wawancara yang dikumpulkan dalam bentuk daftar pertanyaan mengenai penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab oleh santriwati
kelas II Pesantren Darul Arafah dan faktor penyebab terjadinya kesalahan. 2.
Data sekunder yaitu data tulis berupa dokumen yang terdiri dari literatur- literatur yang berkaitan dengan penelitian sebagai tambahan data
penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data ini diperoleh dengan instrumen penelitian yaitu peneliti sendiri sebagai instrument utama, dan didukung dengan instrument pembantu menggunakan
daftar pertanyaan yang terdiri dari verba Perfect, verba Imperfect, dan verba Imperative yang mencakup persona, jumlah, dan jender serta faktor penyebab
terjadinya kesalahan berbahasa pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini
dipergunakan metode pengumpulan data dengan metode simak dan metode cakap. Metode simak digunakan untuk memperoleh data lisan. Metode ini memiliki
beberapa teknik, yakni teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar digunakan dengan menggunakan teknik sadap, yakni dengan menyadap pembicaraan
informan dalam percakapan sehari-hari Sudaryanto, 1993 :133 metode ini sama dengan metode observasi dimana peneliti menyimak penggunaan bahasa siswa
tanpa sepengetahuan mereka. Dalam teknik lanjutan digunakan beberapa teknik, yakni 1 teknik rekam dalam merekam pembicaraan informan, dan 2 teknik
catat dalam mencatat semua situasi yang ditemukan di lapangan yang mungkin mempengaruhi data dan dapat dibahas dengan lengkap pada hasil temuan.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, metode cakap digunakan untuk memperoleh data sekunder. Metode ini dilakukan untuk memberikan keabsahan data agar data yang diperoleh
lebih akurat.
3.5 Teknik Analisis Data
Pada tahap analisis data, metode yang digunakan adalah metode analisis kesalahan. Metode ini merupakan langkah kerja yang biasa digunakan oleh
peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan dan
pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu Ellis, 1986:296.
Data yang diperoleh akan dianalisis sesuai dengan teori Corder, 1981 untuk menganalisis kesalahan yang dilakukan, dan metode agih untuk
menganalisis bentuk kesalahan yang dilakukan. Metode agih yaitu metode analisis bahasa yang alat penentunya dari bahasa itu sendiri Sudaryanto, 1993:15.
Metode ini menggunakan teknik ganti dan teknik lesap untuk menjelaskan bentuk kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab pada
santriwati kelas II yaitu dengan Mengumpulkan kalimat-kalimat yang salah dari percakapan yang dilakukan oleh santriwati kelas II misalnya pada kalimat berikut:
ﺖﻧﺍ ﺍﺪﺟ ﺕﺮﻌﺷ sya’urot jiddan anti ‘kamu perasaan kali’, Pada kalimat di atas bentuk kesalahan dapat diidentifikasi menggunakan
teknik ganti dengan menggantikan morfem infleksi yang tidak sesuai dengan subjeknya dalam bentuk verba Perfect, menjadi morfem infleksi yang sesuai
dengan subjeknya dalam bentuk verba tersebut. Dan untuk teknik lesap dapat
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan melesapkan atau menghilangkan huruf yang ada dalam morfem infleksi, sebagai contoh:
ﺔﻛﺮﺸﻟﺍ ﻲﻓ ﻥﺎﺘﻠﻛﺍ akalatāni fi as-syirkah ‘mereka dua
perempuan makan di kantin’. Pada kalimat ini huruf na yang terdapat dalam verba
akalatāni dilesapkan atau dihilangkan menjadi akalatā. Kemudian bentuk
kesalahan dapat diklasifikasi berdasarkan taksonomi Linguistik dalam penggunaan afiks infleksi persona ketiga TF. Selanjutnya dijelaskan frekuensi
kesalahan untuk mengetahui persentase jumlah seluruh kesalahan dengan mentabulasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dengan rumus:
Frekuensi = x100
keterangan: Jk: Jumlah kesalahan
Jsk: Jumlah seluruh kesalahan
Kemudian kesalahan yang telah diidentifikasi dengan padanan kalimat yang benar, dan pada data inilah ditelusuri penyebab terjadinya kesalahan dengan
menggunakan teori Richards:1985. Misalnya dalam contoh kalimat: ﺖﻧﺍ ﺍﺪﺟ ﺕﺮﻌﺷ sya’urot jiddan anti ‘kamu perasaan kali’,
Ditemukan bahwa penggunaan kesalahan kalimat di atas disebabkan karena adanya kesalahan siswa dalam memahami konsep tentang penggunaan
morfem infleksi sesuai dengan persona, dan jender yang disebabkan oleh faktor ‘intrabahasa’. Sama halnya dengan contoh pada kalimat selanjutnya yaitu pada
verba
akalatāni, kesalahan ini terjadi karena adanya faktor ‘intrabahasa’ dari
penyemarataan yang berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari percakapan santriwati kelas II pesantren Darul Arafah tentang kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam
konjugasi bahasa Arab yang terdiri dari verba Perfect, Imperfect dan Imperatif yang dibahas dengan persentase data dengan memfokuskan pada analisis data
kemudian pengklasifikasian data. Terkait dengan analisis kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam
konjugasi bahasa Arab, diketahui bentuk-bentuk kesalahan berbahasa Arab pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah berdasarkan taksonomikategorinya
sebagai berikut:
4.1 Kesalahan Berdasarkan Taksonomi Linguistik
Bentuk kesalahan berdasarkan taksonomi linguistik dapat dilihat dari bentuk sebuah kata, kesalahan ini digolongkan pada kesalahan dalam memilih
afiks. Kesalahan ini cukup mengganggu jalannya komunikasi berbahasa Arab di Pesantren Darul Arafah khususnya pada santriwati kelas II SMP. Kebiasaan
santriwati yang selalu menggunakan morfem infleksi secara tidak tepat masih sering dilakukan namun si lawan bicara masih dapat memahami maksud akan
kalimat tersebut, walaupun sudah diketahui terjadi kesalahan. Kebiasaan- kebiasaan seperti ini harus selalu diperhatikan dalam berkomunikasi agar kegiatan
berbahasa yang dilakukan bisa berjalan efektif. Adapun jenis kesalahan-kesalahan yang ditemukan dengan penggunaan afiks ini dilihat dari segi waktunya yaitu
verba Perfect, Imperfect, dan Imperative.
Universitas Sumatera Utara