Tabel 1. Instrument Penelitian Variabel
Indikator No item
Ket
Jenis makanan Makanan utama
Sayur Lauk-pauk
Minuman kudapan
1 2
3 4
5
Bahan baku Nama bahan baku
6
Teknik olah Cara Pengolahan makanan
7
Rasa Rasa makanan
8
Kemasan Cara
pengemasan atau
penyajian
9
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dengan cara sebagai berikut : a. Interview atau wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti. Sugiyono, 1999 : 130 . b. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga
obyek-obyek alam yang lain.
Metode ini digunakan untuk mengambil data tentang makanan tradisional dilihat dari jenis, teknik olah, bahan, rasa dan kemasan atau
penyajian.
3. Uji Validitas instrument
Dalam penelitian ini menggunakan uji validitas eksternal dimana uji validitas eksternal instrument diuji dengan cara membandingkan untuk
mencari kesamaan antara kreteria yang ada pada instrument dengan fakta- fakta empiris yang terjadi dilapangan. Instrument penelitian yang mempunyai
validitas eksternal bila hasil penelitian dapat digeneralisasi atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti, maka dapat dilakukan dengan
memperbesar jumlah sampel.
E. Teknik Analisis data
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mengumpulkan informasi mengenai status
sebuah gejala yang ada. Penelitian ini tidak melakukan pengontrolan terhadap sesuatu perlakuan. Penelitian ini mengungkapkan bagaimana jenis-jenis, bahan
baku, teknik olah, rasa dan penyajian, dari makanan tradisional di Kotagede.
Langkah-langkah analisis data sebagai berikut : 1. Pengorganisasian data.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, wawancara dengan demikian akan diperoleh data-data baru.
Kemudian data yang sudah terkumpul kemudian diklasifikasikan menurut variabel indikatornya..
2. Penyajian data Penyajian data yang diangkakan dan tabulasi agar mudah dalam
pengelompokan data bentuk uraian dapat rinci. 3.
Interpretasi data Setelah disajikan maka langkah berikutnya melakukan interpretasi
data. Dalam interpretasi data peneliti mendasarkan pada kebermaknaan data yang berlaku. Kebermaknaan yang dimaksud adalah data-data yang
berhubungan dengan informasi yang digali untuk dapat dikembangkan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian.
4. Mengumpulkan data
Setelah data-data tersebut bermakna, maka langkah selanjutnya adalah menyimpulkan data. Kesimpulan data yang dihasilkan diharapkan
merupakan informasi yang relevan dengan obyek penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden Tabel 2. Profil Responden Makanan Tradisional Kotagede
No Nama
Umur Pekerjaan
Alasan sebagai responden
1. Honggo Budaya
51 Penjaga
makam Mengetahui silsilah
dan sejarah kekeratonan Yogyakarta
2. Mardi Sudarmo
75 Petani
Tokoh masyarakat dan sesepuh
Kotagede 3.
Arjosarpin 70
Karyawan Pekerja produksi makanan tradisional
4. Mul
70 Karyawan
Pekerja produksi makanan tradisional 5.
Sastro 78
Pedagang Produsen gompo
6. Rubiyem
65 Pedagang
Produsen legondho dan jenang 7.
Tuminah 68
pedagang Produsen kembang waru
8. Miati
45 Pedagang
Tokoh masyarakat 9.
Sri widianingsih 38
Karyawan Pekerja produksi makanan tradisional
10. Supi
35 Pedagang
Pedagang jajanan pasar 11.
Istri rahayu 40
Pedagang Produsen kipo
12. Agus
35 Pedagang
Produsen bengawan solo 13.
Windarti 26
Karyawan Pekerja produksi makanan tradisional
14. Tias
25 Karyawan
Pekerja produksi makanan tradisional
Berdasarkan tabel 2 diperoleh data responden sebanyak 14 responden yang terdiri dari 1orang berprofesi sebagai penjaga makam Di Kotagede, 1orang
berprofesi sebagai petani dan tokoh masyarakat Kotagede, 7 orang sebagai
pedagang dan produsen makanan tradisional Kotagede dan 5 orang sebagai karyawan Industri makanan tradisional Kotagede. Dengan usia paling tua 75 tahun
dan paling muda 25 tahun. Semua responden merupakan masyarakat yang berdomisili didaerah Kecamatan Kotagede.
B. Profil Makanan Tradisional Kotagede
Penelitian ini membahas tentang makanan khas tradisional di Kotagede yang ditinjau dari segi jenis, rasa, bahan dan teknik olah. Selanjutnya,
hasil penelitian ini dianalisa guna mengetahui keaneka- ragaman makanan
tradisional daerah Kotagede dan sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan langkah atau upaya yang dapat memberikan informasi mengenai makan tersebut. Salah
satunya adalah wawancara. Wawancara diberikan kepada koresponden dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya secara langsung sehingga akan
diperoleh informasi yang valid dari responden sampai ditemukan persamaan jawaban dari seluruh responden. Responden difokuskan kepada ibu-ibu yang
berjualan di Kotagede atau di pasar Kotagede, dan berdomisili di daerah Kotagede serta para lansia yang memproduksi makanan khas Kotagede.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data mengenai 1 nama-nama makanan tradisional yang ada di Kotagede baik
yang keberadaanya masih ada sampai sekarang atau pun tidak, 2 macam-macam bahan baku yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan makanan tradisional,
3 teknik olah pembuatan makan tradisional mulai dari pemilihan bahan, pencampuran bahan, pengolahan dan penyajian, serta daya simpannya, 4
macam-macam penggunaan makanan tradisional pada acara-acara khusus, serta sejarah penamaan makanan tradisional atau pun sejarah munculnya makanan
tradisional Kotagede. Pelaksanaan wawancara dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2006 di wilayah Kecamatan Kotagede dan sekitarnya.
1. Jenis-jenis makanan tradisional.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh
data mengenai macam-macam makanan tradisional
Kotagede. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Makanan Tradisional betdasarkan Jenis-jenisnya
No Jenis makanan
Nama makanan Jumlah
1. Makanan besar
- Jenang Suran - Nasi Ruwahan
2
2. Sayur tradisional
- Sayor Lodeh - Podomoro
- Bence
3
3. Lauk pauk
- Asren -Peyek kedelai
- Sambel kerni -Peyek Kacang
- Tho-tho
5
4. Minuman Tradisional
- Rujak Ceplos - Setub jambu
- Semelak - Wedang secang
4
5. Kudapan atau
jajanan tradisional - Legomoro
- Wajik kletik - Legondho
- Jenang Ngangrang - Kipo
- Jenang Sumsum - Yangko
- Jenang Lobe-lobe - Gandos
- Nagasari - Ledre Intib
- Bengawan Solo - Ukel
- Enthog-enthog - Banjar
- Jadah manten - Osak-asik
- Kluwo - Gompo
- Telo Bajingan - Kembang Waru
21
Jumlah 35
Makanan khas kotagede yang didaerah lain tidak ada. Berdasarkan tabel 3 diperoleh klasifikasi makanan tradisional
Kotagede berdasarkan jenis-jenisnya diperoleh 2 macam makanan yang diketegorikan termasuk jenis makanan besar, 3 jenis sayur, 5 jenis lauk pauk,
4 jenis minuman dan 21 jenis kudapan atau jajanan tradisional. Klasifikasi paling banyak yaitu dari jenis kudapan atau jajanan tradisional dan yang
paling sedikit dari jenis makanan besar.
2 3
5 4
21
5 10
15 20
25
J u
m la
h
makanan besar
sayur lauk
minuman kudapan
Jenis Makanan Tradisional Kotagede
Makanan Tradisional Kotagede
Gambar 2. Diagram Jenis Makanan Tradisional Kotagede
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis makanan yang ada di Kotagede sebagian besar merupakan makanan khas Kotagede. Hal
itu didukung oleh adanya anggapan dari sebagian masyarakat setempat yang meyakini bahwa makanan tersebut bersifat turun-temurun dari nenek moyang.
Namun pada kenyataannya, makanan tradisional Kotagede juga dapat dijumpai di daerah lain.
a. Makanan Besar atau Makanan Utama
Makanan besar atau makanan pokok merupakan makanan utama yang prosentase jumlah mengkonsumsinya lebih besar dibandingkan dengan
makanan lainya. Makanan khas Kotagede yang dikategorikan sebagai makanan besar yaitu jenang suran atau jenang manggul dan nasi ruwahan.
Jumlah makanan besar yang dikalkulasikan dari 35 makanan tradisional Kotagede adalah 2 jenis yaitu:
a.1 Jenang Suran Merupakan makanan yang berbentuk bubur semiliquid yang terbuat
dari beras putih yang direbus dalam waktu yang lama dengan terus diaduk- aduk untuk memperoleh hasil bubur yang maksimal yaitu butir-butir beras
akan hancur dan lembek, berwarna putih yang diperoleh dari beras putih itu sendiri dan warna lain diperoleh dari pelengkapnya yaitu sayur buncis yang
dimasak kare, kedelai hitam dan lauk pauk yaitu tempe bacem dan ayam goreng. Bubur atau istilah jawa menamakan jenang ini disajikan di dalam
piring agak lebar. Kekhasan dari jenang suran adalah segi penyajianya yaitu semua pelengkapnya ditata di atas bubur, sedangkan sayurnya dimasak kare
sehingga berwarna kuning, kemudian di padukan dengan lauk pauk yang berwarna kecoklatan dengan penataan selang-seling sehingga tampak
menarik. Rasa dari jenang suran ini adalah gurih yang diperoleh dari garam
dan santan yang dicampurkan dalam bubur pada saat perebusan dan juga dari sayur buncis yang dimasak kare dan lauk pauknya yang sajikan bersama-
sama sehingga berasa gurih ketika dimakan bersama-sama. Jenang suran ini bisaanya dibuat pada saat bulan sura sesuai dengan
namanya “suran“. Dalam sejarahnya, makanan ini merupakan jenang kegemaran Pangeran Sinopati. Oleh karena itu, setiap bulan suro masyarakat
Kotagede dihimbau untuk membuatnya. Selain itu juga merupakan suatu bentuk peringatan menyambut bulan suro. Pelestarian kebudayaan tersebut
kemudian dilanjutkan oleh Ki Ageng Mentaok dan Nyi Ageng Mentaok,
yaitu putra panembahan Senopati. Eksistensi jenang suran saat ini sangat jarang bahkan langka, terutama di daerah Kotagede sendiri. Hal tersebut
disebabkan peringatan bulan suro jarang dilakukan. Semua didukung dengan basis keislaman dibawah naungan Muhammadiyah yang sedikit demi sedikit
menggeser ritual-ritual tersebut. Meskipun demikian, masih ada sebagian kecil masyarakat yang melakukan ritual tersebut.
Gambar 3. Jenang Suran
a.2 Nasi Ruwahan Merupakan nasi putih yang dipadukan dengan lauk pauk berupa
jerohan sapi yang disebut asren, sebagai pelengkapnya adalah srundeng, peyek , gereh, tho-tho atau kadang-kadang telur rebus dipotong setengah
lingkaran. Nasi putih yang digunakan untuk nasi ruwahan berasal dari beras putih yang proses pengolahanya direbus lalu di kukus, dan pendampingnya
adalah asren yang terbuat dari jerohan sapi yang dimasak bacem sehingga rasanya manis warnanya coklat selain itu srundeng yang berasal dari kelapa
yang di parut memanjang lalu digoreng, penyajian dari nasi ruwahan ini nasi dibentuk seperti kepalan tangan manusia dibungkus daun pisang dibentuk
takhir, untuk makanan pendampingnya disajikan dalam daun pisang yang disematkan dengan lidi dibentuk seperti suji atau mangkok.
Nasi ruwahan sesuai dengan namanya dibuat pada saat bulan ruwah. Nasi ruwahan ini dibawa ke masjid atau kuburan. Setelah sampai
masjid atau kuburan didoakan yang dipimpin oleh tokoh masyarakat dan akhirnya di makan bersama-sama. Namun penyelenggaraan peringatan bulan
ruwah, khususnya didaerah Kotagede sudah tidak ada lagi. Hal tersebut dikarenakan telah tergeser oleh modernisasi yang sudah mewarnai
masyarakat Kotagede sendiri.
Gambar 4. Nasi Ruwahan dan pelengkapnya
b. Sayuran
Sayuran merupakan makanan pendamping makanan utama yang biasanya cara penyajianya tidak dapat berdiri sendiri. Bahan utama dari
sayuran umumnya berasal dari jenis sayur-sayuran itu sendiri, kacang- kacangan dan buah-buahan yang memungkinkan bisa dibuat menjadi
sayuran. Bentuk penyajian dari sayuran itu sendiri bisa berkuah dan bisa juga
tanpa kuah, sedangkan rasa dari sayur adalah gurih, asam bahkan manis. Sayuran tradisional yang terdapat di Kotagede adalah sayur lodeh, Padamara
dan bence. b.1 Sayur lodeh
Rasa dari sayur tradisional pada umumnya adalah berasa gurih. Sayur lodeh merupakan suatu hidangan yang berkuah sebagai kelengkapan
nasi teknik olah sayur lodeh adalah direbus yaitu semua bahan direbus dengan santan encer yang sudah di beri bumbu sampai semua bahan
memperoleh tekstur lunakempuk terakhir di tuangkan santan kental perbaiki rasa biarkan mendidih lalu disajikan didalam mangkuk bersama kuahnya.
Sayur lodeh atau lodehan khususnya di
daerah Kotagede
bisanya menggunakan bahan baku terong, kacang panjang, daun melinjo so, dan
kulit melinjo, serta santan kental sebagai kuahnya. sayur lodeh ini rasanya gurih. sayur lodehan ini dalam tradisi kekeratonan yogyakarta sering
digunakan sebagai simbol untuk menolak bencana. b.2 Padamara dan bence
Padamara dan bence merupakan sayuran tradisional sejenis sayur lodeh namun terbuat dari kangkung, terung, kedelai hitam yang diberi bumbu
bawang merah, bawang putih, salam, laos kencur dan sunthi sebagai kuahnya menggunakan santan yang tidak begitu kental. Untuk padamara ditambahkan
daging sapi dan bence tanpa menggunakan daging. Namun dari segi
pengolahan sama seperti pembuatan sayur lodeh. Yairu dengan teknik direbus. Penyajian dari sayur padamara dan bence ini adalah ditempatkan
dalam mangkuk karena jenis sayur yang berkuah. Sejarah sayur padamara dan bence dibuat pada saat 3 hari menjelang acara hajatan pernikahan yaitu
pada saat pembuatan atau pemasangan tarub. Sayur ini untuk menarik
tetangga-tetangga dan kerabat dekat untuk datang ke tuan rumah yang akan menyelenggarakan hajatan pernikahan, maka sayur ini dinamakan padamara.
Untuk bence jika semua tetangga atau saudara datang akan
menambah keakraban dan kekeluargaan sehingga jauh dari saling benci. Maka sayur yang satunya dinamakan bence. Penyajian bence dan pada mara
disajikan bersama-sama, untuk padamara dikonsumsi untuk mereka yang menyukai daging atau tidak mengidap penyakit yang pantangan memakan
daging, dan bence karena tidak menggunakan daging biasanya bagi mereka yang pantang untuk mengkonsumsi daging. Sehingga semua masyarakat bisa
makan bersama-sama tanpa pantangan disaat selesai memasang tarub yang sekaligus sebagai ungkapan terimakasih dari tuan rumah.
Gambar 5. Sayur Lodeh
Gambar 6. Padamara Gambar 7. Bence
c. Lauk Pauk Tadisional
Lauk pauk merupakan hidangan pelengkap nasi yang pada umumnya berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan ataupun perpaduan
keduanya yang biasanya dimasak menggunakan teknik olah dan bumbu tertentu. Lauk pauk tradisional yang terdapat di Kotagede adalah :
c.1. Sambel Kerni Sambel kerni merupakan hidangan lauk pauk pelengkap nasi yang
berasal dari daging sapi yang digiling atau dihaluskan kemudian dibumbui dengan bawang putih, bawang merah, cabe keriting, telur, dan garam. Proses
pembuatannya dibentuk bulat kecil- kecil seperti kelereng kemudian disaute menggunakan mentega sampai berwarna kecoklatan. Sambel kerni berwarna
coklat kemerah-merahan karena menggunakan bumbu merah. di daerah Kotagede digunakan sebagai hidangan hajatan misalnya pernikahan, dan
khitanan yaitu sebagai lauk pauk yang melengkapi serangkaian makanan yang disajikan dalam kotak ataupun dalam piring bercekung atau mangkuk
besar untuk prasmanan. Umumnya, Orang Kotagede menyajikan nasi dan pelengkapnya dalam kotak atau besek Kotak dari bambu untuk dibawa
pulang undangan. Keberadaan sambel kerni merupakan bentuk kemajuan perkembangan makanan dari masyarakat kotagede sendiri.
Gambar 8. Sambel Kerni c. 2 Asren
Asren merupakan hidangan jenis lauk- pauk yang berasal dari
jerohan sapi dengan bentuk potongan kotak kecil kemudian dibumbu bacem sehingga berwarna coklat tua dan rasanya manis gurih. Di daerah Kotagede
sendiri, asren digunakan sebagai sesaji pendamping nasi khususnya untuk nasi ruwahan. Selain itu, asren juga digunakan sebagai sesaji pada acara
hajatan pernikahan, selamatan ataupun khitanan yang di padu dengan “ sego golong
“ yaitu nasi yang di bentuk seperti kepalan tangan. Asren disajikan dalam daun pisang yang disematkan dengan lidi dibentuk seperti sudi atau
mangkuk bersama dengan makanan pelengkap lainya.
Gambar 9. Asren
c.3 Tho-tho. Tho-tho merupakan lauk- pauk yang terbuat dari kelapa yang
diparut dibentuk bulat seperti kelereng lalu digoreng. fungsi dari tho-tho seperti asren sebagai pendamping nasi dalam acara hajatan maupun acara-
acara ritual yang lainya. Tho-tho rasanya gurih agak gurih agak manis berwarna coklat tua, disajikan dalam daun pisang yang disematkan dengan
lidi dibentuk seperti sudi atau mangkuk bersama dengan makanan pelengkap lainya. Keberadaan Tho-tho di daerah lain khususnya di wilayah DIY bukan
lah hal yang asing. Hal itu dikarenakan tho-tho selain digunakan pada acara hajatan juga digunakan untuk lauk sehari-hari.
Gambar 10. Tho-tho
c.4. Peyek kedelai dan peyek kacang Peyek merupakan makanan yang bisa digunakan sebagai lauk pauk
dan kudapan. Bagi masyarakat Kotagede jaman dahulu, peyek digunakan sebagai pendamping nasi ruwahan yang dibawa ke masjid pada upacara ritual
ruwahan juga sesaji untuk acara pernikahan khitanan, tahlilan untuk memperingati meninggalnya seseorang digunakan sebagai sesaji dalam
jumlah kecil. Peyek disini digunakan sebagai pelengkap sesaji untuk ritual
Masyarakat Kotagede. Namun untuk saat ini hanya sebagian kecil masyarakat masih menggunakanya sebagai sesaji. Karena sebagian besar
peyek digunakan sebagai lauk ataupun sebagai kudapan. Peyek kedelai dipilih dari kedelai yang berwarna hitam sedangkan untuk peyek kacang
menggunakan kacang tanah. Adapun proses pembuatanya, kacang di belah menjadi 2 bagian
untuk setiap bijinya kemudian dicampur ke dalam adonan peyek lalu
digoreng. peyek mempunyai tekstur yang renyah dengan warna kuning atau coklat muda. Penyajian peyek apabila digunakan dalam sesaji ditempatkan
pada daun pisang yang dibentuk sudi dalam jumlah kecil namun apabila untuk lauk pauk sendiri ditempatkan pada toples untuk menghindari kwalitas
peyek teksturnya tidak renyah lagi.
Gambar 11. Peyek kedelai Gambar 12. Peyek Kacang
d. Minuman
Minuman merupakan salah satu cairan atau air yang berfungsi sebagai pelepas dahaga. Minuman tradisional yang terdapat di Kotagede
adalah:
d.1 Rujak Ceplus Rujak ceplus merupakan minuman yang terdiri dari buah-buahan
yang dipotong kotak-kotak, masyarakat Kotagede menyebutnya “Ting Ceplus
” jawa red yaitu bila dimakan atau digigit buahnya yang telah di potong kotak-kotak kecil ceplus-ceplus sehingga dinamakan rujak ceplus.
Rasa dari rujak ini adalah manis dan cenderung agak pedas. bahan baku rujak ceplus adalah buah mentimun dan pepaya yang setengah masak
dipotong kotak-kotak yang dicampurkan dengan air matang yang sudah dingin dan dibumbu dengan gula jawa, kencur dan cabai yang sebelumnya
dihaluskan terlebih dahulu. Air yang sudah direbus disaring dan bahan yang di potong kotak-kotak dimasukan lalu siap di minum. rujak ceplus ini
berwarna coklat muda yang diperoleh dari gula jawa yang disajikan dalam gelas bersama isiaya. Rujak ceplus sering dikonsumsi pada siang hari
sebagai pelepas dahaga atau minuman penyegar.
Gambar 13. Rujak ceplus
d.2 Semelak Semelak merupakan minuman yang terbuat dari buah pace atau
mengkudu. Bila dilihat dari segi rasa rasanya adalah getir manis, buah mengkudu
dibuat menjadi minuman semelak banyak digunakan sebagai obat terutama bagi penderita darah tingg, karena ada sebagian masyarakat
yang meyakini bahwa mengkudu bisa menurunkan tensi darah pada penderita darah tinggi begitu juga masyarakat Kotagede meyakini hal
tersebut. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa buah mengkudu memiliki banyak khasiat bagi kesehatan meskipun dilihat dari
segi rasa dan bentuk kurang menarik. Semelak
dibuat dari buah mengkudu yang sudah masak lebih bagus lagi yang sudah sampai jatuh ke tanah karena tingkat kematanganbuah
yang maksimal. Proses pengolahan semelak adalah mengkudu dikupas lalu diperas dengan ditambahkan air yang sudah dicampur gula jawa, asem dan
jeruk diaduk-aduk tuangkan dalam gelas siap disajikan. Masyarakat Kotagede bisaanya minum semelak ini pada waktu siang hari kira-kira pukul
1 siang karena selain sebagai pelepas dahaga juga sebagai obat.
Gambar. 14. Semelak
d.3 Setub jambu Setub jambu merupakan minuman yang terbuat dari buah jambu
klutuk atau jambu biji bentuknya seperti manisan jambu biji tetapi berkuah banyak. Proses pengolahanya jambu dikupas dipotong-potong panjang-
panjang direbus dengan gula diberi kayu manis, cengkeh. Setub jambu disajikan dalam gelas bersama potongan-potongan jambunya. Masyarakat
Kotagede membuat setup jambu sebagai minuman pelepas dahaga, dan umumnya disajikan pada waktu siang hari. Setub
jambu sudah banyak dikenal masyarakat luas hal ini terbukti bahwa setub jambu selain sebagai
obat demam berdarah karena mampu meningkatkan hemoglobin darah.
Gambar 15. Setub Jambu
d.4 Wedang Secang Wedang secang merupakan minuman yang terbuat dari rempah-
rempah yang direbus kemudian ditambahkan dengan serbuk kasar pohon secang. Minuman ini berwarna merah syrub rasanya agak pedas karena
menggunakan jahe dan cengkih beraroma rempah-rempah yang paling dominan aroma secang. Setelah mendidih disaring supaya rempah-
rempahnya tidak terbawa saat menikmatinya dan disajikan dalam gelas.
Minuman ini berfungsi sebagai minuman penghangat yang cocok diminum ketika cuaca dingin atau malam hari. Wedang secang ini merupakan
perkembangan minuman yang ada di Kotagede untuk menciptakan minuman hangat. Umumnya, wedang secang digunakan sebagai minuman untuk acara
keluarga, pertemuan-pertemuan tokoh masyarakat juga acara pengajian baik di selenggarakan di masjid maupun salah satu rumah warga.
Gambar 16. Wedang Secang Gambar 17. Bahan wedang Secang
e. Kudapan atau jajanan Tradisional
Kudapan merupakan makanan kecil yang dimakan diluar waktu makan biasanya dihidangkan bersama-sama dengan minuman baik untuk
keperluan sehari-hari atau keperluan khusus. e.1. Legondho dan Legomoro
Legondho dan legomoro merupakan makanan kecil khas Kotagede yang selalu digunakan untuk hajatan terutama pernikahan makanan ini
berfungsi sebagai kudapan maupun sebagai kue untuk hantaran pernikahan. Legondo berasal dari beras ketan yang direbus dengan santan sampai
setengah matang lalu dikukus sampai matang. Legondho dan legomoro
rasanya gurih kenyal dan tidak lengket karena menggunakan santan. Cara penyajianya adalah ketan yang sudah matang setelah dikukus di bulatkan
diberi isi lalu dibungkus dengan daun pisang klutuk yang dibentuk khas legondho dan legomoro yaitu seperti segitiga memanjang. Dikaji dari
sejarahnya, makanan. Legondho yaitu “leganing kondho“ enaknya omongan atau saat memutuskan sesuatu yang telah memenuhi titik terang atau tujuan.
Maka legondho ini disajikan sebagai hidangan. Legondho biasanya berisi pisang raja yang telah dipotong-potong
memanjang dahulu. Sedangkan legomoro sama halnya dengan legondho. Namun, memiliki rasa gurih dan biasanya menggunakan ayam yang telah
dihaluskan atau abon sebagai isinya. Makanan ini dinamakan legomoro karena yang senang atau lega adalah yang mau datang “lego sing pada
moro“. Orang menamakan demikian karena jumlah makanan tersebut hanya bisa dijumpai saat hajatan tertentu, dan bagi mereka yang tidak mau datang
pada acara tersebut dikatakan tidak kebagian rezeki . bentuk makanan ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 18a. Legondho Gambar 18b. Legomoro
e.2 Kipo Merupakan makanan khas Kotagede yang berbentuk kecil-kecil
sebesar ibu jari berwarna hijau yang diperoleh dari pewarna maupun daun pandan betawi dan diisi dengan kelapa yang telah direbus menggunakan gula
merah. Proses pembuatan kipo yaitu tepung ketan campur dengan air pandan betawi dibulatkan lalu diberi isi dipipihkan dan dipanggang sampai matang
merata.kipo ini rasanya manis berwarna hijau empuk sedikit kenyal. Kipo disajikan diatas daun pisang yang dipotong segi panjang ditata dengan arah
yang sama. Makanan ini dinamakan kipo karena bentuknya kecil-kecil. Selain itu, rasa penasaran melihat makanan tersebut dan bertanya “iki opo“
karena sebelumya makanan tersebut belum ada namanya. Sejak itu, makanan kecil-kecil sebesar ibu jari itu dinamakan kipo
Gambar 19a. Kipo Gambar 19b. Kipo
e.3 Yangko Yangko merupakan makanan tradisional Kotagede dari jenis
kudapan yang terbuat dari tepung ketanpada umumnya berbentuk kotak- kotak dan rasanya manis. Sekarang ini, penyajian yangko sudah bervariasi
baik dari bentuk ataupun rasa yaitu tidak hanya berbentuk kotak-kotak saja
tetapi diberi isian seperti kacang hijau, kacang tanah, dan kelapa. Cara pembuatan yangko adalah gula pasir air essen diaduk direbus sampai kental
tepung ketan diberi sedikit air supaya tidak menggumpal dimasukan diaduk sampai kalis lalu dipindahkan ketempat yang datar diratakan dibiarkan
dingin dan mengeras lalu dipotong-potong. Yangko rasanya kenyal dan manis.
Dalam penyajianya yangko dibungkus dengan plastik atau kertas minyak. Setiap biji yangko yang sudah dipotong-potong dibalut dengan gula
tepung yang bertujuan untuk menghindari lengket dan menambah
kemantapan rasa dari yangko tersebut. Pada zaman dahulu masyarakat Kotagede beranggapan bahwa yangko adalah sebagai makanan mewah yaitu
hanya untuk kalangan atau golongan tertentu saja yang bisa menikmatinya. Diistilahkan “golongan priyayi“ masyarakat kecil hanya kadang-kadang bisa
menikmatinya, bahkan harus mengeluarkan uang tidak sedikit untuk bisa membeli makanan tersebut. Selain itu, bila dilihat dari daya simpan maka
yangko akan bertahan kurang lebih satu bulan yaitu tanpa diberi isian.
Masyarakat Kotagede beranggapan bahwa makanan tersebut dsebagai bekal saat pangeran Diponegoro bergerilya.
Gambar 20. Yangko Isi
e.4 Gandos Gandos merupakan makanan dari tepung beras ketan yang proses
pembuatanya adalah tepung beras ketan yang sudah dicampur dengan kelapa diaduk sampai rata diberi rasa sesuai selera, kemudian dipanggang dalam
loyang yang sebelumnya sudah dioles minyak sampai kering. pemanggangan gandos membutuhkan waktu yang agak sedikit lebih lama, hal ini untuk
memperoleh tekstur kenyal dan tidak banyak mengeluarkan minyak setelah mongering gandos dibiarkan sedikit dingin dipotong-potong lalu ditata
masukan plastik atau dialas daun pada setiap potonganya. Gandos digunakan sebagai kudapan atau jajanan saja untuk acara-acara tertentu di Kotagede.
dapat dijumpai di daerah lain dan masyarakat menamakan wingko babat. Jadi bentuk gandos sendiri seperti halnya wingko babat yaitu kenyal
berwarna kuning kecoklatan, dan memiliki rasa yang manis dan gurih.
Gambar 21. Gandos
e. 5 Ukel dan banjar Ukel dan banjar merupakan makanan khas tradisional Kotagede
yang berbentuk seperti angka delapan untuk ukel rasanya manis karena dibesta sebagai finishingnya dengan gula putih sehingga warnanya coklat
keputih-putihan yang diperoleh dari gula yang sudah mongering. Untuk bentuk banjar adalah lingkaran rasanya gurih warna kuning keemasan,.
Banjar dan ukel proses pengolahanya sama, yang membedakan keduanya adalah pembetukan adonan sebelum digoreng dan finishingnya. Ukel dan
banjar terbuat dari putih telur yang dikocok dan ditambah sedikit tepung terigu kemudian digoreng sampai kering. setelah kering ukel maupun banjar
ditiriskan kemudian dibungkus plastik untuk menghindari kwalitas banjar dan ukel tetap renyah sedikit empuk.
Gambar 22. Banjar Gambar 23. Ukel
e.7 Ledre intib Makanan tradisional khas kotagede ini dinamakan ledre intib
karena proses pengolahanya “diledre nganti ngintib“ maksudnya dilebarkan terlebih dahulu kemudian diberi isi dibiarkan sampai keluar kering keluar
keraknya yaitu keluar intibnya. Makanan ini berasal dari tepung beras yang proses pembuatanya yaitu dicampur dengan kelapa sebagai bahan kulitnya
atau itibnya kemudian lebarkan diatas wajan yang terbuat tanah yang sudah dialas dengan daun pisang, dibentuk seperti dadar yang dilipat menjadi 2
kemudian diberi isi pisang kapok yang dipotong-potong dan dipanggang
sampai kering. Rasanya gurih dan manis aroma khas daun pisang karena proses pemanasanya yang masih tradisional. Ledre intib ini hanya digunakan
sebagai kudapan. khas Kotagede.
Gambar 24. Ledre Intib
e.8 Osak-asik Makanan tradisional Kotagede yang terbuat dari ketela pohon yang
disawut dahulu lalu dikukus sampai lunak atau matang. Karena bentuknya tidak beraturan maka disebut osak-asik atau mosak masik maka makanan ini
dinamakan osak-asik. Osak-asik sendiri ada yang rasanya gurih dan manis. Teksturnya empuk aroma khas ketela. Penyajianya setelah ketela yang telah
disawut memanjang masak diambil 3 sendok makan dikumpulkan jadi satu dan diberi kelapa disajikan diatas daun pisang yang sudah dipotong persegi
panjang dan dimasukan plastik untuk menjaga kebersihan dari osak-asik tersebut.
Gambar . 25. Osak asik
e.9 Gompo Merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan, proses
pembuatanya seperti legondho dan legomoro yairu beras ketan yang sudah dicuci direbus dengan santan sampai setengah matang kemudian dikukus
sampai masak setelah itu dibentuk segitiga diberi isi yaitu abon atau ayam yang sudah dihaluskan kemudian dibaluti telur yang sudah dikocok lalu
digoreng sebagai finishingnya. Dari bentuk luarnya seperti perkedel segitiga berwarna kuning kecoklatan. Rasanya gurih dan banyak mengandung
minyak. Gompo digunakan sebagai kudapan untuk acara khusus maupun
hajatan. Keberadaan produksi dari gompo sendiri hanya segelitir masyarakat yang masih tetap memproduksi, itu pun usia dari pembuatnya sudah benar-
benar tua diatas 60 tahunan. Sampai sekarang gompo belum ada yang mampu diproduksi oleh anggota keluarga yang usianya masih muda. Jadi
dilihat dari kenyataan ini keberadaan gompo sendiri ada kemungkinan bisa punah bahkan bisa saja pudar ancamanya generasi berikutnya tidak bisa
menjumpai lagi.
Gambar 26. Gompo
e.10 Kembang waru Kembang waru merupakan cake atau kuetradisional khas kotagede
yang berbentuk seperti bunga waru. Cake atau kue ini sangat tradisional dilihat dari sisi pembuatanya yang masih menggunakan pengaduk tangan
juga composisi bahan yang masih tradisional yaitu penggunaan minyak goreng sebagai lemaknya. Dari sisi rasa juga sangat berbeda apabila
dibandingkan dengan rasa cake continental. Kembang waru ini diadopsi dari jaman penjajah belanda dan ingris yang datang di Indonesia. Karena bangsa
belanda dan Inggris sering mengkonsumsi cake ketika menjajah di Indonesia dan penduduk pribumi tidak bisa mencicipinya maka orang pribumi
membuat cake yang proses pembuatanya sedikit mengadopsi teknik dan resep mereka.
Kembang waru berasal dari telur, tepung terigu dan lemak atau minyak, proses pembuatan kembang waru adalah telur dikocok sampai kaku
tepung terigu dimasukan sedikit-demi sedikit dengan terus diaduk dan lemak atau minyak dimasukan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk. Setelah
tercampur rata dicetak dalam cetakan yang berbentuk kembang waru yang
sebelumnya sudah dioles terlebih dahulu lalu dioven sampai matang berwarna kuning kecoklatan. Rasanya manis dan teksturnya lembut.
Zaman dahulu kue atau cake kembang waru merupakan kudapan termewah untuk hajatan pernikahan karena keberadaan kue yang masih
langka dan harga bahan-bahanya mahal, jadi hanya golongan status ekonomi tertentu yang mampu menikmati atau menghidangkanya.
Gambar 27a. kembang waru Gambar 27b. Kembang waru
e.11 Wajik kletik Merupakan makanan tradisional khas Kotagede yang berasal dari
beras ketan yang telah direbus sampai stengah matang kemudian dimasukan dalam cairan gula merah yang sudah direbus sampai kental diaduk rata
kemudian dicetak bulat dengan dialas daun pisang kemudian dipanggang sampai kering. Rasanya manis berwarna kecoklatan disajikan bersama
dengan daun pisang yang sebelumnya digunakan sebagai alas untuk memanggang. Wajik kletik menurut masyarakat Kotagede diadopsi dari
makanan kraton Surakarta. Makanan ini diyakini sebagai dahare Dalem Irokusuman Solo maka wajik ini bisa masuk Kotagede karena Dalem
Irokusuman pindah ke Benteng kotagede ada sebagian besar masyarakat
Kotagede bekerja sebagai abdi diutus untuk membuatkan makanan tersebut untuk Dalem Irokusuman maka dari itu wajik kletik bisa masuk didaerah
Kotagede.
Gambar 28a. Wajik Kletik Gambar 28b. Wajik Kletik
e.12 Jenang ngangrang Merupakan makanan sejenis jenang yang terbuat dari tepung ketan
yang diberi gula jawa yang telah disisir ditambah dengan jahe dan sere, sehingga warna dari jenang ngangrang tersebut adalah coklat atau merah.
Proses pembuatan jenang nganggrang adalah air direbus telebih dahulu ditambahkan gula, sere dan jahe kemudian tepung ketan diberi sedikit air
dimasukan dan terus diaduk-aduk sampai matang. Jenang ngangrang berbentuk semiliquid dan harus menggunakan cairan untuk menikmatinya.
Masyarakat Kotagede sendiri memadukan jenang nganggrang dengan jenang sungsum. Masyarakat khususnya Kotagede mambuat jenang
ini digunakan sebagai sesaji pada acara hajatan pernikahan, khitanan yang dibuat dalam jumlah kecil. Selain itu jenang ngangrang ini sering dibuat
pada saat acara pelepas lelah yaitu saat pembubaran acara dengan cara dibagikan kepada tetangga yang telah banyak membantu acara hajatan.
Jenang ngangrang ini dimakan dengan dipadu bersama santan gurih.
e.13 Jenang Sumsum Merupakan jenang yang terbuat dari tepung beras yang dimasak
dengan santan yang rasanya gurih. Proses pembuatanya tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan jenang nganggrang yaitu air santan direbus
kemudian tepung beras yang sudah diberi sedikit air dimasukan perlahan- lahan sambil terus diaduk-aduk sampai matang. Penyajianya jenang sumsum
ini adalah jenang sumsum sendiri dipadukan dengan juruh atau air gula untuk mendapatkan rasa jenang yang gurih dan manis, bentuk dari jenang
sungsum ini semiliquid berwarna putih berfungsi seperti jenang ngangrang yaitu sebagai sesaji dan ucapan terimakasih untuk tetangga-tetangga.
e.14 Jenang lobe-lobe Merupakan jenang yang terbuat dari tepung ketela pohon atau kanji.
Dinamakan lobe-lobe karena didalamnya dicampur dengan ubi jalar, nangka, degan yang telah diiris panjang-panjang. Proses pembuatan jenang lobe-lobe
ini adalah tidak berbeda jauh dengan jenang sumsum dan nganggrang, perbedaanya hanya penambahan ubi jalar, nangka dan degan yang diiris
memanjang. Bentuk dari jenang lobe-lobe semiliquid sedikit lentur berwarna coklat muda bening dan isinya sangat jelas karena kanji berwarna
bening ketika mengalami proses pemanasan bersama air.Jenang ini dinamakan lobe-lobe adalah ubi jalarnya yang berbentuk kotak-kotak.
Jenang lobe-lobe ini merupakan perkembangan makanan yang terdapat di Kotagede dan hanya berfungsi sebagai kudapan saja.
Gambar 29. Jenang Nganggrang, Sumsum, Lobe-lobe
e.15 Nagasari Merupakan makanan tradisional yang ada di Yogyakarta.
Masyarakat di Kotagede melambangkan nagasari sebagai “supeket atau kemraket” mempererat persaudaraan antara dua keluarga bisaanya untuk
acara hajatan pernikahan. Ada juga yang berbentuk seperti nogosari namun tidak diberi isi. Makanan ini disebut bantalan. Bantalan ini selalu ada
bersama nagasari yang digunakan untuk acara srah-srahan dari keluarga calon pengantin pria yang diberikan kepada keluarga calon pengantin wanita.
Nagasari berasal dari tepung beras. Proses pembuatanya adalah santan yang sudah diberi pandan direbus
kemudian tepung beras yang sudah dicampurkan dengan sedikit air dituangkan dan terus diaduk-aduk sampai
matang “ tanak “ jawa red. Setelah matang diturunkan dibungkus dengan daun pisang, satu persatu diberi isi kemudian dikukus kurang lebih 30 menit.
Nagasari berwarna putih, teksturnya kenyal rasanya gurih dan manis disajikan dalam bungkusan daun pisang.
Gambar 30. Nagasari
e.16 Bengawan solo Merupakan makanan tradisional pengembangan dari ketela pohon.
Proses pembuatan dari bengawan solo adalah ketela pohon diparut
kemudian dihilangkan air yang mengandung racun dicampurkan lagi. Setelah tercampur diberi gula dan pewarna dibentuk bulat-bulat lalu dikukus
pewarna disini bertujuan untuk menambah daya tarik penyajian biasanya diberi warna hijau dan merah dan disajikan bersapa parutan kelapa diatas
daun atau dibungkus plastik. Bengawan solo teksturnya empuk, rasanya manis mkanan ini dijadikan kudapan saja yaitu sebagai teman minum.
Gambar 31. Bengawan solo
e.17 Enthok-enthok Merupakan makanan yang berasal dari jagung yang telah
ditumbuk terlebih dahulu. Proses pembuatan enthok-enthok ini adalah jagung yang sudah ditumbuk kemudian dicampur dengan kelapa dibentuk
bulat-bulat, dan di kukus. Enthok-enthok ini rasanya gurih, warnanya putih bercak-bercak kuning dan sedikit rapuh teksturnya ketika digigit. Enthok-
enthok disajikan dalam plastik untuk menghindari kontaminasi dengan udara dan serangga. Jagung yang di gunakan untuk enthok-enthok biasanya jagung
tua yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi menjadi bentuk lain, maka masyarakat memanfaatkanya menjadi enthok-enthok. Enthok-enthok sendiri
bisaanya digunakan sebagai makan pagi bisa juga kadang-kadang sebagai bekal untuk bekerja.
Gambar 32. Enthok-enthok
e.18 Jadah manten Merupakan makanan dari ketan yang dibungkus dengan dadar.
Dinamakan jadah manten karena penyajiannya dijapit dengan dua buah bambu yang melambangkan terikatnya dua orang manusia sebagai sepasang
manten yang disimbolkan dari sapit bambu 2 buah yang Dikunci dengan
glonggong batang pepaya sebagai pengunci sapit. Jadah manten berasal dari beras ketan.
Proses pembuatanya adalah beras ketan yang sudah dicuci direbus diaduk-aduk sampai setengah matang kemudian dikukus sampai matang.
Setelah matang ketan dibulatkan diberi isi daging ayam dan dibulatkan lagi. Setelah itu menyiapkan adonan dadar. Adonan dadar terbuat dari tepung
terigu dan telur di goreng dengan sedikit minyak pada wajan dadar yang bulat. Hasil ketan yang sudah dibulatkan dipipihkan dibungkus dengan dadar
dilipat segi empat seperti amplop. Sebagai finising sekaligua penyajian diberi sapit menggunakan bambu yang dialas daun pisang dipotong segi
empat dan dikunci dengan glonggong batang pepaya atau kacang panjang untuk menghindari dadar tetap membungkus ketan didalamnya. Jadah
manten ini berwarna kuning rasanya gurih teksturnya kenyal. Kudapan jadah manten ini sering disajikan sebagai sunguhan hajatan pernikahan atau
hajatan-hajatan lain.
Gambar 33. Jadah Manten
e.19 Kluwo Kluwo merupakan makanan tradisional Kotagede berbentuk seperti
kolak.bahan dasar dari kluwo adalah dari ketela pohon yang telah dipotong kecil-kecil proses pembuatanya adalah ketela yang telah dipotong-potong
direbus dengan santan yang sudah diberi gula jawa sampai masak yaitu tekstur ketela empuk. Kluwo merupakan makanan yang rasanya manis
berwarna coklat muda disajikan dalam mangkuk. Zaman dahulu kluwo dijadikan pelengkap sesaji yang berfungsi sebagai pendamping jenang suran
salah satunya dan berfungsi sebagai makanan penutupnya.
Gambar 34. Kluwo
e.20 Telo bajingan Telo bajingan merupakan kudapan seperti kluwo berwarna coklat
muda kerena menggunakan gula jawa sehingga rasanya manis dan teksturnya empuk, perbedaanya hanya teletak pada pemotongan bahan.
Proses pembuatan telo bajingan persis seperti kluwo. Pada pembuatan kluwo ketela pohon dipotong kecil-kecil sedangkan telo bajingan dibiarkan utuh
sehingga mirip alat untuk memukul maling atau bajingan. Telo bajingan disajikan dalam wadah yang lebar kerena melihat yang bentuknya yang
dibiarkan utuh dan dimakan bersama-sama seluruh anggota keluarga. Keberadaan telo bajingan sangat jarang dibuat apalagi disajikan, karena
dilihat dari bentuknya yang kurang menarik.
Gambar 35. Telo Bajingan
2. Bahan Dasar Makanan Tradisional Kotagede