36
mampu memberikan kontribusi bagi daerah dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat meskipun masih sangat kecil.
Enny S.L Situmorang 2010 yang berjudul “Analisis Peranan Perkebunan
Kelapa Sawit dalam Pembangunan Wilayah Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa
” menghasilkan bahwa semakin luas lahan tanaman kelapa sawit akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan ekonomi lokal
masyarakat sekitar perkebunan yang pada gilirannya dapat terjadi pembangunan suatu wilayah dan pengaruh PTPN II Kebun Bandar Klippa terhadap penyerapan
tenaga kerja, dampak pemanfaatan lahan dan ekonomi lokal yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan wilayah Kecamatan Bandar Klippa.
Septianita 2009 yang berjudul “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit Elaeis quinensis Jack dan Kontribusinya Terhadap
Pendapatan Keluarga di Desa Makartitama Kec. Peninjauan Kab. OKU” menghasilkan bahwa Faktor produksi luas lahan, bibit, berpengaruh sangat nyata
terhadap produksi kelapa sawit. Faktor produksi tenaga kerja, pupuk urea dan herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap produksi kelapa sawit, dan Kontribusi
pendapatan petani pada usahatani kelapa sawit terhadap pendapatan keluarga petani contoh adalah sebesar Rp. 7.718.341,66 hath atau 76,89 persen.
Pendapatan keluarga rata-rata sebesar Rp. 9.904.757,216 ini didapat dari pendapatan lain seperti berdagang, dan menanam tanaman yang lain misalnya
sayuran. Usahatani kelapa sawit memberikan hasil yang nyata terhadap pendapatan keluarga dilihat dari hasil perhitungan dengan RC.
2.9 Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
37
Modal usaha meliputi dari faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan herbisida yang digunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan output berupa tandan buah segar TBS. Agar usahatani kelapa sawit dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan beberapa input
produksi yang dapat menunjang kegiatan modal usahatani kelapa sawit tersebut yang terdiri dari lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan herbisida. Ada beberapa
masalah yang dihadapi petani kelapa sawit dalam penyediaan input produksi yang kurang lancar akibat sarana transportasi ke sentra produksi kelapa sawit yang
kurang memadai. Produksi kelapa sawit akan meningkat apabila penggunaan input produksi
sudah optimal sehingga produktivitas kelapa sawit juga akan meningkat. Namun yang menjadi masalah secara umum, seringnya terjadi pencurian buah kelapa
sawit sehingga petani mengalami kerugian dan tidak sebandingnya harga penjualan kelapa sawit dengan harga pupuk yang tersedia. Disamping itu, harga
kelapa sawit juga sangat fluktuatif menyebabkan pendapatan petani berubah-ubah atau tidak tetap karena tergantung pada siklus musimam panen kelapa sawit.
Konsekuensinya adalah pendapatan bersih dari usahatani kelapa sawit tidak dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap total pendapatan keluarga. Untuk
mengetahui sebuah usahatani merupakan pendapatan utama dalam keluarga, maka harus diketahui seberapa besar kontribusitambahan pendapatan usahatani dan
juga bersifat kontinuitas dalam memberikan pendapatan keluarga. Berdasarkan besar pendapatan bersih yang diterima oleh petani kelapa
sawit pada akhir musim tanam, dapat diketahui seberapa besar keuntungan yang
Universitas Sumatera Utara
38
didapat, ditinjau dari besarnya modal awal yang dikeluarkan dengan hasil produksi kelapa sawit. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pendapatan usahatani yang dipengaruhi oleh hasil output TBS yaitu dengan cara melakukan perawatan yang termasuk kedalam biaya tetapmodal tetap, dengan
tahap perawatan seperti pemupukan secara rutin setiap tahun, melakukan penyemprotan, dan melakukan penunasan. Hal ini dilakukan dengan baik maka
akan dapat meningkatkan hasil output TBS, sehingga pendapatan juga akan meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat skema kerangka pemikiran berikut
ini :
Gambar 2.9 Skema Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian