Persona Tunggal II ﻢﻠﻜﺗ takallama

No . Maskulin Feminin

1. Persona Tunggal

Dual Jamak Tunggal Dual Jamak III ya---u ya-- ā ni ya--ū na ta---u ta-u- ā ni ya--na ‘dia laki- laki’ TM ‘mereka dua laki- laki’ DM ‘mereka laki-laki’ JM ‘dia perempuan’ TF ‘mereka dua perempuan’ DF ‘mereka perempuan’ JF

2. II

ta---u ta-- ā ni ta--ū na ta--ī na ta-- ā ni ta--na ‘kamu laik- laki’ TM ‘kamu dualaki- laki’ DM ‘kalian laki-laki’ JM ‘kamu perempuan’ TF ‘kamu dua perempuan’ DF ‘kalian perempuan’ JF

3. III

a--u - na--u a--u - na--u ‘saya’ TM - ‘kami’ JM ‘saya’ TF - ‘kami’ JF Tabel 2.5 Tabel Prefiks dan Sufiks Verba Imperfect Nur, 2010: 7 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa prefiks verba Imperfect mulai dari persona ketiga adalah prefiks {ya-} untuk maskulin, sedangkan pada persona ketiga untuk feminin verba prefiks adalah {ta-}. tetapi pada persona ketiga feminin Jamak verba Imperfect kembali lagi dengan bentuk prefik {ya-} selanjutnya untuk persona kedua untuk feminin dan maskulin dalam bentuk tunggal, dual dan Jamak bentuk verba prefiks menjadi {ta-}dan untuk persona pertama tunggal menggunakan prefiks{a-} dan untuk pertama Jamak {na-}. Perlu digaris bawahi bahwa dalam prefiks dalam verba Imperfect menunjukkan penanda kala. Selain mengalami perubahan prefiks, verba Imperfect juga mengalami perubahan pada sufifks. Seperti yang kita lihat pada tabel sebelumnya pada verba Universitas Sumatera Utara Imperfect bentuk sufiks {-u} terbentuk pada persona ketiga, kedua, dan pertama dalam maskulin dan feminin dengan jumlah tunggal. Bentuk sufiks {- ā ni} terbentuk pada persona ketiga, kedua, dan pertama dalam maskulin dan feminin dengan jumlah dual. Pada bentuk sufiks {- ū na} terbentuk pada persona kedua dan ketiga maskulin dengan jumlah Jamak. Pada bentuk sufiks {-na} terbentuk pada persona ketiga dan kedua feminin dan maskulin dengan jumlah Jamak. Bentuk sufiks {- ī na} terdapat pada persona kedua tunggal Feminin. dalam verba Imperfect penanda sufiks berfungsi sebagai penanda subjek. Verba Imperative adalah verba perintah yang ditujukan pada persona kedua dan maksud dari verba ini murni untuk perintah. Berikut ini tabel paradigma verba Imperatif ‘imperatif’ yang terdiri dari prefiks dan sufiks ditinjau dari persona, jumlah dan jender. No. Bentuk verba Persona Jumlah Jender Makna dalam bahasa Indonesia 1. uktub ﺐﺘﻛﺍ Tunggal Maskulin ‘tulislah’ kedua 2. uktuba ﺎﺒﺘﻛﺍ Dual ‘tulislah’ dual 3. yuktubu ﺍﻮﺒﺘﻛﺍ Jamak ‘tulislah’ Jamak 4. uktubi ﻰﺒﺘﻛﺍ Kedua Tunggal Feminin ‘tulislah’ 5. uktuba ﺎﺒﺘﻛﺍ Dual ‘tulislah’ dual 6. uktubna ﻦﺒﺘﻛﺍ Jamak ‘tulislah’ Jamak Tabel 2.6 Paradigma Verba Imperative dengan Menggunakan Prefiks dan Sufiks ditinjau dari persona, jumlah, dan jender. Nur, 2010: 8 Tabel tersebut memperlihatkan verba Imperative dalam bahasa Arab berubah secara inflektif berdasarkan urutan konjugasinya sebagai persona, jumlah dan jender menjadi enam pola dengan prefiks dan sufiks. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel berikut ini. Universitas Sumatera Utara No Maskulin Feminin 1. Persona Tunggal Dual Jamak Tunggal Dual Jamak II u-b u- b- ā u-b-ū u-b- ī u-b- ā u-b-na ‘kamu’ ‘kamu dual’ ‘kalian’ ‘kamu’ ‘kamudual ’ ‘kalian’

2.7 Tabel Prefiks dan Sufiks Verba Imperative

Nur, 2010: 8 Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa morfem infleksi pada konjugasi verba Imperative terdiri dari prefiks {u} untuk semua persona tunggal, dual dan Jamak dan semua jender baik maskulin dan feminin. Dan sufiks {ā}, {ū}, {ī}, dan {na} pada persona kedua pada dual Jamak oleh jender maskulin dan persona tunggal, dual, Jamak oleh jender feminin. jadi dapat disimpulkan bahwa dalam verba Imperative terdapat 2 infleksi yaitu: prefiks dan sufiks.

2.3 Penelitian yang Relevan

Jurnal yang berjudul “Fungsi Afiks Inflkesi Penanda Persona, Jumlah Dan Jender dalam Verba Bahasa Arab” Nur, 2010. Penelitian ini mengkaji fungsi afiks infleksi sebagai penanda persona, jumlah, dan jender ditinjau dari perspektif morfologi infleksi dan derivasi. Kajian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode linguistik struktural. Hasilnya menunjukkan ada dua sistem infleksi dalam verba bahasa Arab, yaitu infleksi sufiks dan afiks. Dalam suatu kalimat, infleksi berfungsi menandai hubungan verba dalam subjeknya, baik penanda persona, jumlah, dan jender. Adanya sistem infleksi membuktikan pola kalimat dalam bahasa Arab yang cukup luwes, yaitu kedudukan verba dapat ada sesudah atau sebelum subjek. Selain itu adanya sistem infleksi menunjukkan bahwa bahasa Universitas Sumatera Utara Arab itu bersifat infleksi secara morfologis. Artinya, kata-kata dalam bahasa Arab itu terbentuk dari morfem-morfem yang masing-masing mendukung konsep garamatikal yang berbeda. Infleksi digunakan agar hubungan diantaranya makin jelas. Hasil penelitian ini menjadi referensi utama untuk penggunaan teori afiks infleksi dalam bahasa Arab yang juga digunakan dalam kajian ini. Jurnal yang berjudul Aspek dan Kala dalam Bahasa Arab Rany: 2010. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan tentang aspek dan kala dalam bahasa Arab, Aspek dan Kala merupakan konsep semantik gramatika verba yang berkaitan dengan masalah waktu kebahasaan verba dalam bahasa Arab yang berkaitan dengan verba madi dan verba mudari’. Verba madi mengandung aspek perfektif sekalogus memilki makna kala lampau, sedangkan verba mudari’ mengandung asper imperfektif dan mengandung makna yang sedang berkala kini. Jurnal ini sangat berhubungan dengan penelitian yang ingin diteliti, yakni di dalam jurnal ini membahas tentang aspek dan kala dalam bahasa Arab, sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang pembagian verba bahasa arab berdasarkan kalanya saja. Tesis yang berjudul Proses Morfemis Dalam Bahasa Arab Pratama:2010, yaitu suatu kajian tentang sub sistem morfologi, khususnya mengenai pembentukan kata dari bentuk aslinya menjadi bentuk yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembentukan kata dalam bahasa Arab berdasarkan 7 tujuh proses yang terdapat dalam proses morfemis, yaitu afiksasi, reduplikasi, komposisi, konversi, modifikasi internal, suplesi, dan pemendekan. Juga untuk mendeskripksikan produktivitas proses morfemis dalam Universitas Sumatera Utara bahasa Arab. Kerangka teori yang dipakai didasarkan pada teori Chaer. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses afiksasi yang meliputi prefiks, infiks, sufiks, konfiks serta transfiks ada terdapat dalam bahasa Arab, sedangkan interfiks tidak didapati. Proses komposisi, suplesi, modifikasi internal dan pemendekan ada terdapat dalam bahasa Arab, sedangkan reduplikasi dan konversi tidak didapati. Pembentukan kata dengan cara membolak-balik posisi morfem tetapnya serta dengan cara menukar bunyi sebuah kata dengan bunyi yang lain yang mirip makhrajnya adalah bukti keproduktifitasan bahasa Arab. Tesis ini memberikan kontrubusi sebagai bahan refensi dalam pembentukan kata dalam bahasa Arab dan membahas perubahan bentuk morfem. Tesis yang berjudul “Analisis Kesalahan Terjemahan Bahasa Jepang yang terdapat dalam karya ilmiah Mahasiswa S2 UPI” Muchlisin: 2013. Penelitian bertujuan untuk melihat kesalahan penerjemahan dari bahasa Indonesia kedalam bahasa Jepang yang bersumber dari 9 tesis mahasiswa Jepang, berfokus pada analisis kesalahan sintaksis yang muncul dalam penerjemahan. Berdasarkan hasil pengelolaan data, kesalahan yang muncul terbagi menjadi 4 kategorisasi, 1 kesalahan partikel, 2 kesalahan kata, 3 kesalahan struktur kalimat, 4 kesalahan penerjemahan kalimat secara menyeluruh yang mengakibatkan kegagalan mentransfer maksud bahasa sumber. Dari keempat kategori tersebut terdapat 186 kesalahan yang muncul. Dalam penelitian ini peneliti banyak menemukan kontribusi sebagai rujukan, diantarnya yang pertama yaitu tentang pengkategorian Universitas Sumatera Utara jenis kesalahan, kedua tentang pembelajaran bahasa keduabahasa asing yang mana peneliti juga ingin meneliti bentuk kesalahan dalam bahasa asing yaitu bahasa Arab. Tesis yang berjudul “Analisis Kesalahan Sintaksis Karangan Bahasa Inggris Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris FKIP Uniiversitas HKBP Nommensen Pematang Siantar” Oleh Napitupulu 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan sintaksis yang terdapat da1am karangan mahasiswa, menemukan jenis kesalahan yang paling dominan, menemukan penyebab kesalahan-kesalahan tersebut dan menemukan implikasi kesa1ahan mengarang dalam pemerolehan bahasa. Data dikumpuikan melalui dua buah instrument yaitu karangan bebas dan karangan terikat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Data dianalisis dengan menggunakan taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan dan taksonomi efek komunikatif. Penelitian menjadi bahan masukan atau bahan banding untuk melihat penerapan analisis kesalahan. Berdasarkan kajian relevan yang tertera di atas tidak ditemukan pembahasan tentang kesalahan penggunaan morfem infleksi konjugasi bahasa Arab di pesantren Darul Arafah. Dengan demikian penelitian ini masih layak untuk dilaksanakan.

2.4 Kerangka Kerja Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini menggunakan pendekatan morfologi. Analisis dalam kajian ini menjelaskan bentuk kesalahan penggunaan morfem infleksi konjugasi bahasa Arab . Selanjutnya, bentuk kesalahan tersebut dianalisis Universitas Sumatera Utara menggunakan kajian yang mendukung proses analisis kesalahan dengan model kesalahan taksonomi kesalahan yang selanjutnya akan ditelususri penyabab terjadinya kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab, untuk memberikan gambaran umum mengenai proses penelitian, di bawah ini akan disajikan kerangka kerja teoretis penelitian ini. BENTUK KESALAHAN MORFOFOLOGI ANALISIS KESALAHAN Kala dan Diathesis Taksonomi kesalahan Faktor Penyebab kesalahan ANALISIS DATA TEMUAN Gambar 1. Kerangka Kerja Teoretis Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode yang digunakan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Moloeng 2004:6 penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif kualitatif. penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau berbentuk hitungan lainnya, sekalipun demikian data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif memungkinkan untuk dianalisis melalui data perhitungan Syamsuddin dan Damaianti, 2007:144 Penelitian ini akan melihat bentuk kesalahan berupa data lisan yakni sebuah percakapan sehari-hari yang berisi morfem inflektif. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada pendokumentaasian dan penganalisisan hal-hal yang terjadi secara natural dalam percakapan sehari-hari, Percakapan tersebut akan direkam dan kemudian di analisis. Dan dibantu dengan Penghitungan sederhana terhadap data yang digunakan pada waktu menghitung kesalahan serta persentasenya. Universitas Sumatera Utara 3.2 Lokasi dan waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah di Pesantren Darul Arafah desa Laubakeri Kabupaten Deli serdang Sumatera Utara. Pesantren Darul Arafah sebagai salah satu model pendidikan Islam yang mempertahankan nilai-nilai kemasyarakatan dan keagamaan demi menghasilkan generasi muda Islam yang mampu berperan dalam pembangunan bangsa dan negara. Pesantren Darul Arafah didirikan pada tanggal `17 Agustus 1985 oleh H. Amrullah Naga Lubis yang memiliki jumlah 2500 orang santri dan santriwati yang berasal dari berbagai daerah, seperti Sumatera Utara, Aceh, Riau, Sumatera Barat, dan lain-lain.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan mulai bulan april sampai bulan juni 2014.

3.3 Data dan Sumber data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa percakapan sehari- hari dalam bahasa Arab. terdapat dua jenis sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini diantaranya Data yang diperoleh bersumber dari data primer dan sekunder. 1. Data primer berupa data lisan, yakni: data lisan berupa percakapan bahasa Arab yang berisi kesalahan-kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam berbahasa sehari-hari yang dilakukan oleh santriwati kelas II dan Universitas Sumatera Utara wawancara yang dikumpulkan dalam bentuk daftar pertanyaan mengenai penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab oleh santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah dan faktor penyebab terjadinya kesalahan. 2. Data sekunder yaitu data tulis berupa dokumen yang terdiri dari literatur- literatur yang berkaitan dengan penelitian sebagai tambahan data penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data ini diperoleh dengan instrumen penelitian yaitu peneliti sendiri sebagai instrument utama, dan didukung dengan instrument pembantu menggunakan daftar pertanyaan yang terdiri dari verba Perfect, verba Imperfect, dan verba Imperative yang mencakup persona, jumlah, dan jender serta faktor penyebab terjadinya kesalahan berbahasa pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini dipergunakan metode pengumpulan data dengan metode simak dan metode cakap. Metode simak digunakan untuk memperoleh data lisan. Metode ini memiliki beberapa teknik, yakni teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar digunakan dengan menggunakan teknik sadap, yakni dengan menyadap pembicaraan informan dalam percakapan sehari-hari Sudaryanto, 1993 :133 metode ini sama dengan metode observasi dimana peneliti menyimak penggunaan bahasa siswa tanpa sepengetahuan mereka. Dalam teknik lanjutan digunakan beberapa teknik, yakni 1 teknik rekam dalam merekam pembicaraan informan, dan 2 teknik catat dalam mencatat semua situasi yang ditemukan di lapangan yang mungkin mempengaruhi data dan dapat dibahas dengan lengkap pada hasil temuan. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, metode cakap digunakan untuk memperoleh data sekunder. Metode ini dilakukan untuk memberikan keabsahan data agar data yang diperoleh lebih akurat.

3.5 Teknik Analisis Data

Pada tahap analisis data, metode yang digunakan adalah metode analisis kesalahan. Metode ini merupakan langkah kerja yang biasa digunakan oleh peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan dan pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu Ellis, 1986:296. Data yang diperoleh akan dianalisis sesuai dengan teori Corder, 1981 untuk menganalisis kesalahan yang dilakukan, dan metode agih untuk menganalisis bentuk kesalahan yang dilakukan. Metode agih yaitu metode analisis bahasa yang alat penentunya dari bahasa itu sendiri Sudaryanto, 1993:15. Metode ini menggunakan teknik ganti dan teknik lesap untuk menjelaskan bentuk kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab pada santriwati kelas II yaitu dengan Mengumpulkan kalimat-kalimat yang salah dari percakapan yang dilakukan oleh santriwati kelas II misalnya pada kalimat berikut: ﺖﻧﺍ ﺍﺪﺟ ﺕﺮﻌﺷ sya’urot jiddan anti ‘kamu perasaan kali’, Pada kalimat di atas bentuk kesalahan dapat diidentifikasi menggunakan teknik ganti dengan menggantikan morfem infleksi yang tidak sesuai dengan subjeknya dalam bentuk verba Perfect, menjadi morfem infleksi yang sesuai dengan subjeknya dalam bentuk verba tersebut. Dan untuk teknik lesap dapat Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan melesapkan atau menghilangkan huruf yang ada dalam morfem infleksi, sebagai contoh: ﺔﻛﺮﺸﻟﺍ ﻲﻓ ﻥﺎﺘﻠﻛﺍ akalatāni fi as-syirkah ‘mereka dua perempuan makan di kantin’. Pada kalimat ini huruf na yang terdapat dalam verba akalatāni dilesapkan atau dihilangkan menjadi akalatā. Kemudian bentuk kesalahan dapat diklasifikasi berdasarkan taksonomi Linguistik dalam penggunaan afiks infleksi persona ketiga TF. Selanjutnya dijelaskan frekuensi kesalahan untuk mengetahui persentase jumlah seluruh kesalahan dengan mentabulasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dengan rumus: Frekuensi = x100 keterangan: Jk: Jumlah kesalahan Jsk: Jumlah seluruh kesalahan Kemudian kesalahan yang telah diidentifikasi dengan padanan kalimat yang benar, dan pada data inilah ditelusuri penyebab terjadinya kesalahan dengan menggunakan teori Richards:1985. Misalnya dalam contoh kalimat: ﺖﻧﺍ ﺍﺪﺟ ﺕﺮﻌﺷ sya’urot jiddan anti ‘kamu perasaan kali’, Ditemukan bahwa penggunaan kesalahan kalimat di atas disebabkan karena adanya kesalahan siswa dalam memahami konsep tentang penggunaan morfem infleksi sesuai dengan persona, dan jender yang disebabkan oleh faktor ‘intrabahasa’. Sama halnya dengan contoh pada kalimat selanjutnya yaitu pada verba akalatāni, kesalahan ini terjadi karena adanya faktor ‘intrabahasa’ dari penyemarataan yang berlebihan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari percakapan santriwati kelas II pesantren Darul Arafah tentang kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab yang terdiri dari verba Perfect, Imperfect dan Imperatif yang dibahas dengan persentase data dengan memfokuskan pada analisis data kemudian pengklasifikasian data. Terkait dengan analisis kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab, diketahui bentuk-bentuk kesalahan berbahasa Arab pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah berdasarkan taksonomikategorinya sebagai berikut:

4.1 Kesalahan Berdasarkan Taksonomi Linguistik

Bentuk kesalahan berdasarkan taksonomi linguistik dapat dilihat dari bentuk sebuah kata, kesalahan ini digolongkan pada kesalahan dalam memilih afiks. Kesalahan ini cukup mengganggu jalannya komunikasi berbahasa Arab di Pesantren Darul Arafah khususnya pada santriwati kelas II SMP. Kebiasaan santriwati yang selalu menggunakan morfem infleksi secara tidak tepat masih sering dilakukan namun si lawan bicara masih dapat memahami maksud akan kalimat tersebut, walaupun sudah diketahui terjadi kesalahan. Kebiasaan- kebiasaan seperti ini harus selalu diperhatikan dalam berkomunikasi agar kegiatan berbahasa yang dilakukan bisa berjalan efektif. Adapun jenis kesalahan-kesalahan yang ditemukan dengan penggunaan afiks ini dilihat dari segi waktunya yaitu verba Perfect, Imperfect, dan Imperative. Universitas Sumatera Utara

4.1.1 Kesalahan Penggunaan afiks pada verba Perfect

Kesalahan penggunaan afiks infleksi pada verba Perfect ini terjadi sebanyak 15 buah. Kesalahan ini terjadi karena santriwati masih sulit membedakan antara penggunaan persona ketiga tunggal, dual, dan jamak maskulin, persona kedua tunggal, dual, dan jamak feminin, dan kesalahan penggunaan persona pertama tunggal, dan jamak maskulinfeminin. Contoh kesalahan dapat dilihat pada kalimat berikut ini: 1a ﺖﻧﺍ ﺍﺪﺟ ﺕﺮﻌﺷ sya’urot jiddan anti ‘kamu merasa TF kali’ 1b ﺍﺪﺟ ﺕﺮﻌﺷ sya’urti jiddan ‘kamu merasa TF kali’ Bentuk verba pada kalimat 1a menggunakan persona ketiga TF pada kata ﺕﺮﻌﺷ sya’urot yang seharusnya menggunakan sufiks {-ti} sebagai penanda persona kedua TF sehingga verba itu menjadi ﺕﺮﻌﺷ. sya’urti yang terdapat pada kalimat 1b. 2a ﺹﻼﺧﺎﻧﺍ ﺖﻤﻬﻓ fahimat ana kholas ‘aku sudah faham’ 2b ﺹﻼﺧ ﺖﻤﻬﻓ fahimtu kholas ‘aku sudah faham’ Pada kalimat 2a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi persona ketiga TF pada kata ﺖﻤﻬﻓ fahimat yang seharusnya menggunakan sufiks {-tu} Universitas Sumatera Utara menjadi ﺖﻤﻬﻓ fahimtu pada kalimat 2b sebagai penanda persona pertama tunggal. 3a ﺎﻔﻧﺍ ﻦﻳﺃﺭ roaina anifan ‘kalian berdua melihat tadi’ 3b ﺎﻤﺘﻧﺍ ﺎﻔﻧﺍ ﺎﻤﺘﻳﺃﺭ roaitu mā anifan ‘kalian berdua melihat DF tadi’ Selanjutnya pada kalimat 3a menggunakan afiks infleksi persona kedua DF pada kata ﻦﻳﺃﺭ roaina yang seharusnya menggunakan sufiks {-tumā} sehingga verba itu menjadi ﺎﻤﺘﻳﺃﺭ roaitumā seperti pada kalimat 3b. 4a ؟ﻚﻴﺧﺎﺑ ﺎﻔﻧﺍ ﺙﺪﺤﺗ ﺍﺫﺎﻣ madza tahddas anifan bi akhiki? ‘apa yang kamu bicarakan tadi dengan adik laki-laki kamu?’ 4b ؟ﻚﻴﺧﺎﺑ ﺎﻔﻧﺍ ﺖﺛﺪﺤﺗ ﺍﺫﺎﻣ madza tahddasti anifan bi akhiki? ‘apa yang kamu bicarakan TF tadi dengan adik laki-laki kamu?’ Pada kalimat 4a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi persona persona kedua TF pada kata ﺙﺪﺤﺗ tahaddasa yang seharusnya menggunakan sufiks {-ti} sebagai penanda persona kedua TF menjadi ﺖﺛﺪﺤﺗ tahddasti yang terdapat dalam kalimat 4b. 5a ﺎﻤﺋﺍﺩ ﺮﺧﺄﺗ ﺍﺬﻫ ﻦﺘﻧﺍ antunna hadza ta-akhor da iman ‘kalian selalu terlambat’ 5b ﺎﻤﺋﺍﺩ ﻦﺗﺮﺧﺄﺗ ta-akhortunna da iman ‘kalian selalu terlambat JF’ Universitas Sumatera Utara Kesalahan yang terjadi dalam kalimat 5a adalah penggunaan afiks infleksi persona kedua kedua JF yaitu pada kata ﺮﺧﺄﺗ taakhor yang seharusnya pada kalimat ini menggunakan verba dengan sufiks {-tunna} menjadi ﻦﺗﺮﺧﺄﺗ taakhortunna seperti dalam kalimat 5b sebagai penanda persona kedua JF. 6a ؟ﻦﺤﻧ ﺍﺫﺎﻣ ﻰﻨﻐﺗ taghonna madza nahnu? ‘nyanyi apa kita?’ 6b ؟ ﺎﻨﻴﻨﻐﺗ ﺍﺫﺎﻣ madza taghonnai nā ‘nyanyi apa kita JF?’ Untuk kalimat 6a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi persona pertama yaitu pada kata ﻰﻨﻐﺗ taghonna yang seharusnya ditujukan pada persona pertama jamak menggunakan sufiks {nā} menjadi ﺎﻨﻴﻨﻐﺗ taghonnainā pada kalimat 6b. 7a ﻦﺤﻧ ﻑﻻﺍ ﺔﺴﻤﺧ ﺖﻠﻤﺣ hamaltu khomsatu alafin ‘ kami membawa uang lima ribu’ 7b ﻦﺤﻧ ﻑﻻﺍ ﺔﺴﻤﺧ ﺎﻨﻠﻤﺣ hama nā khomsatu alafin ‘ kami membawa uang lima ribu JF’ 8a ﻦﺤﻧ ﺡﺮﻔﺗ ﺎﻨﻫ ﻦﺤﻧ ﻥﻻ ﺖﺒﺒﺣ hababtu lianna nahnu huna tafroh ‘kami suka karena kami disini senang JF’ 8b ﻦﺤﻧ ﺡﺮﻔﻧ ﺎﻨﻫ ﻥﻻ ﺎﻨﺒﺒﺣ habab nā lianna huna nafroh ‘kami suka karena kami disini senang JF’ Kemudian pada kalimat 7a dan 8a menggunakan afiks infleksi persona pertama pada kata ﺖﻠﻤﺣ hamaltu dan ﺖﺒﺒﺣ hababtu yang seharusnya berubah Universitas Sumatera Utara menjadi ﺎﻨﻠﻤﺣ hamalnā dengan menggunakan sufiks {nā} sebagai penanda persona pertamaJF yang terdapat dalam kalimat 7b dan 8b. 9a ﻦﻫ ﻚﻟﺍﺫ ﻥﺎﺴﻧﺍ ﺕءﺎﺷﺎﻣ ma sya at insan dzalik ‘ terserah mereka orang itu’ 9b ﻦﻫ ﻦﺌﺷﺎﻣ ma syi’na insan dzalik ‘ terserah mereka JF orang itu’ Pada kalimat 9a kesalahan menggunakan penggunaan afiks infleksi persona ketiga TF pada kata ﺕءﺎﺷﺎﻣ mā syā at yang seharusnya menggunakan sufiks {-na} sehingga verba itu menjadi ﻦﺌﺷﺎﻣ ma syi’na dalam kalimat 9b sebagai penanda persona ketiga JF. 10a ؟ﻦﻳﺍ ﻲﻓ ﺔﻠﺴﻟﺍ ﺓﺮﻛ ﺖﺒﻌﻟ ﻝﻭﺭﻮﻧﻭ ﻻﺎﻣ mala wa nurul la’ibat kurroh as-sallata fi ana? ‘Mala dan Nurul bermain basket dimana?’ 10b ؟ﺔﻠﺴﻟﺍ ﺓﺮﻛ ﺎﺘﺒﻌﻟ ﻝﻭﺭﻮﻧﻭ ﻻﺎﻣ ﻦﻳﺍ Aina Mala wa Nurul la’iba tā kurroh as-sallata? ‘Mala dan Nurul bermain basket dimana?’ Kalimat 10a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi persona ketiga TF yaitu pada kata ﺖﺒﻌﻟ la’ibat yang seharusnya ditujukan pada persona ketiga DF dengan menggunakan sufiks {- tā} menjadi ﺎﺘﺒﻌﻟ la’ibatā yang terdapat dalam contoh 10b. 11a ﺫﺎﺘﺳﻻﺎﺑ ﺖﻌﻤﺳ sami’at bi al-ustadz ‘di dengar Ustadz’ 11b ﺫﺎﺘﺳﻻﺎﺑ ﻊﻤﺳ sami’a bi al-ustadz ‘di dengar TM oleh ustadz’ Universitas Sumatera Utara 12a ﻮﻫ ﻰﻣﺎﻣﺍ ﻮﻫ ﺖﻣﺎﻗ qomat huwa amami ‘dia berdiri di depanku’ 12b ﻮﻫ ﻰﻣﺎﻣﺍ ﻡﺎﻗ qoma amami ‘dia berdiri TM di depanku’ 13a ﺎﻫﺭﺎﻤﺧ ﺖﻋﺎﺿ ﺪﻗ qod do’at khimaruha ‘hilang jilbabnya’ 13b ﺎﻫﺭﺎﻤﺧ ﻉﺎﺿ ﺪﻗ qod dhā’a khimaruha ‘jilbabnya TM hilang’ Selanjutnya pada kalimat 11a, 12a, dan 13a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi persona ketiga TF yaitu pada kata ﺖﻌﻤﺳ sami’at, ﺖﻣﺎﻗ qāmat, dan ﺖﻋﺎﺿ dhā’at seharusnya tidak menggunakan sufiks {-t} menjadi ﻊﻤﺳ sami’a, ﻡﺎﻗ. qāma, dan ﻉﺎﺿ dhā’a yang terdapat dalam kalimat 11b, 12b, dan 13b. 14a ﻦﻜﺴﻤﻟﺍ ﻒﻈﻧ ﺓﺫﺎﺘﺳﻻﺍ al-ustadzah nadzofa al-maskana ‘ustadzah telah membersihkan asrama’ 14b ﻦﻜﺴﻤﻟﺍ ﺖﻔﻈﻧ ﺓﺫﺎﺘﺳﻻﺍ al-ustadzah nadzofat al-maskana ‘ustadzah telah membersihkan asrama’ 15a ؟ﻚﻌﻣ ﻢﻠﻜﺗ ﻲﻫ ﺍﺫﺎﻣ madza hiya takallam ma’ki? ‘apa yang dia bicarakan kepadamu?’ 15b ؟ﻚﻌﻣ ﺖﻤﻠﻜﺗ ﻲﻫ ﺍﺫﺎﻣ madza takallamat ma’ki? ‘apa yang dia bicarakan TF kepadamu?’ Universitas Sumatera Utara Sebaliknya pada kalimat 14a dan 15a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi persona ketiga TM pada kata ﻒﻈﻧ nadzzofa, dan ﻢﻠﻜﺗ takallama yang seharusnya menggunakan sufiks {-t} seperti kalimat 14b, dan 15b sebagai penanda persona ketiga TF yang berubah menjadi menjadi ﺖﻔﻈﻧ nadzafat, dan ﺖﻤﻠﻜﺗ takllamat. Kesalahan yang terdapat dalam kalimat di atas akan diklasifikasikan, data kesalahan pada bentuk verba Perfect dapat dilihat pada tabael dibawah ini: Tabel 1 Bentuk Kesalahan verba Perfect No Kesalahan Makna Perbaikan Makna 1. ﺕﺮﻌﺷ sya’urot ‘kamu F merasa’ ﺕﺮﻌﺷ sya’urti ‘kamu F merasa’ 2. ﺖﻤﻬﻓ fahimat ‘dia F faham’ ﺖﻤﻬﻓ fahimtu ‘dia F faham’ 3. ﻦﻳﺃﺭ roaina ‘kamu dua F telah melihat’ ﺎﻤﺘﻳﺃﺭ roaitumā ‘kamu dua F telah melihat’ 4. ﺙﺪﺤﺗ tahddasa ‘kamu F telah berbicara’ ﺖﺛﺪﺤﺗ tahddasti ‘kamu F telah berbicara’ 5. ﺮﺧﺄﺗ taakhoro ‘dia M telah terlambat’ ﻦﺗﺮﺧﺄﺗ taakhortunna ‘dia M telah terlambat’ 6. ﻰﻨﻐﺗ taghonnā ‘kami telahbernyanyi’ ﺎﻨﻴﻨﻐﺗ taghonnainā ‘kami telah bernyanyi’ 7. ﺖﻠﻤﺣ hamaltu ‘kami telah membawa’ ﺎﻨﻠﻤﺣ hamlnā ‘kami telah membawa’ 8. ﺖﺒﺒﺣ hababtu ‘kami suka’ ﺎﻨﺒﺒﺣ hababnā ‘kami suka’ 9. ﺕءﺎﺷﺎﻣ ma syāat ‘dia F serah’ ﻦﺌﺷﺎﻣ mā syi’na ‘dia F serah’ 10. ﺖﺒﻌﻟ la’ibat ‘mereka dua F telah bermain’ ﺖﺒﻌﻟ la’ibatā ‘mereka dua F telah bermain’ 11. ﺖﻌﻤﺳ sami’at ‘dia M telah mendengar’ ﻊﻤﺳ sami’a ‘dia M telah mendengar’ 12. ﺖﻣﺎﻗ qāamat ‘dia M berdiri’ ﻡﺎﻗ qāma ‘dia M berdiri’ 13. ﺖﻋﺎﺿ dhā ‘at ‘itu benda M telah hilang’ ﻉﺎﺿ dhā’a ‘itu benda M telah hilang’ 14. ﻒﻈﻧ nadzzofa ‘dia F telah membersihkan’ ﺖﻔﻈﻧ nadzzofat ‘dia F telah membersihkan’

15. ﻢﻠﻜﺗ takallama

‘dia F telah berbicara’ ﺖﻤﻠﻜﺗ takallamat ‘dia F telah berbicara’ Dari tabel tersebut kesalahan penggunaan morfem infleksi pada verba Perfect berjumlah 15 buah, yang terdiri dari penggunaan sufiks {-t} sebanyak 7 buah terdapat pada nomor 1, 2, 9, 10, 11, 12, dan 13, Kemudian sufiks {-tu} Universitas Sumatera Utara sebanyak 2 buah terdatap pada nomor 7, dan 8, dan selanjtunya sufiks {-na} sebanyak 1 buah hanya terdapat pada nomor 3. Dan pada persona ketiga tunggal maskulin sebanyak 5 buah terdapat pada nomor 4, 5, 6, 14 dan 15.

4.1.2 Kesalahan Penggunaan afiks pada verba Imperfect

Kesalahan penggunaan afiks infleksi pada verba Imperfect terjadi sebanyak 53 kesalahan. Kesalahan ini terjadi karena santriwati masih sulit membedakan antara penggunaan morfem infleksi untuk persona ketiga tunggal, dual, dan jamak maskulin. Kemudian penggunaan persona kedua tunggal, dual, dan jamak feminin. Dan kesalahan penggunaan persona pertama tunggal, dan jamak maskulinfeminin. Contoh kesalahan dapat dilihat pada kalimat dibawah ini: 16a ﻦﻫ ﺔﺳﺭﺪﻤﻟﺍ ﻰﻟﺍ ﻲﺸﻤﻟﺎﺑ ﻦﺒﻫﺬﺗ tadzhabna tamsyi ila al-madrasati ‘mereka pergi berjalan ke sekolah’ 16b ﻦﻫ ﺔﺳﺭﺪﻤﻟﺍ ﻰﻟﺍ ﻲﺸﻤﻟﺎﺑ ﻦﺒﻫﺬﻳ yadzhabna bi al-msyi ila al-madrasati ‘mereka pergi JF berjalan ke sekolah’ Pada kalimat 16a kesalahan yang terdapat dalam data terjadi karena kesalahan penggunaan persona kedua JF pada kata ﻦﺒﻫﺬﺗ tadzhabna yang seharusnya menggunakan persona ketiga JF menggunakan prefiks {ya-} menjadi ﻦﺒﻫﺬﻳ yadzhabna yang terdapat dalam kalimat 16b. 17a ﺮﺧﻻﺍ ﺮﺒﺨﺗ tukhbiru al-akhor ‘kabari yang lain’ Universitas Sumatera Utara 17b ﺮﺧﻻﺍ ﻥﺍﺮﺒﺨﺗ ﺎﻤﺘﻧﺍ antumā tukhbir āni al-akhor ‘kabari TM yang lain’ 18a ؟ﻦﻳﺍ ﻦﻣ ﻊﺟﺮﺗ ﺎﻤﺘﻧﺍ antuma tarji’u min aina? ‘kalian pulang dari mana?’ 18b ؟ﻦﻳﺍ ﻦﻣ ﻥﺎﻌﺟﺮﺗ ﺎﻤﺘﻧﺍ min aina tarji’ āni? ‘kalian pulang TM dari mana?’ 19a ﺎﻔﻧﺍ ﻦﻣ ﺎﻤﺘﻧﺍ ﻂﻘﻓ ﺝﺮﺨﺗ takhruju faqot antuma min anifan ‘kalian berdua keluar saja dari tadi’ 19b ﺎﻔﻧﺍ ﻦﻣ ﺎﻤﺘﻧﺍ ﻂﻘﻓ ﻥﺎﺟﺮﺨﺗ takhrujz āni faqot antuma min anifan ‘kalian berdua DF keluar saja dari tadi’ 20a ؟ﺍﺫﺎﻣ ﻆﻔﺤﺗ ﺎﻤﺘﻧﺍ antuma tahfadzu madza? ‘kalian berdua menghafal apa?’ 20b ؟ﺎﻧﺎﻈﻔﺤﺗ ﺍ ﺫﺎﻣ madza tahfadz āni? ‘kalian berdua DF menghafal apa?’ 21a ﺍﺬﻫ ﺎﻤﺘﻧﺍ ﺎﻤﺋﺍﺩ ﺮﻘﺘﺤﺗ tahtaqiru daiman antuma hadza ‘kalian berdua selalu mengejek’ 21b ﺎﻤﺋﺍﺩ ﻥﺍﺮﻘﺘﺤﺗ tahtaqir āni daiman ‘kalian berdua DF selalu mengejek’ Pada kalimat 17a, 18a, 19a, 20a, dan 21a kesalahan yang terjadi adalah penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TF yaitu pada kata ﺮﺒﺨﺗ tukhbiru, ﻊﺟﺮﺗ tarji’u, ﺝﺮﺨﺗ takhruju, ﻆﻔﺤﺗ tahfadzu, dan ﺮﻘﺘﺤﺗ tahtaqiru Universitas Sumatera Utara yang seharusnya menggunakan sufiks {- ā ni} pada kalimat 17b, 18b, 19b, 20b, dan 21b sebagai penanda persona kedua DF menjadi ﻥﺍﺮﺒﺨﺗ tukhbirāni , ﻥﺎﻌﺟﺮﺗ tarji’āni, ﻥﺎﺟﺮﺨﺗ takhrujāni , ﻥﺎﻈﻔﺤﺗ tahfadzāni, dan ﻥﺍﺮﻘﺘﺤﺗ tahtaqirāni. 22a ﻰﻣﺎﻣﺍ ﻡﻮﻘﺗ ﻢﺘﻧﺍ antum taqumu amami ‘kalian laki-laki berdiri di depan’ 22b ﻰﻣﺎﻣﺍ ﻥﻮﻣﻮﻘﺗ ﻢﺘﻧﺍ antum taqum ūna amami ‘kalian laki-laki berdiri JM di depan’ Selanjutnya pada kalimat 22a kesalahan yang terjadi adalah penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TM pada kata ﻡﻮﻘﺗ taqūmu yang seharusnya menggunakan persona kedua JM dengan penanda sufiks {- ū na} menjadi ﻥﻮﻣﻮﻘﺗ taqūmūna pada kalimat 22b. 23a ﻒﺼﻘﻣ ﻰﻟﺎﺳ ﻚﻟﺍﺫ ﻥﺎﺴﻧﺍ ﻢﻠﻜﺘﺗﻻ la tatakallamu insan dzalik sa ila al-maqsofi ‘mereka perempuan JFtidak blang kalau mau datang kemari’ 23b ﻒﺼﻘﻣ ﻰﻟﺎﺳ ﻥﻮﻤﻠﻜﺘﻳﻻ ﻚﻟﺍﺫ ﻥﺎﺴﻧﺍ insan dzalik la yatakallam ūna ‘mereka perempuan JF tidak blang kalau ﺱmau datang kemari’ Pada kalimat 23a kesalahan yang terjadi yaitu penggunaan afiks infleksi pada persona ketiga TF pada kata ﻢﻠﻜﺘﺗ tatakallamu yang seharusnya menggunakan prefiks {ya-} dan sufiks {-na} pada kalimat 23b sebagai penanda persona ketiga JF menjadi ﻦﻤﻠﻜﺘﻳ. yatakallamna. 24a ﻢﻫ ﻥﺍﻮﻳﺪﻟﺍ ﻰﻟﺍ ﺐﻫﺬﺘﺳ ﻚﻟﺍﺫ ﻥﺎﺴﻧﺍ insan dzalik sa tadzhabu ila ad-dhiwan? ‘mereka perempuan sedang pergi ke kantor’ Universitas Sumatera Utara 24b ﻢﻫ ﻥﺍﻮﻳﺪﻟﺍ ﻰﻟﺍ ﻥﻮﺒﻫﺬﻴﺳ ﻚﻟﺍﺫ ﻥﺎﺴﻧﺍ insan dzalik sa yadzhab ūna ila ad-dhiwan? ‘mereka perempuan sedang pergi JF ke kantor’ Kalimat 24a kesalahan yang digunakan adalah penggunaan afiks infleksi persona ketiga tunggal feminin yaitu pada kata ﺐﻫﺬﺗ tadzhabu yang seharusnya menggunakan prefiks {ya-} dan sufiks {- ū na} sebagai penanda persona ketiga JM menjadi ﻥﻮﺒﻫﺬﻳ yadzhabūna pada kalimat 24b 25a ﺎﻤﺋﺍﺩ ﺱﻮﺳﻮﺗ ﻦﺘﻧﺍ antunna tuwaswisu da aiman ‘kalian perempuan JF selalu mengganggu’ 25b ﺎﻤﺋﺍﺩ ﻦﺳﻮﺳﻮﺗ ﻦﺘﻧﺍ antunna tuwaswisna da aiman ‘kalian perempuan JF selalu mengganggu’ Kalimat 25a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi persona kedua TF pada kata ﺱﻮﺳﻮﺗ tuwaswisu seharusnya menggunakan prefiks {ta-} dan sufiks {-na} sebagai penada persona kedua JF menjadi ﻦﺳﻮﺳﻮﺗ tuwaswisna pada kalimat 25b. 26a ﻦﻫ؟ﻦﻜﺴﻤﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﺲﻨﻜﺗ ﻱﺬﻟﺍ ﻦﻣ man al-ladzi taknusu hadza al-maskan? ‘siapa yang menyapu asrama?’ 26b ﻦﻫ؟ﻦﻜﺴﻤﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﺴﻨﻜﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻦﻣ man al-ladzi yaknusna hadza al-maskan? ‘siapa yang menyapu asrama?’ Kalimat 26a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi pada persona ketiga TF pada kata ﺲﻨﻜﺗ taknusu yang seharusnya menggunakan prefiks {ya-} dan sufiks {-na} sebagai penanda persona ketiga JF menjadi ﻦﺴﻨﻜﻳ.yaknusna pada kalimat 26b. Universitas Sumatera Utara 27a ﻢﻫ ؟ﺬﺗﺎﺳﻻﺍ ﻊﻤﺠﺘﺠﺗ ﻦﻳﺍ aina tajtami’u al-asatidzu? ‘dimana para Ustaz berkumpul JM?’ 27b ﻢﻫ ؟ﺬﺗﺎﺳﻻﺍ ﻥﻮﻌﻤﺠﺘﺠﻳ ﻦﻳﺍ aina yajtami’ ūna al-asatidzu? ‘dimana para Ustaz berkumpul JM?’ Kalimat 27a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi dalam penggunaan persona ketiga TM yaitu pada kata ﻊﻤﺘﺠﻳ yajtami’u yang seharusnya menggunakan sufiks {- ū na} pada kalimat 27b sebagai penanda persona ketiga JM menjadi ﻥﻮﻌﻤﺘﺠﻳ.yajtami’ūna. 28a ﻦﺘﻧﺍ ؟ﻥﻻﺍ ﻞﻐﺸﺗ ﺍﺫﺎﻣ madza tasyghulu antunna al-an? ‘sibuk apa kalian sekarang JF?’ 28b ﻦﺘﻧﺍ ؟ﻥﻻﺍ ﻦﻠﻐﺸﺗ ﺍﺫﺎﻣ madza tasyghulna al-an? ‘sibuk apa kalian sekarang JF?’ 29a ؟ﺔﻘﺑﺎﺴﻣ ﻊﺒﺘﺗ ﻦﺘﻧﺍ antunna tatba’u musabaqoh? ‘kalian perempuan JF ikut lomba?’ 29b ؟ﺔﻘﺑﺎﺴﻣ ﻦﻌﺒﺘﺗ ﻦﺘﻧﺍ antunna tatba’na musabaqoh? ‘kalian perempuan JF ikut lomba?’ Selanjutnya pada kalimat 28a dan 29a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi persona kedua TM yaitu pada kata ﻞﻐﺸﺗ tasyghulu dan ﻊﺒﺘﺗ tatba’u yang seharusnya menggunakan prefiks {ta-} dan sufiks {-na} pada kalimat 28b dan 29b sebagai penanda persona kedua JF menjadi ﻦﻠﻐﺸﺗ tasyghulna dan ﺒﺘﺗ ﻦﻌ tatba’na . Universitas Sumatera Utara 30a ﻦﻫ ﻲﻌﻣ ﻚﻟﺍﺫ ﻥﺎﺴﻧﺍ ﺍﺪﺟ ﻞﻤﻬﺗ tuhmilu jiddan insan dzalik ma’i ‘mereka perempuan JF menyepelkan saya’ 30b ﻦﻫ ﻲﻌﻣ ﻚﻟﺍﺫ ﻥﺎﺴﻧﺍ ﺍﺪﺟ ﻦﻠﻤﻬﻳ yuhmilna jiddan insan dzalik ma’i ‘mereka perempuan JF menyepelkan saya’ Pada kalimat 30a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi pada persona ketiga TF pada kata ﻞﻤﻬﺗ tuhmilu yang seharusnya menggunakan prefiks {ya-} dan sufiks {-na} pada kalimat 30b sebagai penanda persona ketiga JF menjadi ﻦﻠﻤﻬﻳ. yuhmilna. 31a ﻢﻫ ﻞﻄﻳ ﺎﻨﻴﻟﺍ ﻚﻟﺍﺫ ﺏﻼﻁ thullab dzalik yuthillu ilaina ‘merka santri mengintip JM kita’ 31b ﺎﻨﻴﻟﺍ ﻥﻮﻠﻄﻳ ﻢﻫ hum yuthill ūna ilaina ‘mereka santri mengintip JM kita’ Kalimat 31a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi pada persona ketiga TM yaitu pada kata ﻞﻄﻳ yuthillu yang seharusnya menggunakan sufiks {ū na} sebagai penanda persona ketiga JM menjadi ﻥﻮﻠﻄﻳ. yuthillūna pada kalimat 31b. 32a ؟ﻚﻟﺍﺫ ﻥﺎﺴﻧﺍ ﺐﻌﻠﺗ ﻦﻳﺍ aina tal’abu insan dzalik? ‘orang itu perempuan TF bermain dimana?’ 32b ؟ﻚﻟﺍﺫ ﻥﺎﺴﻧﺍ ﻦﺒﻌﻠﻳ ﻦﻳﺍ aina yal’abna insan dzalik? ‘mereka perempuan JF bermain dimana?’ Universitas Sumatera Utara Kesalahan yang terjadi pada kalimat 32a yaitu penggunaan afiks infleksi pada persona ketiga TF pada kata ﺐﻌﻠﺗ tal’abu yang seharusnya menggunakan prefiks {ya-} dan sufiks {-na} yang terdapat pada kalimat 32b sebagai penanda pada persona ketiga JF menjadi ﻦﺒﻌﻠﻳ. yal’abna. 33a ؟ﻲﻌﻣ ﻦﺘﻧﺍ ﻲﺤﺘﺴﺗ tastahi antunna ma’i? ’kalian perempuan malu JF dengan aku?’ 33b ؟ﻲﻌﻣ ﻦﺘﻧﺍ ﻦﻴﺤﺘﺴﺗ tastah īna antunna ma’i? ’kalian perempuan malu JF dengan aku?’ 34a ﺍﺫﺎﻤﻟ ﺮﺧﺄﺘﺗ ﺖﻧﺍ ﺓﺮﻣ ﺓﺮﻣ marroh marroh anti tata akhoru limadza? ‘sekali-kali kamu terlambat kenapa’ 34b ﺍﺫﺎﻤﻟ ﻦﻳﺮﺧﺄﺘﺗ ﺖﻧﺍ ﺓﺮﻣ ﺓﺮﻣ marroh marroh anti tata akhor īna limadza? ‘sekali-kali kamu terlambat kenapa’ Penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TM yaitu pada kata ﻲﺤﺘﺴﺗ tastahī dan ﺮﺧﺄﺘﺗ tata akhoru pada kalimat 33a, dan 34a seharusnya pada kata ini digunakan sufiks {- ī na} pada persona kedua TF menjadi ﻲﺤﺘﺴﺗ tastahīna dan ﺮﺧﺄﺘﺗ tataakhorina dengan perbaikan dalam contoh kalimat 33b, dan 34b. 35a ﻲﻫ ؟ﺪﺠﺴﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻥﺍﺮﻘﻟﺍ ﺃﺮﻘﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻦﻣ man al-ladzi yaqro’u al-qurana fi al-masjid? ‘siapa yang sedang membaca Al-quran di masjid?’ 35b ﻲﻫ ؟ﺪﺠﺴﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻥﺍﺮﻘﻟﺍ ﺃﺮﻘﺗ ﻱﺬﻟﺍ ﻦﻣ man al-ladzi taqro’u al-qurana fi al-masjid? ‘siapa yang sedang membaca Al-quran di masjid?’ Universitas Sumatera Utara 36a ﻲﻫ ؟ﻦﻜﺴﻤﻟﺍ ﺶﺘﻔﻳ ﺓﺩﺎﻋ ﻱﺬﻟﺍ ﻦﻣ man al-ladzi a’datan yu fatisyu al-maskan? ‘siapa yang sedang memeriksa asrama’ 36b ﻲﻫ ؟ﻦﻜﺴﻤﻟﺍ ﺶﺘﻔﺗ ﺓﺩﺎﻋ ﻱﺬﻟﺍ ﻦﻣ man al-ladzi a’datan tu fatisyu al-maskan? ‘siapa yang sedang memeriksa asrama’ 37a ﻦﻤﻛ ﺮﺧﺄﺘﻳ ﺎﻬﺘﻤﻳﺪﺧ khodimatuha ya taakhoru kaman ‘tukang cucinya terlamabat lagi datangnya’ 37b ﻦﻤﻛ ﺮﺧﺄﺘﺗ ﺎﻬﺘﻤﻳﺪﺧ khodimatuha tata-akhoru kaman ‘tukang cucinya terlamabat lagi datangnya’ Kalimat 35a, 36a, dan 37a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi pada persona ketiga TM pada kata ﺃﺮﻘﻳ yaqra-u, ﺶﺘﻔﻳ yufattisyu, dan ﺮﺧﺄﺘﻳ yata-akhoru yang seharusnya menggunakan prefiks {ta-} sebagai penanda persona ketiga TF menjadi ﺃﺮﻘﺗ taqra-u, ﺶﺘﻔﺗ tufattisyu, dan ﺮﺧﺄﺘﺗ tata-akhoru yang terdapat dalam kalimat 35b, 36b, dan 37b. 38a ﻮﻫ ﺔﻛﺮﺑ ﻲﻓ ﺎﻬﻧﻮﺑﺎﺻ ﺪﻌﺑ ﻂﻘﺴﺗ tasqutu ba’din fi birkah ‘nanti sabunnya jatuh ke dalam bak’ 38b ﻮﻫ ﺔﻛﺮﺑ ﻲﻓ ﺎﻬﻧﻮﺑﺎﺻ ﺪﻌﺑ ﻂﻘﺴﻳ yasqutu ba’din fi birkah ‘nanti sabunnya jatuh ke dalam bak’ Kalimat 38a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi pada persona ketiga TF pada kata ﻂﻘﺴﺗ tasquthu yang seharusnya menggunakan prefiks {ya-} sebagai penanda persona ketiga TM menjadi ﻂﻘﺴﻳ yasquthu dalam kaimat 38b. Universitas Sumatera Utara 39a ؟ﺮﺘﺸﺗ ﻦﻳﺍ aina tasytar? ‘dimana kamu beli?’ 39b ؟ﻦﻳﺮﺘﺸﺗ ﻦﻳﺍ aina tasytar īna? ‘dimana kamu beli?’ 40a ؟ﻰﻌﻣ ﺖﻧﺍ ﻒﺨﺗ takhofu anti ma’i? ‘kamu takut dengan saya?’ 40b ؟ﻰﻌﻣ ﺖﻧﺍ ﻦﻴﻓﺎﺨﺗ takhof īna anti ma’i? ‘kamu takut dengan saya?’ 41a ﻢﻌﻧ ﻲﻨﺑﺮﻘﺗ ﺖﻧﺍ anti tuqorribuni na’am ‘kamu mendekati saya ya?’ 41b ﻢﻌﻧ ﻲﻨﻴﺑﺮﻘﺗ ﺖﻧﺍ anti tuqorrib īnani na’am ‘kamu mendekati saya ya?’ 42a ﺎﻬﻠﻤﺤﺗ ﻚﻟﺍﺬﻛ kadzalik tahmiluha ‘begitu lah membawanya’ 42b ﺎﻬﻨﻴﻠﻤﺤﺗ ﻚﻟﺍﺬﻛ kadzalik tahmil īnaha ‘ begitu lah membawanya’ 43a ﻢﺤﺘﺴﺘﺳ ﺖﻧﺍ anti sa tastahimu ‘kamu mau mandi?’ 43b ﻦﻴﻤﺤﺘﺴﺘﺳ ﺖﻧﺍ anti sa tastahim īna ‘kamu mau mandi?’ Universitas Sumatera Utara Bentuk kesalahan yang terjadi dalam kalimat 39a, 40a, 41a, 42a, dan 43a kesalahan yang terjadi adalah penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TM pada kata ﺮﺘﺸﺗ tasytar, ﻑﺎﺨﺗ takhāfu, ﺏﺮﻘﺗ tuqorribu, ﻞﻤﺤﺗ tahmilu, dan ﻢﺤﺘﺴﺗ tastahimmu yang seharusnya menggunakan sufiks {ī na } diakhir kata sebagai penanda persona kedua TF menjadi ﻦﻳﺮﺘﺸﺗ tasytarīna, ﻦﻴﻓﺎﺨﺗ takhāfīna, ﻦﻴﺑﺮﻘﺗ tuqorribīna, ﻦﻴﻠﻤﺤﺗtahmilīna, dan ﻦﻴﻤﺤﺘﺴﺗ tastahimmīna sesuai dengan contoh kalimat 39b, 40b, 41b, 42b, dan 43b. 44a ﻲﻧﺮﻈﻨﺗ ﺖﻧﺍ anti tandzuruni ‘kamu melihat saya?’ 44b ﻲﻨﻳﺮﻈﻨﺗ ﺖﻧﺍ anti tandzur īnani ‘kamu melihat saya?’ 45a ؟ﺪﻳﺮﺗ ﺍﺫﺎﻣ madza turidu? ‘kamu mau apa?’ 45b ؟ﻦﻳﺪﻳﺮﺗ ﺍﺫﺎﻣ madza turid īna? ‘kamu mau apa?’ 46a ﻢﻌﻧ ﺖﻧﺍ ﻂﻘﻓ ﻲﺸﻤﺗ tamsyi faqot anti ‘kamu jalan saja ya?’ 46b ﻢﻌﻧ ﺖﻧﺍ ﻂﻘﻓ ﻦﻴﺸﻤﺗ tamsy īna faqot anti ‘kamu jalan saja ya?’ 47a ﻲﻜﺒﺗ ﺍﺫﺎﻤﻟ ﺖﻧﺍ anti limadza tabki? ‘mengapa kamu menangis?’ Universitas Sumatera Utara 47b ﻦﻴﻜﺒﺗ ﺍﺫﺎﻤﻟ ﺖﻧﺍ anti limadza tabk īna? ‘mengapa kamu menangis?’ 48a ؟ﺐﺘﻜﺗ ﻱﺬﻟﺍ ﺖﻧﺍ anti al-ladzi taktubu? ‘kamu yang menulis?’ 48b ؟ﻦﻴﺒﺘﻜﺗ ﺖﻧﺍ ﻞﻫ hal anti taktub īna? ‘kamu yang menulis?’ Kesalahan pada kalimat 44a, 45a, 46a, 47a, dan 48a adalahi kesalahan penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TM yaitu pada kata ﺮﻈﻨﺗ tandzuru, ﺪﻳﺮﺗ turīdu, ﻲﺸﻤﺗ tamsyī, ﻲﻜﺒﺗ tabkī, dan ﺐﺘﻜﺗ taktubu yang seharusnya menggunakan sufiks {ī na } diakhir kata yang terdapat dalam kalimat 44b, 45b, 46b, 47b, dan 48b sebagai penanda persona kedua TF menjadi ﻦﻳﺮﻈﻨﺗ tandzurīna, ﻦﻳﺪﻳﺮﺗ turīdīna, ﻦﻴﺸﻤﺗ tamsyīna, ﻦﻴﻜﺒﺗ tabkīna, ﻦﻴﺒﺘﻜﺗ taktubīna. 49a ؟ﺫﺎﺘﺳﻻﺍ ﻝﺍﺆﺳ ﺐﻴﺠﺗ ﻒﻴﻛ kaifa tujibu sual al-ustadz? ‘bagaimana kamu menjawab pertanyaan ustadz?’ 49b ؟ﺫﺎﺘﺳﻻﺍ ﻝﺍﺆﺳ ﻦﻴﺒﻴﺠﺗ ﻒﻴﻛ kaifa tujib īna sual al-ustadz? ‘bagaimana kamu menjawab pertanyaan ustadz?’ 50a ﺏﺬﻜﺗ ﺖﻧﺍ anti tukadzibu kamu berbohong?’ 50b ﻦﻴﺑﺬﻜﺗ ﺖﻧﺍ anti tukadzib īna ‘kamu berbohong?’ Universitas Sumatera Utara 51a ﺐﻀﻐﺗ ﺖﻧﺍ anti taghdobu ‘kamu marah?’ 51b ﻦﻴﺒﻀﻐﺗ ﺖﻧﺍ anti taghdob īna ‘kamu marah?’ 52a ﻞﻤﻌﺗ ﻞﺒﻗ ﺮﻜﻓ fakkir qobla ta’malu ‘berfikir, sebelum bertindak’ 52b ﻦﻴﻠﻤﻌﺗ ﻞﺒﻗ ﺮﻜﻓ fakkir qobla ta’mal īna ‘berfikir, sebelum bertindak’ 53a ؟ﺔﻣﺎﻤﻗ ﻰﻣﺮﺗ ﺖﻧﺍ ﻦﻳﺍ aina anti tarmi al-qomamah ‘dimana kamu buang sampah?’ 53b ؟ﺔﻣﺎﻤﻗ ﻦٮﻣﺮﺗ ﺖﻧﺍ ﻦﻳﺍ aina anti tarm īna al-qomamah ‘dimana kamu buang sampah?’ Sama halnya, kesalahan yang terdapat pada Kalimat 49a, 50a, 51a, 52a, dan 53a kesalahan yang terjadi adalah penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TM yaitu pada kata ﺐﻴﺠﺗ tujību, ﺏﺬﻜﺗ tukadzibu, ﺐﻀﻐﺗ taghdobu, ﻞﻤﻌﺗ ta’malu, dan ﻲﻣﺮﺗ tarmī yang seharusnya menggunakan sufiks {ī na } diakhir kata sebagai penanda persona kedua TF menjadi ﻦﻴﺒﻴﺠﺗ tujībīna, ﻦﻴﺑﺬﻜﺗ tukadzibīna, ﻦﻴﺒﻀﻐﺗ taghdobīna, ﻦﻴﻠﻤﻌﺗ ta’malīna, ﻦﻴﻣﺮﺗ tarmīna. 54a ﻲﻨﻣ ﺪﻌﺒﺗ ﺖﻧﺍ anti tub’idu minni ‘kamu menjauhi saya?’ Universitas Sumatera Utara 54b ﻲﻨﻣ ﻦﻳﺪﻌﺒﺗ ﺖﻧﺍ anti tub’id īna minni ‘kamu menjauhi saya?’ 55a ﻲﻧﺮﻣﺄﺗ ﺖﻧﺍ anti ta’muruni ‘kamu menyuruh saya?’ 55b ﻲﻨﻨﻳﺮﻣﺄﺗ ﺖﻧﺍ anti ta’mur īnani ‘kamu menyuruh saya?’ 56a ﺪﺠﺴﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﺲﻌﻨﺗ ﺎﻤﺋﺍﺩ ﺖﻧﺍ anti da iman tan’asu fi al-masjid ‘kamu sering ngantuk di mesjid?’ 56b ﺪﺠﺴﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻦﻴﺴﻌﻨﺗ ﺎﻤﺋﺍﺩ ﺖﻧﺍ anti da iman tan’as īna fi al-masjid ‘kamu sering ngantuk di mesjid?’ 57a ﺎﻫﺪﻋﺎﺴﺗ ﺖﻧﺍ anti tusa’iduha ‘kamu menolongnya?’ 57b ﺎﻬﻨﻳﺪﻋﺎﺴﺗ ﺖﻧﺍ anti tusa’id’ īnaha ‘kamu menolongnya? 58a ﺖﻧﺍ ﺎﻤﺋﺍﺩ ﻊﻄﻘﺗ taqto’u daiman anti ‘kamu selalu memotong barisan’ 58b ﺖﻧﺍ ﺎﻤﺋﺍﺩ ﻦﻴﻌﻄﻘﺗ taqto’ īna daiman anti ‘ kamu selalu memotong barisan’ Selanjutnya, pada kalimat 54a, 55a, 56a, 57a, dan 58a terdapat kesalahan penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TM yaitu pada kata ﺪﻌﺒﺗ tub’idu, ﺮﻣﺄﺗ ta’muru, ﺲﻌﻨﺗ tan’asu, ﺪﻋﺎﺴﺗ tusa’idu, dan ﻊﻄﻘﺗ taqto’u yang Universitas Sumatera Utara seharusnya menggunakan sufiks {ī na } diakhir kata sebagai penanda persona kedua TF menjadi ﻦﻳﺪﻌﺒﺗ tub’idīna, ﻦﻳﺮﻣﺄﺗ ta’murīna, ﻦﻴﺴﻌﻨﺗ tan’asīna, ﻦﻳﺪﻋﺎﺴﺗ tusa’idīna, dan ﻦﻴﻌﻄﻘﺗ taqto’īna. 59a ؟ﻪﻌﻣ ﺖﻧﺍ ﺐﺤﺗ tuhibbu anti ma’ahu? ‘kamu menyukainya?’ 59b ؟ﻪﻌﻣ ﺖﻧﺍ ﻦﻴﺒﺤﺗ tuhib īna anti ma’ahu? ‘kamu menyukainya?’ 60a ﻚﺼﻴﻤﻗ ﻱﻮﻜﺗ ﺖﻧﺍ anti takwi qomishoki ‘kamu meyetrika baju?’ 60b ﻚﺼﻴﻤﻗ ﻦﻳﻮﻜﺗ ﺖﻧﺍ anti takw īna qomishoki kamu meyetrika baju?’ 61a ﺖﻧﺍ ﺎﻨﻫ ﻰﻟﺍ ﻲﺗﺄﺘﺳ ﻢﻠﻜﺘﺗﻻ ﺍﺫﺎﻤﻟ limadza la takallamu sa ta’ti ila huna? ‘kenapa tidak bilang-bilang mau datang kemari?’ 61b ﺖﻧﺍ ﺎﻨﻫ ﻰﻟﺍ ﻲﺗﺄﺘﺳ ﻦﻴﻤﻠﻜﺘﺗﻻ ﺍﺫﺎﻤﻟ limadza la takallam īna sa ta’ti ila huna? ‘kenapa tidak bilang-bilang mau datang kemari?’ 62a ﻻﻭﺍ ﻦﻠﻌﺗ ﺖﻧﺍ ﺪﺑﻻ labudda anti tu’linu awwalan ‘harus kamu informasikan dulu’ 62b ﻻﻭﺍ ﻦﻴﻨﻠﻌﺗ ﺖﻧﺍ ﺪﺑﻻ labudda anti tu’lin īna awwalan ‘harus kamu informasikan dulu’ Universitas Sumatera Utara 63a ﺖﻧﺍ ﺲﻨﺗ ﺪﻌﺑ ba’din tansa anti ‘nanti kamu lupa’ 63b ﺖﻧﺍ ﻦﻴﺴﻨﺗ ﺪﻌﺑ ba’din tansaina anti ‘nanti kamu lupa’ Diikuti dengan kalimat 59a, 60a, 61a, 62a, dan 63a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TM yaitu pada kata ﺐﺤﺗ tuhibbu, ﻱﻮﻜﺗ takwī, ﻢﻠﻜﺘﺗ tatakallamu, ﻦﻠﻌﺗ tu’linu, dan ﺲﻨﺗ tansa seharusnya menggunakan sufiks {ī na} diakhir kata sebagai penanda persona kedua TF menjadi ﻦﻴﺒﺤﺗ tuhibb īna, dan ﻦﻳﻮﻜﺗ takwīna, ﻦﻴﻤﻠﻜﺘﺗ tatakallamīna, ﻦﻴﻨﻠﻌﺗ tu’linīna, dan ﻦﻴﺴﻨﺗ tansaina. 64a ؟ﻑﺮﻌﺗ ﻦﻳﺍ ﻦﻣ min aina ta’rifu? ‘dari mana kamu tahu?’ 64b ؟ﻦﻴﻓﺮﻌﺗ ﻦﻳﺍ ﻦﻣ min aina ta’rif īna? ‘dari mana kamu tahu?’ 65a ؟ﺓﺫﺎﺘﺳﺍ ﺍﺫﺎﻣ ﺦﺒﻄﺗ tatbakhu madza ustadzah? ‘masak apa ustadzah?’ 65b ؟ﺓﺫﺎﺘﺳﺍ ﺍﺫﺎﻣ ﻦﻴﺨﺒﻄﺗ tatbakh īna madza ustadzah? ‘masak apa ustadzah?’ 66a ؟ﺶﻄﻌﺗ ﺖﻧﺍ anti ta’taosyu? ‘kamu haus?’ Universitas Sumatera Utara 66b ؟ﻦﻴﺸﻄﻌﺗ ﺖﻧﺍ anti ta’taosy īna? ‘kamu haus?’ Berikutnya, dalam kalimat 64a, 65a, dan 66a kesalahan yang terjadi adalah penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TM yaitu pada kata ﻑﺮﻌﺗ ta’rifu, ﺦﺒﻄﺗ tathbakhu, dan ﺶﻄﻌﺗ ta’tosyu seharusnya menggunakan sufiks {ī na} diakhir kata sebagai penanda persona kedua TF menjadi ﻦﻴﻓﺮﻌﺗ ta’rifīna, ﻦﻴﺨﺒﻄﺗ tatbakhīna, dan ﻦﻴﺸﻄﻌﺗ ta’tosyīna. 67a ﻞﻴﻟﺍ ﻲﻓ ﺮﻄﻤﻟﺍ ﻝﺰﻨﺗ tanzilu al-mator fi al-lail ‘hujan turun di malam hari’ 67b ﻞﻴﻟﺍ ﻲﻓ ﺮﻄﻤﻟﺍ ﻝﺰﻨﻳ yanzilu al-mator fi al-lail ‘hujan turun di malam hari’ 68a ﻮﻫ ؟ﻚﻟﺍﺫ ﻊﻴﺒﺗ ﻦﻳﺍ aina tabi’u dzalik? ‘dimana dia menjuanya?’ 68b ﻮﻫ ؟ﻚﻟﺍﺫ ﻊﻴﺒﻳ ﻦﻳﺍ aina yabi’u dzalik? ‘dimana dia membelinya?’ Kemudian pada kalimat 67a, dan 68a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi pada persona ketiga TF pada kata ﻝﺰﻨﺗ tanzilu, dan ﻊﻴﺒﺗ tubī’u yang seharusnya menggunakan prefiks {ya-} sebagai penanda persona ketiga TM menjadi ﻝﺰﻨﻳ yanzilu, ﻊﻴﺒﻳ yubī’u. 69a ﺲﻣﻻﺎﺑ ﺮﻀﺤﺗ ﻲﻫ hiya tahduru bil amsi ‘dia hadir kemarin’ Universitas Sumatera Utara 69b ﺲﻣﻻﺎﺑ ﺕﺮﻀﺣ ﻲﻫ hiya hadorot bil amsi ;dia hadir kemarin’ 70a ﻢﺤﺘﺴﺗ ﺪﻗ ﺖﻧﺍ anti qod ta stahimmu ‘kamu sudah mandi?’ 70b ؟ﺖﻤﻤﺤﺘﺳﺍ ﺪﻗ ﺖﻧﺍ anti qod istahmamti? ‘kamu sudah mandi?’ Kesalahan yang terjadi dalam kalimat 69a dan 70a adalah penggunaan prefiks {ta-} dalam bentuk verba Imperfect yang seharusnya digunakan sufiks {-t} dan sufiks {-ti} sebagai penanda kala untuk verba Perfect sepeti contoh kalimat 69b dan 70b. 71a ﻦﺘﻧﺍ ﻦﻤﻨﺗ tanamna antunna ‘tidurlah kalian’ 71b ﻦﺘﻧﺍ ﻦﻤﻧ namna antunna ‘tidurlah kalian’ 72a ﺎﻨﻫ ﻦﻣ ﺖﻧﺍ ﻡﻮﻘﺗ ta qūmu anti min huna ‘berdiri kamu dari sini’ 72b ﺎﻨﻫ ﻦﻣ ﺖﻧﺍ ﻲﻣﻮﻗ qūmī anti min huna ‘berdiri kamu dari sini’ 73a ﺖﻧﺍ ﻻﻭﺍ ﺖﻜﺴﺗ taskutu awwalan anti ‘kamu diam dulu’ Universitas Sumatera Utara 73b ﺖﻧﺍ ﻻﻭﺍ ﻲﺘﻜﺳﺍ uskut ī awwalan anti ‘kamu diam dulu’ 74a ﺖﻧﺍ ﻱﺮﺠﺗ ta jrī anti ‘berlarilah kamu’ 74b ﺖﻧﺍ ﻱﺮﺟﺍ ijr ī anti ‘berlarilah kamu’ Penggunaan prefiks {ta-} pada kalimat 71a, 72a, 73a, dan 74a terjadi dalam bentuk verba Imperfect, yang seharusnya dalam kalimat ini verba yang digunakan adalah verba Imperative dengan menggunakan sufiks {-na} di akhir verba tersebut seperti yang terdapat dalam contoh 71b, dan sufiks {- ī} dalam kalimat 72b, prefiks {u-} dan sufiks {- ī} dalam kalimat 73b, dan 74b berubah seharusnya menggunakan prefiks {i-} dan sufiks {- ī}. Selanjutnya, kesalahan akan diklaifikasikan dalam tabel. Untuk lebih jelasnya, data kesalahan pada bentuk verba Imperfect dapat dilihat pada tabel berikut: No. Verba Makna Perbaikan Makna 1. ﻦﺒﻫﺬﺗ tadzhabna ‘mereka F sedang pergi’ ﻦﺒﻫﺬﻳ yadzhabna ‘mereka F sedang pergi’ 2. ﺮﺒﺨﺗ tukhbir ‘kamu dua F sedang mengabari’ ﻥﺍﺮﺒﺨﺗ tukhbirāni ‘kamu dua F sedang mengabari’ 3. ﻊﺟﺮﺗ tarji’u ‘kamu dua F pulang’ ﻥﺎﻌﺟﺮﺗ tarji’āni ‘kamu dua F pulang’ 4. ﺝﺮﺨﺗ takhruju ‘kamu dua F sedang keluar’ ﻥﺎﺟﺮﺨﺗ takhrujāni ‘kamu dua F sedang keluar’ 5. ﻆﻔﺨﺗ tahfadzu ‘kamu dua F sedang menghafal’ ﻥﺎﻈﻔﺤﺗ tahfadzāni ‘kamu dua F sedang menghafal’ 6. ﺮﻘﺘﺤﺗ tahtaqiru ‘kamu dua F sedang menghina’ ﻥﺍﺮﻘﺘﺤﺗ tahtaqirāni ‘kamu dua F sedang menghina’ Universitas Sumatera Utara 7. ﻡﻮﻘﺗ taqūmu ‘kalian M sedang berdiri’ ﻥﻮﻣﻮﻘﺗ taqūmūna ‘kalian M sedang berdiri’ 8. ﻢﻠﻜﺘﺗ tatakallamu ‘mereka M sedang berbicara’ ﻥﻮﻤﻠﻜﺘﻳ yatakllamna ‘mereka M sedang berbicara’ 9. ﺐﻫﺬﺗ tadzhabu ‘mereka M sedang pergi’ ﻥﻮﺒﻫﺬﻳ yadzhabūna ‘mereka M sedang pergi’ 10. ﺱﻮﺳﻮﺗ tuwaswisu ‘kalian F mengganggu’ ﻦﺳﻮﺳﻮﺗ tuwaswisna ‘kalian F mengganggu’ 11. ﺲﻨﻜﺗ taknusu ‘mereka F sedang menyapu’ ﻦﺴﻨﻜﻳ yaknusna ‘mereka F sedang menyapu’ 12. ﻊﻤﺘﺠﻳ tajtami’u ‘mereka M sedang berkumpul’ ﻥﻮﻌﻤﺘﺠﻳ yajtami’ūna ‘mereka M sedang berkumpul’ 13. ﻞﻐﺸﺗ tasyghulu ‘kalian F sedang sibuk’ ﻦﻠﻐﺸﺗ tasyghulna ‘kalian F sedang sibuk’ 14. ﻊﺒﺘﺗ tatba’u ‘kalian F ikut’ ﻦﻌﺒﺘﺗ tatba’na ‘kalian F ikut’ 15. ﻞﻤﻬﺗ tuhmilu ‘mereka F menyepelekan’ ﻦﻠﻤﻬﻳ yuhmilna ‘mereka F menyepelekan’ 16. ﻞﻄﻳ tuthillu ‘mereka M mengintip’ ﻥﻮﻠﻄﻳ yuthillūna ‘mereka M mengintip’ 17. ﺐﻌﻠﺗ tal’abu ‘mereka F sedang bermain’ ﻦﺒﻌﻠﻳ yal’abna ‘mereka F sedang bermain’ 18. ﻲﺤﺘﺴﺗ tastahī ‘kamu F malu’ ﻦﻴﺤﺘﺴﺗ tastahīna ‘kamu F malu’ 19. ﺮﺧﺄﺘﺗ tata-akhor ‘kamu F terlambat’ ﻦﻳﺮﺧﺄﺘﺗ tataakhorīna ‘kamu F terlambat’ 20. ﺃﺮﻘﻳ yaqrou ‘dia F sedang membaca’ ﺃﺮﻘﺗ taqrou ‘dia F sedang membaca’ 21. ﺶﺘﻔﻳ yufattisyu ‘dia F sedang memeriksa’ ﺶﺘﻔﺘﺗ tufattisyu ‘dia F sedang memeriksa’ 22. ﺮﺧﺄﺘﻳ yataakhor ‘dia F terlambat’ ﺮﺧﺄﺘﺗ tataakhoru ‘dia F terlambat’ 23. ﻂﻘﺴﺗ tasquthu ‘itu benda M jatuh ﻂﻘﺴﻳ yasquthu ‘itu benda M jatuh 24. ﺮﺘﺸﺗ tasytar ‘kamu F sedang membeli’ ﻦﻳﺮﺘﺸﺗ tasytarīna ‘kamu F sedang membeli’ 25. ﻑﺎﺨﺗ takhāfu ‘kamu F takut’ ﻦﻴﻓﺎﺨﺗ takhāfīna ‘kamu F takut’ 26. ﺏﺮﻘﺗ tuqorribu ‘kamu F mendekati’ ﻦﻴﺑﺮﻘﺗ tuqorribīna ‘kamu F mendekati’ 27. ﻞﻤﺤﺗ tahmilu ‘kamu F sedang membawa’ ﻦﻴﻠﻤﺤﺗ tahmilīna ‘kamu F sedang membawa’ 28. ﻢﺤﺘﺴﺗ tastahimmu ‘kamu F sedang mandi’ ﻦﻴﻤﺤﺘﺴﺗ tastahimmīna ‘kamu F sedang mandi’ 29. ﺮﻈﻨﺗ tandzuru ‘kamu F sedang melihat’ ﻦﻳﺮﻈﻨﺗ tandzurīna ‘kamu F sedang melihat’ 30. ﺪﻳﺮﺗ turīdu ‘kamu F ingin’ ﻦﻳﺪﻳﺮﺗ turīdīna ‘kamu F ingin’ 31. ﻲﺸﻤﺗ tamsyī ‘kamu F berjalan’ ﻦﻴﺸﻤﺗ tamsyīna ‘kamu F berjalan’ 32. ﻲﻜﺒﺗ tabkī ‘kamu F sedang menangis’ ﻦﻴﻜﺒﺗ tabkīna ‘kamu F sedang menangis’ 33. ﺐﺘﻜﺗ taktubu ‘kamu F sedang menulis’ ﻦﻴﺒﺘﻜﺗ taktubīna ‘kamu F sedang menulis’ Universitas Sumatera Utara 34. ﺐﻴﺠﺗ tujību ‘kamu F menjawab’ ﻦﻴﺒﻴﺠﺗ tujībīna ‘kamu F menjawab’ 35. ﺏﺬﻜﺗ tukadzibu ‘kamu F berbohong’ ﻦﻴﺑﺬﻜﺗ tukadzibīna ‘kamu F berbohong’ 36. ﺐﻀﻐﺗ taghdobu ‘kamu F marah’ ﻦﻴﺒﻀﻐﺗ taghdobīna ‘kamu F marah’ 37. ﻞﻤﻌﺗ ta’malu ‘kamu F mengerjakan’ ﻦﻴﻠﻤﻌﺗ ta’malīna ‘kamu F mengerjakan’ 38. ﻰﻣﺮﺗ tarmī ‘kamu F sedang membuang’ ﻦﻴﻣﺮﺗ tarmīna ‘kamu F sedang membuang’ 39. ﺪﻌﺒﺗ tub’idu ‘kamu F menjauhi’ ﻦﻳﺪﻌﺒﺗ tub’idīna ‘kamu F menjauhi’ 40. ﺮﻣﺄﺗ ta’mur ‘kamu F menyuruh’ ﻦﻳﺮﻣﺄﺗ ta’murīna ‘kamu F menyuruh’ 41. ﺲﻌﻨﺗ tan’as ‘kamu F mengantuk’ ﻦﻴﺴﻌﻨﺗ tan’asīna ‘kamu F mengantuk’ 42. ﺪﻋﺎﺴﺗ tusa’idu ‘kamu F menolong’ ﻦﻳﺪﻋﺎﺴﺗ tusa’idīna ‘kamu F menolong’ 43. ﻊﻄﻘﺗ taqto’u ‘kamu F memotong’ ﻦﻴﻌﻄﻘﺗ taqto’īna ‘kamu F memotong’ 44. ﺐﺤﺗ tuhibbu ‘kamu F menyukai’ ﻦﻴﺒﺤﺗ tuhibb īna ‘kamu F menyukai’ 45. ﻱﻮﻜﺗ takwī ‘kamu F menyetrika’ ﻦﻳﻮﻜﺗ takwīna ‘kamu F menyetrika’ 46. ﻢﻠﻜﺘﺗ tatakallamu ‘kamu F sedang berbicara’ ﻦﻴﻤﻠﻜﺘﺗ tatakallamīna ‘kamu F sedang berbicara’ 47. ﻦﻠﻌﺗ tu’linu ‘kamu F sedang mengabari’ ﻦﻴﻨﻠﻌﺗ tu’linīna ‘kamu F sedang mengabari’ 48. ﺲﻨﺗ tansa ‘kamu F lupa’ ﻦﻴﺴﻨﺗ tansaina ‘kamu F lupa’ 49. ﻑﺮﻌﺗ ta’rifu ‘kamu F mengetahui’ ﻦﻴﻓﺮﻌﺗ ta’rifīna ‘kamu F mengetahui’ 50. ﺦﺒﻄﺗ tatbakhu ‘kamu F sedang masak’ ﻦﻴﺨﺒﻄﺗ tatbakhīna ‘kamu F sedang masak’ 51. ﺶﻄﻌﺗ ta’tosyu ‘kamu F haus’ ﻦﻴﺸﻄﻌﺗ ta’tosyīna ‘kamu F haus’ 52. ﻝﺰﻨﺗ tanzilu ‘itu M turun ﻝﺰﻨﻳ yanzilu ‘itu M turun 53. ﻊﻴﺒﺗ tubī’u ‘itu M dijual’ ﻊﻴﺒﻳ yubī’u ‘itu M dijual’ 54. ﻢﺤﺘﺴﺗ tastahimmu ‘kamu F sudah mandi’ ﺖﻤﻤﺤﺘﺳﺍ istahmamti ‘kamu F sudah mandi’ 55. ﺮﻀﺤﺗ tahduru ‘dia F sudah hadir’ ﺕﺮﻀﺣ hadorti ‘dia F sudah hadir’ 56. ﻦﻤﻨﺗ tanamna ‘kalian JF tidurlah’ ﻦﻤﻧ namna ‘kalian JF tidurlah’ 57. ﻡﻮﻘﺗtaqūmu ‘kamu F bangunlah’ ﻲﻣﻮﻗ qūmī ‘kamu F bangunlah’ 58. ﺖﻜﺴﺗ taskutu ‘kamu F diamlah’ ﻲﺘﻜﺳﺍ uskutī ‘kamu F diamlah’ 59. ﻱﺮﺠﺗ tajrī ‘kamu F berlarilah’ ﻱﺮﺟﺍ ijrī ‘kamu F berlarilah’ Berdasarkan tabel di atas ditemukan data dalam kesalahan penggunaan morfem infleksi pada verba Imperfect berjumlah 59 buah yang terdiri prefiks {ya- } pada persona ketiga tunggal maskulin sebanyak 3 buah terdapat pada nomor 20, 21, dan 22. Dan sufiks {-u} pada persona kedua tunggal maskulin sebanyak 41 buah terdapat pada nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 12, 16, 13, 14, 18, 19, 24, 25, 26, Universitas Sumatera Utara 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49,dan 50, dan 51. Selanjutnya prefiks dan sufiks 12 buah terdapat pada nomor 1, 8, 9,11, 15, 17, 54, 55, 56, 57, 58, dan 59. Kemudian prefiks {ta-} pada nomor 23, 52, dan 53. Bentuk kesalahan yang didapati pada percakapan ini terdiri dari kesalahan penggunaan persona, jumlah dan jender.

4.1.3 Bentuk kesalahan penggunaan afiks pada verba Imperative

Kesalahan penggunaan afiks infleksi pada verba Imperative yang dilakukan oleh santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah sebanyak 31 buah. kesalahan ini terjadi karena santriwati masih sulit membedakan antara penggunaan morfem infleksi untuk persona kedua pada jumlah tunggal, dual dan jamak pada jender maskulin dan feminin dalam bentuk verba Imperatif dalam menyatakan suatu perintah menyuruh. Contoh kesalahan dapat dilihat pada kalimat berikut: 75a ﻲﻫ ﻊﻤﺴﺗ ﻲﻛ ﺎﻤﻜﺗﻮﺻ ﺮﺒﻛ kabbir sowtakuma kai tasma’a hiya ‘besarkan suara kalian berdua biar dia dengar’ 75b ﻲﻫ ﻊﻤﺴﺗ ﻲﻛ ﺎﻤﻜﺗﻮﺻ ﺍﺮﺒﻛ kabbir ā sowtakuma kai tasma’a hiya ‘besarkan suara kalian berdua biar dia dengar’ 76a ﺎﻤﺘﻧﺍ ﻒﻗ qif antuma ‘kalian berdua, berhenti’ 76b ﺎﻤﺘﻧﺍ ﺎﻔﻴﻗ qif ā antuma ‘kalian berdua, berhenti’ Universitas Sumatera Utara Ditemukan kesalahan pada kalimat 75a, dan 76a adalah kesalahan penggunaan afiks infleksi persona kedua TM yaitu pada kata ﺮﺒﻛ kabbir, dan ﻒﻗ qif yang seharusnya menggunakan sufik{- ā} untuk penanda persona kedua DF menjadi ﺍﺮﺒﻛ kabbirā, dan ﺎﻔﻗ qifā. 77a ﻦﺘﻧﺍ ﻙﺎﻨﻫ ﻰﻟﺍ ﻱﺮﻈﻧﺍ undzur ī ila hunaka ‘kalian lihatlah kesana’ 77b ﻦﺘﻧﺍ ﻙﺎﻨﻫ ﻰﻟﺍ ﻥﺮﻈﻧﺍ undzurna ila hunaka ‘kalian lihatlah kesana’ 78a ﺎﻨﻫ ﻦﻣ ﻦﺘﻧﺍ ﻻﻭﺍ ﻲﻠﻘﺘﻧﺍ intaqil ī awwalan antunna min huna ‘kalian pindah dulu dari sini’ 78b ﺎﻨﻫ ﻦﻣ ﻦﺘﻧﺍ ﻻﻭﺍ ﻦﻠﻘﺘﻧﺍ intaqilna awwalan antunna min huna ‘kalian pindah dulu dari sini’ Pada kalimat 77a, dan 78a kesalahan yang terjadi berupa penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TF yaitu pada kata ﻱﺮﻈﻧﺍ undzurī dan ﻲﻠﻘﺘﻧﺍ intaqilī yang seharusnya menggunakan sufiks {-na} untuk penanda persona kedua JF menjadi ﻥﺮﻈﻧﺍ undzurna dan ﻦﻠﻘﺘﻧﺍ intaqilna. 79a ﻥﺎﺤﺘﻣﻻﺍ ﻲﺗﺄﻴﺳ ﺪﻌﺑ ﻦﺘﻧﺍ ﻱﺪﻬﺘﺟﺍ ijtahidī antunna ba’du saya’ti al-imtihan ‘kalian belajar yang rajin Sebentar lagi ujian’ 79b ﻥﺎﺤﺘﻣﻻﺍ ﻲﺗﺄﻴﺳ ﺪﻌﺑ ﻦﺘﻧﺍ ﻥﺪﻬﺘﺟﺍ ijtahidna antunna ba’du saya’ti al-imtihan ‘kalian belajar yang rajin Sebentar lagi ujian’ Universitas Sumatera Utara 80a ﻙﺎﻨﻫ ﻰﻟﺍ ﻦﺘﻧﺍ ﻲﺸﻣﺍ imsyi antunna ila hunaka ‘kalian berjalan kesana’ 80b ﻙﺎﻨﻫ ﻰﻟﺍ ﻦﺘﻧﺍ ﻦﻴﺸﻣﺍ imsy īna antunna ila hunaka ‘kalian berjalan kesana’ 81a ﻦﺘﻧﺍ ﻦﻤﻛ ﻞﻴﻠﻗ ﻊﺳﻮﺗ tawassa’ qolil kaman antunna ‘kalian geser lagi’ 81b ﻦﺘﻧﺍ ﻦﻤﻛ ﻞﻴﻠﻗ ﻦﻌﺳﻮﺗ tawassa’na qolil kaman antunna ‘kalian geser lagi’ Kalimat 79a, 80a, dan 81a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi persona kedua TM yaitu pada kata ﺪﻬﺘﺟﺍ ijtahid, ﺶﻣﺍ imsyi, dan ﻊﺳﻮﺗ tawassa’ yang seharusnya menggunakan sufiks {-na} menjadi ﻥﺪﻬﺘﺟﺍ ijtahidna, ﻦﻴﺸﻣﺍ imsyina, dan ﻦﻌﺳﻮﺗ tawassa’na . 82a ﻙﺎﻨﻫ ﻰﻟﺍ ﺐﻫﺫﺍ ﻢﺘﻧﺍ antum idzhab ila hunaka ‘kalian laki-laki pergi kesana’ 82b ﻙﺎﻨﻫ ﻰﻟﺍ ﺍﻮﺒﻫﺫﺍ ﻢﺘﻧﺍ antum idzhab ū ila hunaka ‘kalian laki-laki pergi kesana’ Pada kalimat 82a kesalahan yang terjadi yaitu penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TM pada kata ﺐﻫﺫﺍ idzhab yang seharusnya menggunakan sufiks {ū} menjadi ﺍﻮﺒﻫﺫﺍ idzhabūsebagai penanda persona kedua JM. 83a ﺐﻫﺫﺍ ﻉﺮﺳﺍ asri’, idzhab ‘cepat, pergi’ Universitas Sumatera Utara 83b ﺐﻫﺫﺍ ﻲﻋﺮﺳﺍ asri ’ī, idzhab ‘cepat, pergi’ 84a ﻢﻌﻧ ﻰﻌﻣ ﻞﻗ qul ma’i na’am ‘katakan kepadaku ya’ 84b ﻢﻌﻧ ﻰﻌﻣ ﻲﻟﻮﻗ qul ī ma’i na’am ‘katakan kepadaku ya’ 85a ﻲﺘﻔﺸﻨﻣ ﺬﺧ khuz minsayafati ‘ambilkan handukku’ 85b ﻲﺘﻔﺸﻨﻣ ﻱﺫﻮﺧ khuzī minsayafati ‘ambilkan handukku’ 86a ﺄﺿﻮﺗ ﺔﻋﺮﺳ sur’ah tawaddo’ ‘cepat, berwudhu’’ 86b ﻲﺌﺿﻮﺗ ﺔﻋﺮﺳ sur’ah tawaddo’ ī ‘cepat, berwudhu’’ Pada kalimat 83a, 84a, 85a, dan 86a kesalahan yang terjadi adalah penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TM yaitu pada kata ﻉﺮﺳﺍ asri’, ﻞﻗ qul, ﺬﺧ khudz, dan ﺄﺿﻮﺗ tawaddo yang seharusnya menggunakan sufiks {-ī} menjadi ﻲﻋﺮﺳﺍ asri’ī, ﻲﻠﻗ qulī, ﻱﺬﺧ khudzī, dan ﻲﺌﺿﻮﺗ tawaddoī sebagai penanda persona kedua tunggal feminin. 87a ﻻﻭﺍ ﺚﺤﺑﺍ ؟ﺖﻌﺿﻭ ﻦﻳﺍ aina wadho’ti? Ibhas awwalan ‘dimana kamu letakkan? Cari lah dulu’ Universitas Sumatera Utara 87b ﻻﻭﺍ ﻲﺜﺤﺑﺍ ؟ﺖﻌﺿﻭ ﻦﻳﺍ aina wadho’ti? Ibhas ī awwalan ‘dimana kamu letakkan? Cari lah dulu’ Pada kalimat 87a terjadi kesalahan pada penggunaan afiks infleksi persona kedua TM pada kata ﺚﺤﺑﺍ ibhas yang seharusnya menggunakan dan sufiks{- ī} menjadi ﻲﺜﺤﺑﺍ ibhasī sebagai penanda persona kedua TF untuk verba ini. 88a ﻒﺼﻘﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻂﻘﻓ ﻡﺎﻌﻁ ﻱﺍ ﻻﻭﺍ ﺮﻛﺫﺍ udzkur awwalan ayyu to’amin faqot fi al-maqsof ‘coba kamu sebutkan makanan apa saja yang ada dikantin’ 88b ﻒﺼﻘﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻂﻘﻓ ﻡﺎﻌﻁ ﻱﺍ ﻻﻭﺍ ﻱﺮﻛﺫﺍ udzkur ī awwalan ayyu to’amin faqot fi al-maqsof ‘coba kamu sebutkan makanan apa saja yang ada dikantin’ Kemudian pada kalimat 88a kesalahan yang terjadi adalah penggunaan afiks infleksi persona kedua tunggal maskulin pada kata ﺮﻛﺫﺍ udzkur yang seharusnya menggunakan dan sufiks {- ī} menjadi ﻱﺮﻛﺫﺍ udzkurī sebagai penanda persona kedua tunggal feminin. 89a ﺖﻧﺍ ﻂﻘﻓ ﺮﺒﺻﺍ ishbir faqot anti ‘kamu bersabar ya’ 89b ﺖﻧﺍ ﻂﻘﻓ ﻱﺮﺒﺻﺍ ishbir ī faqot anti ‘kamu bersabar ya’ Kalimat 89a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi persona kedua TM pada kata ﺮﺒﺻﺍ ishbir yang seharusnya menambahkan sufiks{-ī} sebagai penanda persona kedua tunggal feminin. Universitas Sumatera Utara 90a ﺍﺪﺣﺍﻭ ﻻﺎﺜﻣ ﺕﺎﻫﺖﻧﺍ hati mitsalan wahidan ‘berikan satu contoh’ 90b ﺍﺪﺣﺍﻭ ﻻﺎﺜﻣ ﻲﺗﺎﻫﺖﻧﺍ hat ī mitsalan wahidan ‘berikan satu contoh’ 91a ﺫﺎﺘﺳﻻﺍ ﻡﺎﻣﺍﺮﻣ ﺖﻧﺍ mur amama al-ustadz ‘berjalanlah di depan ustadz’ 91b ﺫﺎﺘﺳﻻﺍ ﻡﺎﻣﺍ ﻱﺮﻣ ﺖﻧﺍ mur ī amama al-ustadz ‘berjalanlah di depan ustadz’ Pada kalimat 90a dan 91a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi persona kedua TM pada kata ﺕﺎﻫ hāti dan ﺮﻣ mur yang seharusnya menambahkan sufiks{- ī} sebagai penanda persona kedua tunggal feminin menjadi ﺗﺎﻫ ﻲ hātī dan ﺮﻣ murrī. 92a ﺖﻧﺍ ﻻﻭﺍ ﺎﻬﺑﺮﺿﺍ idribha awwalan ‘pukul lah dia’ 92b ﺖﻧﺍ ﻻﻭﺍ ﺎﻬﻴﺑﺮﺿﺍ idrib ī ha awwalan ‘pukul lah dia’ 93a ﺖﻧﺍ ﺏﺎﺑ ﺐﻳﺮﻗ ﺲﻠﺟﺍ ijlis qorib al-baba ‘duduklah di dekat pintu’ 93b ﺖﻧﺍ ﺏﺎﺑ ﺐﻳﺮﻗ ﻲﺴﻠﺟﺍ ijlis ī qorib al- baba ‘duduklah di dekat pintu’ Universitas Sumatera Utara 94a ﺓﺪﻣ ﻚﺴﻣﺍ imsik muddah ‘pegang sebentar’ 94b ﺓﺪﻣ ﻲﻜﺴﻣﺍ imsik ī muddah ‘pegang sebentar’ Pada kalimat 92a, 93a, dan 94a kesalahan yang terjadi adalah penggunaan afiks infleksi pada persona kedua TM pada kata ﺏﺮﺿﺍ idhrib,ﺲﻠﺟﺍ ijlis, dan ﻚﺴﻣﺍ imsik yang seharusnya menggunakan sufiks{-ī} sebagai penanda persona kedua tunggal feminin untuk verba Imperative. 95a ﺖﻧﺍ ﻲﻟﺍ ﻻﻭﺍ ﻦﻴﺑ bayyin awwalan ilayya ‘coba jelaskan kepadaku’ 95b ﺖﻧﺍ ﻲﻟﺍ ﻻﻭﺍ ﻲﻨﻴﺑ bayyin ī awwalan ilayya ‘coba jelaskan kepadaku’ 96a ﻚﻟﺍﺫ ﺺﻴﻤﻗ ﻒﻔﻟ laffif qomish dzalik ‘lipatlah baju itu’ 96b ﻚﻟﺍﺫ ﺺﻴﻤﻗ ﻲﻔﻔﻟ laffif ī qomish dzalik ‘lipatlah baju itu’ 97a ﻲﻫ ﻊﻤﺴﺗ ﻲﻛ ﻚﺗﻮﺻ ﺮﺒﻛ kabbir soutaki kai tasma’a hiya ‘besarkan suaramu, agar dia bisa mendengar’ 97b ﻲﻫ ﻊﻤﺴﺗ ﻲﻛ ﻚﺗﻮﺻ ﻱﺮﺒﻛ kabbirā soutaki kai tasma’a hiya ‘besarkan suaramu, agar dia bisa mendengar’ Universitas Sumatera Utara 98a ﺪﻬﻌﻤﻟﺍ ﻰﻟﺍ ﻊﺟﺮﺗ ﺖﻧﺍ ﻂﻘﻓ ﺮﺧﺄﺗ ta-akhor faqot anti tarji’ ila al-ma’hadi ‘terlamabat saja kamu kembali ke pesantren’ 98b ﺪﻬﻌﻤﻟﺍ ﻰﻟﺍ ﻊﺟﺮﺗ ﺖﻧﺍ ﻂﻘﻓ ﻱﺮﺧﺄﺗ ta-akhor ī faqot anti tarji’ ila al-ma’hadi ‘terlambat saja kamu kembali ke pesantren’ Selanjutnya pada kalimat 95a, 96a, 97a, 98a terjadi kesalahan penggunaan persona kedua tunggal maskulin pada kata ﻦﻴﺑ bayyin, ﻒﻔﻟ laffif, ﺮﺒﻛ kabbir, dan ﺮﺧﺄﺗ ta-akhhor seharusnya menggunakan sufiks{-ī} sebagai penanda persona kedua tunggal feminin. 99a ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﺮﻈﻧﺍ undzur ila al-amami ‘lihatlah kedepan’ 99b ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻱﺮﻈﻧﺍ undzur ī ila al-amami ‘lihatlah kedepan’ 100a ﺍﺮﺧﺍ ﻥﺎﻜﻣ ﻰﻟﺍ ﺖﻧﺍ ﻞﻘﺘﻧﺍ intaqil anti ila makanin akhoro ‘pindalah kamu ketempat lain’ 100b ﺍﺮﺧﺍ ﻥﺎﻜﻣ ﻰﻟﺍ ﺖﻧﺍ ﻲﻠﻘﺘﻧﺍ intaqil ī anti ila makanin akhoro ‘pindalah kamu ketempat lain’ 101a ﻢﻌﻧ ﺖﻧﺍ ﺪﻬﺘﺟﺍ ijtahid anti na’am ‘belajar yang rajin ya’ 101b ﻢﻌﻧ ﺖﻧﺍ ﻱﺪﻬﺘﺟﺍ ijtahid ī anti na’am ‘belajar yang rajin ya’ Universitas Sumatera Utara 102a ﺖﻧﺍ ﺶﻣﺍ imsyi anti i la hunaka ‘jalanlah kamu’ 102b ﺖﻧﺍ ﻲﺸﻣﺍ imsy ī anti i la hunaka ‘jalanlah kamu’ 103a ﺖﻧﺍ ﻞﻴﻠﻗ ﻊﺳﻮﺗ tawassa’ qolil anti ‘geser sedikit lagi’ 103b ﺖﻧﺍ ﻞﻴﻠﻗ ﻲﻌﺳﻮﺗ tawassa’ ī qolil anti ‘geser sedikit lagi’ Kalimat 99a, 100a, 101a, dan 102a, kesalahan yang terjadi adalah penggunaan afiks infleksi persona kedua tunggal maskulin pada kata ﺮﻈﻧﺍ undzur ﻞﻘﺘﻧﺍ intaqil, ﺪﻬﺘﺟﺍ ijtahid, dan ﺶﻣﺍ imsyi yang seharusnya menggunakan sufiks {- ī} sebagai penanda persona kedua tunggal feminin. Kalimat 103a terjadi kesalahan penggunaan afiks infleksi persona kedua tunggal maskulin pada kata ﻊﺳﻮﺗ tawassa’ yang seharusnya menggunakan sufiks {-ī} sebagai penanda persona kedua tunggal feminin. 104a ﻦﺒﻫﺫﺍ ﻢﺘﻧﺍ antum idzhabna ‘kalian laki-laki pergilah’ 104b ﺍﻮﺒﻫﺫﺍ ﻢﺘﻧﺍ antum idzhab ū ‘kalian laki-laki pergilah’ Dan pada kalimat 104a kesalahan yang terjadi adalah penggunaan afiks infleksi persona kedua jamak feminin yaitu pada kata ﻦﺒﻫﺫﺍ idzhabna yang Universitas Sumatera Utara seharusnya menggunakan sufiks {ū} sebagai penanda persona kedua jamak maskulin. Dan untuk verba Imperative pengklasifikasian data dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 3 Bentuk Kesalahan Penggunaan afiks verba Imperative No . Verba Makna Perbaikan Makna 1. ﺮﺒﻛ kabbir ‘besarkan’ DF ﺍﺮﺒﻛ kabbirā ‘besarkan’ DF 2. ﻒﻗ qif ‘berhentilah’ DF ﺎﻔﻴﻗ qīfā ‘berhentilah’ DF 3. ﻱﺮﻈﻧﺍ undzur ‘lihatlah’ JF ﻥﺮﻈﻧﺍ undzurna ‘lihatlah’ JF 4. ﻲﻠﻘﺘﻧﺍ intaqil ‘pindahlah’ JF ﻦﻠﻘﺘﻧﺍ intaqilna ‘pindahlah’ JF 5. ﻯﺪﻬﺘﺟﺍ ijtahidī ‘rajinlah’JF ﻥﺪﻬﺘﺟﺍ ijtahidna ‘rajinlah’JF 6. ﻲﺸﻣﺍ imsyi ‘berjalanlah’ JF ﻦﻴﺸﻣﺍ imsyīna ‘berjalanlah’ JF 7. ﻊﺳﻮﺗ tawassa’ ‘merapatlah’ TF ﻦﻌﺳﻮﺗ tawassa’na ‘merapatlah’ TF 8. ﺐﻫﺫﺍ idzhab ‘pergilah’ TF ﺍﻮﺒﻫﺫﺍ idzhabū ‘pergilah’ TF 9. ﻉﺮﺳﺍ asri’ ‘cepat’ TF ﻲﻋﺮﺳﺍ asri’ī ‘cepat’ TF 10. ﻞﻗ qul ‘katakanlah’ TF ﻲﻟﻮﻗ qulī ‘katakanlah’ TF 11. ﺬﺧ khuz ‘ambillah’ TF ﻱﺬﺧ khuzī ‘ambillah’ TF 12. ﺄﺿﻮﺗ tawaddo’ ‘berwudhulah’ ﻲﺌﺿﻮﺗ tawaddo’ī ‘berwudhulah’ 13. ﺚﺤﺑﺍ ibhas ‘carilah’ TF ﻲﺜﺤﺑﺍ ibhasī ‘carilah’ TF 14. ﺮﻛﺫﺍ udzkur ‘ingatlah’ TF ﻱﺮﻛﺫﺍ udzkurī ‘ingatlah’ TF 15. ﺍ ﺮﺒﺻ ishbir ‘bersabarlah’ TF ﻱﺮﺒﺻﺍ ishbirī ‘bersabarlah’ TF 16. ﺕﺎﻫ hati ‘berikanlah’ TF ﻲﺗﺎﻫ hatī ‘berikanlah’ TF 17. ﺮﻣ murra ‘berjalanlah’ TF ﻱﺮﻣ murī ‘berjalanlah’ TF 18. ﺏﺮﺿﺍ idrib ‘pukullah’ TF ﻲﺑﺮﺿﺍ idribī ‘pukullah’ TF 19. ﺲﻠﺟﺍ ijlis ‘duduklah’ TF ﻲﺴﻠﺟﺍ ijlisī ‘duduklah’ TF 20. ﻚﺴﻣﺍ imsik ‘peganglah’ TF ﻲﻜﺴﻣﺍ imsikī ‘peganglah’ TF 21. ﻦﻴﺑ bayyin ‘jelasknlah’ TF ﻲﻨﻴﺑ bayyinī ‘jelasknlah’ TF 22. ﻒﻔﻟ laffif ‘lipatlah’ TF ﻲﻔﻔﻟ laffifī ‘lipatlah’ TF Universitas Sumatera Utara 23. ﺮﺒﻛ kabbir ‘besarkanlah’ TF ﻱﺮﺒﻛ kabbir ī ‘besarkanlah’ TF 24. ﺮﺧﺄﺗ taakhor ‘lambatkanlah’ TF ﻱﺮﺧﺄﺗ taakhor ī ‘lambatkanlah’ TF 25. ﻞﻘﺘﻧﺍ intaqil ‘pindahlah’ TF ﻲﻠﻘﺘﻧﺍ intaqil ī ‘pindahlah’ TF 26. ﺪﻬﺘﺟﺍ ijtahid ‘bersungguh- sungguhlah’ TF ﻱﺪﻬﺘﺟﺍ ijtahid ī ‘bersungguh- sungguhlah’ TF 27. ﺶﻣﺍ imsyi ‘berjalanlah’ TF ﻲﺸﻣﺍ imsyī ‘berjalanlah’ TF 28. ﻊﺳﻮﺗ tawassa’ ‘rapatkanla’ TF ﻲﻌﺳﻮﺗ tawassa’ī ‘rapatkanla’ TF 29. ﻦﺒﻫﺫﺍ idzhabna ‘pergilah’ JM ﺍﻮﺒﻫﺫﺍ idzhabū ‘pergilah’ JM Dari tabel di atas ditemukan jumlah data dalam kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam verba Imperative berjumlah 29 buah, yang terdiri dari kesalahan pada sufiks {ī} sebanyak 4 buah, kemudian sufiks {-na} 1 buah, dan penggunaan verba pada persona kedua maaskulin sebanyak 24 buah. Selanjutnya, dari hasil penelitian di atas data akan ditabulasi untuk menjelaskan persentase jumlah kesalahan berdasarkan taksonomi linguistik berdasarkan yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Persentase Jumlah Kesalahan berdasarkan Taksonomi linguistik No. JENIS KESALAHAN JUMLAH PERSENTASI

1. Kesalahan pada verba

Dokumen yang terkait

Analisis Kesalahan Penggunaan Morfem Infleksi dalam Konjugasi Bahasa Arab pada Santriwati Kelas II Pesantren Darul Arafah

3 160 16

Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Benda Bantu Bilangan (名量词) Dalam Bahasa Mandarin 印尼学生 “名量词” 偏误分析(Yìnní Xuéshēng “Míng Liàngcí” Piān Wù Fēnxī)

27 118 129

PERAN BAGIAN BAHASA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ARAB SANTRIWATI PONDOK Peran Bagian Bahasa Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Arab Santriwati Pondok Pesantren Islam Ar-Rohmah Kedunggalar Ngawi Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 15

PERAN BAGIAN BAHASA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ARAB SANTRIWATI PONDOK Peran Bagian Bahasa Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Arab Santriwati Pondok Pesantren Islam Ar-Rohmah Kedunggalar Ngawi Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 17

Analisis Kesalahan Penulisan Bahasa Arab (1)

0 2 6

1. Latar Belakang Masalah - Analisis Kesalahan Penggunaan Morfem Infleksi dalam Konjugasi Bahasa Arab pada Santriwati Kelas II Pesantren Darul Arafah

0 1 16

Analisis kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah

1 116 36

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori yang Relevan 2.1.1 Analisis kesalahan - Analisis kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah

0 1 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah

0 0 10

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA SANTRIWATI KELAS II PESANTREN DARUL ARAFAH TESIS

1 1 19