9
2.1.3 Peranan Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi
Pertanian mempunyai kaitan erat dengan sektor perekonomian lainnya seperti sektor industri, sektor pekerjan umum, sektor perdagangan, dan
sebagainya. Dalam sektor pertanian, kelapa sawit telah menjadi komoditas andalan sebagai sumber devisa negara non migas, penciptaan lapangan kerja dan
pelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan informasi Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian luas areal kebun kelapa sawit Indonesia sampai
dengan tahun 2006 telah mencapai 6,07 juta Ha. Dengan rasio penggunaan tenaga kerja sebesar 0,5 TKHa, maka jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 3,5
juta orang, ini belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem seperti sistem penyedia samprotan, transportasi, pabrik pengolahan dan
jasa pendukung lainnya. Saat ini Indonesia telah menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia
kemudian Malaysia di urutan kedua. Sebanyak 85 lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Produksi minyak sawit CPO
Indonesia tahun 2006 sebesar 15,9 juta ton, dimana terjadi peningkatan rata-rata sebesar 52,9 dibandingkan produksi pada tahun 2003 yang hanya mencapai 10,4
juta ton.
Universitas Sumatera Utara
10
Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian
Gambar 2.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia
Suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap
dasar, yakni: a.
Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional dan insentif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan
produktivitas para petani kecil; b.
Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang di dasarkan pada strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada upaya
pembinaan ketenagakerjaan c.
Diversifikasi kegiatan pembangunan pedesaan padat karya non pertanian yang secara langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh
masyarakat pertanian.
Universitas Sumatera Utara
11
Mengikuti analisis klasik dari Kuznets 1964 , pertanian di negara-negara sedang berkembang NSB merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat
potensial dalam 4 bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu sebagai berikut:
a. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi nonpertanian sangat tergantung pada
produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga bahan-bahan baku untuk keperluan
kegiatan produksi di sektor-sektor nonpertanian tersebut, terutama industri pengolahan, seperti industri-industri makanan dan minuman, tekstil dan
pakaian jadi, barang-barang dari kulit, dan farmasi. Kuznets menyebut ini sebagai kontribusi produk.
b. Karena
kuatnya bias garis dari ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan, maka populasi dari sektor pertanian daerah pedesaan
membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar permintaan domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain di dalam negeri,
baik untuk barang-barang produsen maupun barang-barang untuk konsumen. Kuznets menyebutnya kontribusi pasar.
c. Karena relatif pentingnya pertanian dilihat dari sumbangan outputnya terhadap
pembentukan produk domestik bruto PDB dan andilnya terhadap penyerapan tenaga kerja tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin
tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal untuk diinvestasi dalam ekonomi. Jadi, pembangunan ekonomi
melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor-sektor
Universitas Sumatera Utara
12
nonpertanian. Sama juga, seperti didalam teori penawaran tenaga kerja tak terbatas dari Arthur Lewis, dalam proses pembangunan jangka panjang terjadi
perpindahan surplus tenaga kerja dari pertanian pedesaan ke industri dan sektor-sektor nonpertanian lainnya perkotaan. Kuznets menyebutnya
kontribusi faktor-faktor produksi. d.
Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran sumber devisa, baik
lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi- komoditi pertanian menggantikan impor substitusi impor. Ini disebut oleh
Kuznets sebagai kontribusi devisa. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pembangunan tidak hanya
memusatkan perhatian pada aspek ekonomi, melainkan juga aspek nonekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi
pendapatan yang adil dan merata. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat, seperti masyarakat perkotaan,
sedangkan masyarakat pedesaan atau pinggiran mendapat porsi yang kecil dan tertinggal. Kesenjangan di daerah ini semakin diperburuk karena adanya
kesenjangan dalam pembangunan antar sektor, terutama antara sektor pertanian basis ekonomi pedesaan dan non-pertanian ekonomi perkotaan.
Universitas Sumatera Utara
13
2.2. Tanaman Kelapa Sawit 2.2.1 Sejarah Perkembangan Tanaman Kelapa Sawit di Indonesia