Kepada :
Yth. Ibu Purwati Tjahjaningsih, M. Pd Di Yogyakarta.
BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI
Di bawah ini menerangkan bahwa skripsi dari mahasiswa : Nama
: Retno Widayanti NIM
: 04511245001 Jurusan
:Pendidikan Teknik Boga Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal 3 Januari 2007 dan telah
memenuhi persyaratan untuk ujian skripsi yang berjudul “ PROFIL MAKANAN TRADISIONAL DI KOTAGEDE “
Ujian dilaksanakan pada: Hari , Tanggal : Jumat, 12 Januari 2007
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Ujian Lantai III
Dengan Susunan panitia penguji Sebagai Berikut :
1. Ketua : Ichda Chayati, M. P.
2. Sekretaris : Kokom Komariah, M. Pd. 3. Penguji
: Purwati Tjahjaningsih, M. Pd
Kepada :
Yth. Ibu Ichda Chayati, M. P Di Yogyakarta.
BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI
Di bawah ini menerangkan bahwa skripsi dari mahasiswa : Nama
: Retno Widayanti NIM
: 04511245001 Jurusan
:Pendidikan Teknik Boga Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal 3 Januari 2007 dan telah
memenuhi persyaratan untuk ujian skripsi yang berjudul “ PROFIL MAKANAN TRADISIONAL DI KOTAGEDE “
Ujian dilaksanakan pada: Hari , Tanggal : Jumat, 12 Januari 2007
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Ujian Lantai III
Dengan Susunan panitia penguji Sebagai Berikut :
1. Ketua : Ichda Chayati, M. P.
2. Sekretaris : Kokom Komariah, M. Pd. 3. Penguji
: Purwati Tjahjaningsih, M. Pd
Kepada :
Yth. Ibu Kokom Komariah, M. Pd Di Yogyakarta
BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI
Di bawah ini menerangkan bahwa skripsi dari mahasiswa : Nama
: Retno Widayanti NIM
: 04511245001 Jurusan
:Pendidikan Teknik Boga Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal 3 Januari 2007 dan telah
memenuhi persyaratan untuk ujian skripsi yang berjudul “ PROFIL MAKANAN TRADISIONAL DI KOTAGEDE “
Ujian dilaksanakan pada: Hari, Tanggal : Jumat, 12 Januari 2007
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Ujian Lantai III
Dengan Susunan panitia penguji Sebagai Berikut :
1. Ketua : Ichda Chayati, M. P.
2. Sekretaris : Kokom Komariah, M. Pd. 3. Penguji
: Purwati Tjahjaningsih, M. Pd
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan kemajemukan dilihat dari berbagai aspek segi dan dimensi. Dari kemajemukan
yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka ragam. Hal ini, dapat dilihat dari sumber daya alam maupun dari sumber daya
manusianya. Karena setiap komunitas masyarakat di Negara Indonesia mempunyai ciri khas sendiri yang tidak sama dengan komunitas masyarakat
yang lain. Salah satu kekayaan Indonesia yang dapat dibanggakan adalah
keanekaragaman dari segi makanan. Setiap daerah mempunyai kebanggaan makanan yang bisa diandalkan menjadi ciri khas daerahnya. Hal ini, bisa dilihat
dari segi rasa, bahan, teknik olah dan kemasan atau cara penyajian biasanya
proses pembuatanya dilakukan sangat sederhana dan tidak menggunakan bahan kimia yang mempunyai dampak negatif bagi tubuh. Selain itu, bisa saja
menggunakan penaganan yang khusus yang tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak berdomisili didaerah tertentu. Karena itu, daerah satu dengan daerah yang
lain mempunyai potensi yang tidak sama sehingga produk yang dihasilkanya pun juga tidak sama. Lebih unik lagi, makanan tersebut hanya bisa ditemukan
ditempat-tempat tertentu dan belum tentu bisa ditemukan di pasar umum, misalnya hypermarket, supermarket.
Makanan tradisional merupakan salah satu aset budaya yang penting untuk dilestarikan dan dikembangkan. Makanan tradisional merupakan makanan
yang sudah lama dikenal dan resep yang digunakan untuk membuat makanan tradisional dibuat oleh nenek moyang kemudian, diajarkan secara turun temurun.
Oleh karena itu, makanan tradisional digolongkan sebagai produk budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan menjadi produk yang memiliki sejarah dan budaya
yang tinggi. Makanan tradisional khas tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen atau wisatawan dari luar daerah sehingga makanan tradisional menjadi
salah satu produk penunjang pariwisata yang dapat mendatangkan devisa bagi pendapatan suatu daerah. Selain itu, dilihat dari segi ekonomi makanan tradisional
banyak diproduksi oleh skala rumah tangga yang dapat memberikan sumbangan bagi pendapatan keluarga. Bahkan, ada yang menjual makanan tradisional ini
sebagai mata pencaharian keluarga atau sumber pendapatan utama. Kotagede merupakan salah satu nama kota yang terletak 10 Km arah
tenggara dari Kota Yogyakarta. Di tempat ini, dapat dijumpai berbagai macam perhiasan dan interior dari perak. Maka Kotagede identik dengan sebutan sebagai
kota perak. Kotagede adalah sebuah kawasan pusaka. Kota kuno ini bekas ibukota Kerajaan Mataram yang awalnya dibuka oleh Ki Ageng Pemanahan pada abad 16.
Kotagede merupakan jembatan yang menghubungkan antara tradisi Hindu – Budha dan Islam. Sejarah makanan tradisional Kotagede cukup panjang. Dalam
kitab centini disebutkan makanan yang disebut kupo, dan sekarang di sebut kipo. Berdasarkan sejarah lisan,
diwartakan juga mengenai bagaimana makanan dari ketan yang tahan berbulan-bulan sehingga dapat dijadikan bekal pasukan
Diponegoro, yaitu makanan yang sekarang di kenal sebagai yangko. Dari sejarah lisan pula diketahui bahwa Panembahan Senopati ternyata mempunyai jenis
makanan tertentu yang sekarang sering dijadikan bancaan atau sesaji waktu orang tirakat di sekitar makam panembahan Senopati.
Pada perkembangan untuk saat ini produk makanan tradisional tidak sepesat yang diharapkan. Dalam sekala unit produksi hanya produk makanan
tradisional tertentu yang berkembang pesat dan dikenal oleh masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena makanan tradisional itu sendiri kurang dikenal, daya simpan
pendek, tidak praktis, penampilan kurang menarik dan kurang higienis. Selain itu yang menjadi kendala makanan tradisional tidak berkembang pesat karena
berbagai makanan tradisional yang sebelumnya hanya diproduksi oleh pengusaha- pengusaha kecil di pedesaan, belakangan ini mulai banyak dibuat perusahaan
besar. Kondisi tersebut membuat pelaku usaha kecil menjadi terdesak, karena dari berbagai sisi mereka sulit bersaing dengan perusahaan besar sehingga hanya
produk tertentu yang berkembang secara pesat. Selain itu kendala sosioatropologi dan keragaman kultural merupakan kendala yang dihadapi dalam pengembangan
makanan tradisional. Hal ini karena berkaitan erat dengan kebiasaan pangan, selera, tingkat pengetahuan dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut.
Sementara itu kemajuan ilmu dan teknologi mempunyai dampak pada perilaku makan individu yang terkait erat dengan gaya hidup life style masyarakat.
Pengaruh global nampak menonjol pada kota-kota besar yang diiringi mengalirnya arus budaya makanan barat yang tampaknya sangat mampu untuk
menarik minat banyak konsumen. Akibatnya terjadi adanya kecenderungan ini.
Kelihatanya pasar pangan tradisional menghadapi saingan berat, yang menjadi permasalahan bagi industri makanan tradisional Winarno, 1987
Salah satu contoh daerah yang mengalami kondisi tersebut adalah kecamatan Kotagede Yogyakarta dan daerah sekitarnya. Karena di daerah
tersebut hanya makanan tradisional tertentu yang sering lebih dikenal oleh masyarakat banyak sekali makanan tradisional yang berasal dari daerah tersebut.
Padahal di Kotagede sendiri merupakan kawasan bekas kerajaan. Kawasan kerajaan merupakan pusat peradapan budaya dan makanan sehingga potensi
keanekaragamaan sangat bervariasi. Hal ini menandakan kurang sosialisasinya produk makanan tradisional yang berakibat keberadaanya berkurang dan bisa jadi
lama-kelamaan hilang sama sekali. Profil menurut kamus Ilmu Sosial pengertian profil adalah gambaran
grafik dari tingkat-tingkat yang berhubungan dengan rangkaian cirri-ciri tertentu, sedangkan menurut kamus Sosiologi mengartikan bahwa profil itu merupakan
penyajian tahap-tahap tertentu sesuai dengan karakteristik tertentu Melihat fenomena yang terjadi di tengah masyarakat seperti ini maka
penulis mempunyai gagasan untuk mengetahui profil makanan tradisional khususnya di Kotagede melalui pengujian dari studi organoleptik yang meliputi
rasa, tekstur, kemasan atau cara penyajian yang diharapkan dapat menumbuhkan kembali kecintaan masyarakat terhadap produk makanan tradisional agar
dilestarikan kepada generasi muda. Dengan demikian produk makanan tradisional tak hanya dikenal atau disukai oleh kalangan generasi tua saja. Hal ini pun juga
tergantung dari sejauh mana upaya orang tua menanamkan kecintaan kepada
anak-anaknya atas berbagai budaya sendiri malalui pengenalan dan pelestarian makanan tradisional meskipun untuk saat ini makanan yang lebih modern lebih
gencar berkembang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas Untuk dapat mengangkat dan melestarikan ide peneliti menemui berbagai permasalahan yaitu sebagai
makanan tradisional diperlukan mengumpulkan orang-orang yang begitu paham tentang sejarah dan filosofi dari makanan tradisional yang berasal dari Kotagede.
Namun dalam kenyataanya tidak semua makanan tardisional untuk saat ini bisa diproduksi bahkan keberadaanya pun sekarang sudah tidak ada lagi apalagi
peneliti menyusuri resep dan cara pembuatanya itu sangat membutuhkan pengumpulan data yang cukup panjang dan lama.
Kedua tidak semua masyarakat dan penjual makanan tradisional paham tentang apa saja makanan tradisional yang berasal dari Kotagede karena
dilihat perkembanganya makanan tradisional yang berada dipasaran sudah tercampur dengan makanan tradisional dari daerah lain.
Ketiga sebagai produk penunjang pariwisata di Kotagede bagaimana peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam usaha mempromosikan dan
melestarikan makanan tradisional khas Kotagede tidak seberapa besar perananya sebagai produk penunjang pariwisata.
C. Pembatasan Masalah
Karena luasnya permasalahan yang terdapat di penelitian ini, maka peneliti membatasi pada masalah makanan tradisional yang khas dari Kotagede
yang meliputi makanan tradisional jenis makanan besar, lauk pauk, sayur, kudapan, minuman. Peneliti
mengambil permasalahan tentang jenis-jenisnya, bahan dasarnya, teknik olah,
rasa dan penyajian atau pengemasan makanan tradisional yang terdapat di Kotagede.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa saja jenis makanan tradisional yang terdapat di Kotagede? 2. Bagaimana bahan dasar makanan tradisional di Kotagede ?
3. Bagaimana teknik olah makanan tradisional di Kotagede? 4. Bagaimana rasa makanan tradisional di Kotagede?
5. Bagaimana penyajian makanan tradisional di Kotagede?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui jenis-jenis makanan tradisional yang banyak terdapat di Kotagede.
2. Mengetahui bahan dasar apa saja yang digunakan untuk bahan membuat makanan tradisional di Kotagede.
3. Mengetahui teknik olah yang digunakan untuk membuat makanan tradisional di Kotagede.
4. Mengetahui bagaimana rasa makanan tradisional di Kotagede. 5. Mengetahui bagaimana penyajian makanan tradisional di Kotagede.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat dari hasil penelitian ini sebagai informasi kepada masyarakat luas bahwa di Kotagede terdapat macam-macam makanan tradisional yang banyak,
namun keberadaanya sekarang sudah tidak banyak terdapat di pasaran. Seperti jenang suran, nasi ruwahan, kluwo, telo bajingan.
2. Sebagai Informasi ini yang membantu menghimbau masarakat dan generasi muda untuk tetap melestarikan keberadaan makanan khas tradisional Kotagede.
Sehingga eksistensinya di masa yang akan datang tetap dapat di kenal dan dinikmati oleh generasi generasi selanjutnya.
3. Sebagai kontribusi kepada pemerintah daerah untuk menghimbau kepada masyarakat terutama masyarakat di Kotagede untuk menjaga kelestarian
makanan tradisional yang khas Kotagede sebagai potensi makanan yang menjadi khas daerah Kotagede dan sebagai aset budaya penunjang pariwisata.
Sehingga akan timbul kecintaan terhadap makanan tradisional yang terdapat di Kotagede.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Makanan Tradisional
Istilah tradisional berasal dari bahasa latin tradisio yang berarti kabar atau penerusan. Tradisi dapat diartikan lebih luas sebagai sesuatu yang diturunkan
dari generasi ke generasi berikutnya. Menurut Purwodarminto 1976 dalam kamus umum Bahasa Indonesia.
Menurut Harisudin : 1995 mengemukakan bahwa makanan tradisional merupakan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat menurut golongan etnik
dan wilayah yang spesifik, diolah dari resep yang dikenal masyarakat, bahanya diperoleh dari sumber lokal dan memiliki rasa yang relative sesuai dengan selera
masyarakat. Bahan makanan tradisional biasanya pada umumnya telah dikenal luas oleh masyarakat yang berasal dari jenis umbi-umbian, buah-buahan, daging,
ikan. Makanan tradisional adalah makanan dan minuman, termasuk jajanan
serta bahan campuranya yang digunakan secara tradisional diolah oleh masyarakat setempat dengan bahan-bahan yang diperoleh dari sumber
lokal yang memiliki cita-rasa relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat. www. Potensi-Makanan,htm
Makanan tradisional merupakan warisan nenek moyang sejak berabad-abad dan telah diterima oleh masyarakat serta sarat dengan kandungan
gizi. Pengetahuan dan informasi tentang makanan tradisional diperoleh dengan penyebaran dari mulut ke mulut dan diluaskan dengan adanya prasasti dan naskah
sastra sebagai sumber informasi terluas yang dapat dipelajari hingga sekarang. Makanan tradisional pada umumnya terdiri dari rangkaian makanan pokok,
makanan selingan dan minuman. Sedangkan dalam lingkup yang luas makanan tradisional dapat pula berupa makanan yang digunakan untuk sesaji dalam suatu
upacara tradisi Menurut Sastrodiningrat 1995
Dari berbagai pendapat tentang pengertian makanan tradisional diatas dapat disimpulkan bahwa makanan tradisional merupakan makanan yang
dikonsumsi oleh segolongan masyarakat dalam suatu wilayah di mana makanan tersebut adalah sejak nenek moyang mereka dengan resep yang diturunkan secara
lisan dibuat dengan rasa sesuai selera mereka denagan menggunakan bahan makanan setempat atau bahan pangan lokal.
B. Kotagede
Kotagede terletak 10 Km arah tenggara dari Kota Yogyakarta. Di tempat ini kita dapati berbagai macam perhiasan dan interior dari perak. Maka
Kotagede identik di namakan sebagai kota perak. Kota gede adalah sebuah kawasan pusaka. Kota kuno ini bekas ibukota Kerajaan Mataram yang awalnya
dibuka oleh Ki Ageng pemanahan pada abad 16. Kotagede merupakan jembatan yang menghubungkan antara tradisi Hindu – Budha dan Islam. Hal ini terlihat
pada peninggalan kuno kompleks masjid makam Panembahan Senopati beserta keluarganya. Juga makam dan kolam seliran. Sisa-sisa peningalan kerajaan
mataram berupa pintu gerbang makam masuk kompleks makam Kotagede yang berbentuk gapura paduraksa dan pohon beringin yang tumbuh kokoh sampai
sekarang begitu juga dengan Dinding benteng kerajaan sekarang hanya dapat
dilihat sedikit reruntuhanya. Sedangkan rumah-rumah lama masih relative banyak terdapat disana, baik yang berada dalam kondisi baik maupun yang kurang.
Masyarakat Kotagede yang mayoritas beragama Islam dikenal mempunyai etos kerja yang tinggi sebagian besar adalah pengrajin perak, emas,
tembaga, kulit dan lain-lain. Sebagian lainya bekerja sebagai pegawai di Kota Yogyakarta. Kemampuan berdagang dan membuat kerajinan tangan dari perak
merupakan kemampuan warisan turun temurun. Orang Kalangan ini pada masa kejayaan Mataram di Kotagede menjadi konglomerat-konglomerat pribumi yang
hebat. Kejayaan Kotagede di masa lampau masih dapat disaksikan hingga sekarang. Ukir-ukiran yang dipahatkan pada kerangka bangunan rumah-rumah
menunjukkan kemewahan pada zamannya. Dapat dikatakan masyarakat Kotagede memiliki relasi yang erat diantara mereka terbukti dengan adanya perkumpulan
yang mereka bentuk berupa kesenian antara lain karawitan, kethoprak, salawatan, keroncong, tingklung wayang. Demikian pula upacara sesaji caos pada hari-hari
tertentu, serta tirakatan menjadi aset budaya Kotagede. .www. Potensi- Makanan,htm
Kotagede sebenarnya sudah dikenal oleh banyak kalangan dari berbagai tempat. Namun kegiatan pariwisata maupun potensi daerah yang hampir
tidak melibatkan masyarakat lokal secara langsung. Masyarakat hanya sebatas obyek untuk dinikmati pengunjung dan sebagian orang yang bergerak dalam
industri pariwisata. Padahal sebenarnya Kotagede memiliki aset budaya yang luar bisaa, baik fisik maupun non fisik.
C. Makanan Tradisional Kotagede
Sejarah makanan tradisional Kotagede cukup panjang. Dalam kitab centini disebutkan makanan yang disebut kupo, yang sekarang di sebut kipo. Dari
sejarah lisan juga diwartakan bagaimana ada makanan dari ketan yang tahan berbulan-bulan sehingga dapat dijadikan bekal pasukan Diponegoro, yaitu
makanan yang sekarang di kenal sebagai yangko. Dari sejarah lisan pula diketahui bahwa Panembahan Senopati ternyata mempunyai jenis makanan tertentu yang
sekarang sering dijadikan bancaan atau sesaji waktu orang tirakat di sekitar makam panembahan Senopati.
Masyarakat Jogja terutama daerah Kotagede sama seperti masyarakat daerah lain. Terbagi dalam masyarakat pedesaan yang hidup bertani dan
masyarakat perkotaan yang bekerja diperkantoran atau perusahaan. Secara cultural, terasa pengaruh andil budaya keraton yang mewarnai falsafah dan gaya
hidup masyarakat Kotagede. Budaya ini diwujudkan dalam bentuk gaya hidup termasuk pola makan, tatanan masyarakat, wujud bangunan, pakaian, lagu,
makanan tradisional dan lain-lain. Sekarang kita mengenal ada makanan tradisional yang semula di buat dan disajikan dalam kaitan upacara penting di
zaman kerajaan Mataram dulu, kemudian dilestarikan oleh masyarakat. Ini. Menyangkut makanan tradisional yang masuk dalam kategori daharan atau
makanan besar, berupa aneka macam nasi, sayur dan lauk pauknya. Misalnya berupa aneka macam makanan untuk bancaan dan kenduri yang kemudian
dimodifikasi. Juga menyangkut makanan tradisional yang masuk dalam kategori
panganan atau makanan kecil, berupa pernik-pernik panganan yang lezat khas Kotagede.
Pada zaman-zaman berikutnya, masyarakat sendiri kemudian berkreasi menciptakan makanan tradisional yang khas, biasanya dengan bahan
baku lokal yang banyak ditemukan. Ketika zaman dahulu di Kotagede masih banyak kolam ikan untuk memelihara gurami maka ada masakan gurami yang
dijadikan andalan untuk menjamu tamu saat perhelatan pengantin. Untuk makanan kecil tradisional biasanya mempergunakan bahan baku ketan atau tepung
ketan, beras atau tepung beras, ketela, tepung jagung, pohon aren dan umbi- umbian. Maka Kotagede kemudian dikenal makanan kecil tradisional dikenal
bernama legomoro, yangko, kipo, ledre intip, wajik kletik, gandos, jenang nangka, bikang, welha, model. Telo bajingan, jenang jagung tempe, lima macam gethuk,
empat macam thiwul, ongol-ongol, osak-asik, banjar, ukel kembang waru, peyek bayem dan semacamnya. Sebagai pelengkap masih ada minuman khas Kotagede
yaitu wedang secang, setup jambu yang biasanya keluar pada malam bulan puasa untuk jaburan, rujak ceplus, semelak, wedang bajigur, kunir asem dan wedang
jahe gula jawa. Makanan tersebut ada yang berumur pendek, ada yang cukup awet
sehingga dapat dijadikan oleh-oleh. Di Kotagede ada semacam sentra pembuat makanan khas tersebut. Biasanya pembuatnya sudah merupakan keturunan yang
keberapa dari para perintisnya. Hal ini yang kemudian dicatat sebagai potensi makanan tradisional yang perlu terus dilestarikan karena disamping rasanya lezat,
bahan baku mudah didapat, juga sehat dan bergizi tinggi. Apalagi bahan untuk
membuatnya dimasak secara alami tanpa zat kimia yang cenderung merugikan kesehatan manusia. .www.Potensi-Makanan Tradisional Kotagede ,htm.
D. Makanan Sumber Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia, khususnya bagi penduduk Negara yang sedang berkembang.
Walaupun jumlah kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 kal kkal bila dibanding protein dan lemak. Karbohidrat merupakan sumber
kalori yang murah. Selain itu beberapa golongan karbohidrat menghasilkan dietary fiber yang berguna bagi pencernaan F.G Winarno, 1997 .
Karbohidrat juga mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur dan lainya. Sedangkan
dalam tubuh , karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein yang berlebihan, kehilangan mineral dan berguna untuk membantu
metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula
sederhana, pentosa maupun karbohidrat dengan berat yang tinggi seperti pati, pectin, selulosa dan lignin. Makanan sumber karbohidrat biasanya terdapat pada
bahan-bahan nabati yaitu serealia, umbi-umbian dan batang tanaman misalnya sagu. Namun di Indonesia bahan pokok makanan sumber karbohidrat sebagian
besar diperoleh jenis biji-bijian yaitu jenis padi-padian beras dan jagung.
1. Beras
Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia khususnya pulau jawa. Beras ada yang berwarna putih dan ada yang
berwarna merah. Beras putih lebih banyak digemari daripada beras merah sebab beras merah agak kasar. Beras yang baru pada umumnya lebih sedap
atau harum karena beras yang baru tidak banyak menyerap air ketimbang beras lama. Agar aroma pada beras lama dapat harum dapat ditambahkan
daun pandan atau daun salam pada waktu memasak Marwanti : 2000 : 44 . Beras merupakan makanan pokok yang menjadi sumber kalori
sebagian besar penduduk dunia khususnya di Asia. Diperkirakan 80 – 90 beras dikonsumsi dalam bentuk biji utuh dengan cara dimasak menjadi nasi,
sedangkan sisanya diolah dalam bentuk lain, seperti tepung dan makanan jajanan lainya. Konsumsi beras sebagian besar masih dalam bentuk beras
giling. Indonesia merupakan Negara yang 80 penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Keadaan konsumsi beras pada massa
mendatang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendapatan, selera masyarakat dan harga. Macam-macam beras adalah beras putih, beras
merah dan beras ketan yang mengandung selulosa tinggi sehingga lebih pekat dibandingkan dengan beras lainya.
2. Jagung zea mays