan program-program pemberdayaan yang tepat.
3.4. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO
Kebijakan  ekonomi  makro  pada  tahun  2012  diarahkan  sejalan  dengan  tema pembangunan  nasional  RKP  2
,  yakni  Percepatan  dan  Perluasan  Pertumbuhan Ekonomi  Yang  nklusif  dan  Berkeadilan  Bagi  Peningkatan  Kesejahteraan  Rakyat .
Pelaksanaan  kebijakan  ekonomi  makro  didasarkan  pada  prioritas  pembangunan sebagaimana tertuang dalam Bab 2 Buku I RKP tahun 2012.
3.5. SASARAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2012
Dengan  arah  kebijakan  ekonomi  makro  di  atas  serta  dengan  memperhatikan lingkungan  eksternal  dan  internal,  pertumbuhan  ekonomi  tahun  2012  diperkirakan  6,5
– 6,9  persen,  mengarah  pada  6,7  persen  dan  laju  inflasi  diperkirakan  sebesar  5,0
–  6,0 persen.  Dengan  pertumbuhan  ekonomi  yang  lebih  tinggi  dan  stabilitas  ekonomi  yang
terjaga  tersebut,  pengangguran  terbuka  akan  menurun  menjadi  berkisar  antara  6,4-6,6 persen dari angkatan kerja dan jumlah penduduk miskin menjadi berkisar antara 10,5-11,5
persen pada tahun 2012.
3.5.1.  P
ERTUMBUHAN
E
KONOMI
D
AN
K
EBUTUHAN
I
NVESTASI
Pertumbuhan  ekonomi  didorong  dengan  meningkatkan  investasi,  menjaga  ekspor nonmigas,  serta  memberi  dorongan  fiskal  dalam  batas  kemampuan  keuangan  negara
dengan  mempertajam  belanja  negara.  Koordinasi  antara  kebijakan  fiskal,  moneter,  dan sektor  riil,  ditingkatkan  untuk  mendorong  peran  masyarakat  dalam  pembangunan
ekonomi. Dalam tahun 2012, perekonomian diperkirakan tumbuh sebesar 6,7 persen, lebih tinggi dibandingkan sasaran tahun 2011 6,4 persen.
Investasi  berupa  pembentukan  modal  tetap  bruto  serta  ekspor  barang  dan  jasa didorong  agar  tumbuh  masing-masing  sebesar  11,5  persen  dan  10,2  persen.  Dengan
meningkatnya  investasi,  impor  barang  dan  jasa  diperkirakan  tumbuh  12,0  persen.  Dalam keseluruhan  tahun  2012,  dengan  terjaganya  stabilitas  ekonomi  konsumsi  masyarakat
diperkirakan  tumbuh  5,4  persen,  sedangkan  pengeluaran  pemerintah  diperkirakan tumbuh sebesar 6,8 persen.
RKP 2012 I.3-9
Sektor  pertanian  diperkirakan  tumbuh  3,2  persen.  Adapun  industri  pengolahan diperkirakan tumbuh 5,6 persen didorong oleh industri nonmigas yang meningkat dengan
6,3  persen.  Sektor  tersier  yang  meliputi  listrik,  gas,  dan  air  bersih;  konstruksi; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan telekomunikasi; keuangan, real estat,
dan  jasa  perusahaan;  serta  jasa-jasa  diperkirakan  tumbuh  berturut-turut  sebesar  9,0 persen; 8,2 persen;8,9 persen;13,0 persen; 6,2 persen; serta 6,3 persen.
Secara  keseluruhan,  dengan  pertumbuhan  ekonomi  sebesar  6,7  persen  pada  tahun 2012 membutuhkan investasi sebesar Rp 2.875 triliun. Pembiayaan investasi diperkirakan
sekitar  11,1  persen  berasal  dari  pemerintah  dan  88,9  persen  dari  masyarakat  termasuk swasta.
3.5.2.  M
ONETER
Kebijakan  moneter  terus  diarahkan  untuk  menjaga  likuiditas  perekonomian  agar sesuai  dengan  kebutuhan  riil  perekonomian.  Efektivitas  kebijakan  moneter  akan  terus
ditingkatkan  guna  menjaga  kepercayaan  masyarakat  terhadap  Rupiah.  Dengan  nilai  tukar Rupiah  yang  stabil  serta  pasokan  kebutuhan  pokok  masyarakat  yang  terjaga,  laju  inflasi
pada tahun 2012 diperkirakan sekitar 5,0 – 6,0 persen.
3.5.3.  N
ERACA
P
EMBAYARAN
Penerimaan  ekspor  tahun  2012  diperkirakan  meningkat  sebesar  12,8  persen, didorong  oleh  peningkatan  ekspor  migas  dan  non-migas  yang  masing-masing  naik  10,1
persen  dan  13,5  persen.  Sementara  itu  impor  non-migas  dan  migas  diperkirakan  naik masing-masing  sebesar  16,0  persen  dan  5,6  persen.  Dengan  defisit  sektor  jasa-jasa  yang
diperkirakan  masih  tetap  tinggi,  surplus  neraca  transaksi  berjalan  pada  tahun  2012 diperkirakan menurun menjadi USD 2,1 miliar.
Sementara  itu  surplus  neraca  modal  dan  finansial  diperkirakan  sebesar  USD  20,1 miliar didorong oleh meningkatnya investasi langsung asing neto sebesar USD 13,0 miliar
dan  investasi  portfolio  neto  sebesar  USD  9,8  miliar,  sedangkan  investasi  lainnya  neto diperkirakan defisit sebesar USD 2,8 miliar.
Secara  keseluruhan,  surplus  neraca  pembayaran  pada  tahun  2012  diperkirakan meningkat  sebesar  USD  22,2  miliar  dan  cadangan  devisa  diperkirakan  naik  menjadi  USD
145,9  miliar  atau  cukup  untuk  membiayai  sekitar  8,0  bulan  impor  termasuk  pembayaran utang luar negeri pemerintah.
3.5.4.  K
EUANGAN
N
EGARA
Pada  tahun  2012  pendapatan  negara  dan  hibah  diperkirakan  mencapai  Rp  1.259,5 trilliun,  yang  didukung  oleh  penerimaan  perpajakan  sebesar  Rp  997,0  trilliun  dan
penerimaan  bukan  pajak  sebesar  Rp  261,4  trilliun.  Sementara  itu,  belanja  negara diperkirakan  mencapai  Rp  1.370,5  trilliun,  yang  terdiri  dari  belanja  pemerintah  pusat
sebesar Rp 924,7 trilliun dan transfer ke daerah sebesar Rp 445,8 trilliun.
Dengan  perkiraan  penerimaan  dan  belanja  tersebut,  ketahanan  fiskal  yang  mampu memberikan  dorongan  terhadap  perekonomian  diperkirakan  tetap  terjaga.  Pada  tahun
2012,  defisit  APBN  diperkirakan  sekitar  1,4  persen  PDB,  yang  akan  ditutup  oleh pembiayaan  dalam  negeri  dan  luar  negeri.  Ketahanan  fiskal  yang  terjaga  juga  tercermin
dari  stok  utang  pemerintah  yang  diperkirakan  menurun  menjadi  25,0  persen  PDB  pada