Sedangkan menurut Yule 1985:76, terdapat dua kategori morfem terikat, yaitu derivational morphemes dan inflectional morphemes.
a. Derivational Morpheme Derivational Morpheme adalah morfem yang membentuk kata – kata baru
dan sering digunakan untuk membentuk kata-kata dengan kategori gramatikal yang berbeda dari stem-nya, misalnya penambahan morfem –ly pada kata sifat
careful akan mengubahnya menjadi kata keterangan carefully. Dalam bahasa arab misalnya kata kataba
ﺐﺘﻛ ‘menulis’ verba kitabun ﺏﺎﺘﻛ ‘buku’ nomina
b. Inflectional Morpheme Inflectional morpheme ini digunakan untuk menunjukkan kata yang
bersifat jamak atau tunggal dan tidak mengubah kelas kata. Contohnya, morfem infleksi –s pada kata books menunjukkan kata benda jamak. Dalam
bahasa arab contohnya: muslimun
ﻢﻠﺴﻣ ‘satu orang muslim’ muslimāni ﻥﺎﻤﻠﺴﻣ ‘dua orang muslim’
muslimūna ﻥﻮﻤﻠﺴﻣ ‘beberapa orang muslim’
2.2.1 Morfem Infleksi
Istilah Fleksi flexion dalam bahasa inggris atau “Infleksi” inflexion berarti semua perubahan paradigmatis yang dihasilkan dengan proses morfemis
mana pun, boleh dengan afiksasi, boleh dengan modifikasi intern Verhaar:1976:69. Ciri infleksi ialah bahwa bentukan infleksi itu tergolong dalam
kategori kata yang sama dengan morfem dasarnya; kedua, bahwa kontruksi infleksi mempunyai distribusi yang sama dengan morfem dasarnya. Contoh dalam
Universitas Sumatera Utara
bahasa Indonesia: tulis, tulisi, tuliskan, ditulisi, dituliskan, menulisi, menuliskan, tertulis, tertuliskan, semuanya tergolong kategori verba.
Telah diketahui dalam bahasa-bahasa fleksi, seperti bahasa Arab, Latin, dan bahasa Italia, ada pembentukan kata secara inflektif dan derivatif. Dalam
pembentukan kata inflektif identitas leksikal kata yang dihasilkan sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya. Jadi pembentukan kata Inggris dari dasar write
menjadi writes adalah pembentukan kata inflektif, karena baik write maupun writes adalah sama-sama verba Chaer, 2007:37
Infleksi menurut Bauer 1988:73 adalah proses morfologis yang menyebabkan terbentuknya berbagai bentukan, tetapi bentukan itu tidak berakibat
pada perubahan kelas kata atau tetap pada kelas kata yang sama. Pendapat yang lain mengatakan Inflection adalah proses pembentukan kata dengan cara
menambahkan imbuhan tetapi tidak mengubah kelas kata pada bentukan kata yang baru tersebut Katamba, 1993: 47.
2.2.2 Proses infleksi dalam konjugasi bahasa Arab
Proses morfologi infleksi dalam bahasa-bahasa dunia dikenal dalam konjugasi dan deklinasi Verhaar, 1999:121-126. Konjugasi adalah alternasi
infleksi pada verba dan deklinasi adalah alternasi pada nomina dan adjektiva. Konjugasi mencakup 1 kala, 2 aspek, 3 modus, 4 diathesis, persona:
jumlah dan jender. kemudian Chaer 2007:258 menjelaskan perbedaan antara
kala, aspek, modus dan dhiatesis.
Kala adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman yang disebutkan didalam predikat.
Universitas Sumatera Utara
Dan aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam suatu situasi, keadaan, kejadian, dan proses. Selanjutnya Modus adalah
pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembicara atau sikap si pembicara tentang apa yang diucapkannya. Kemudian
dhiatesis adalah gambaran hubungan antara pelaku atau peserta dalam kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu.
Kategori verba dalam bahasa Arab terbagi menjadi verba Perfect fi’il mādi, verba Imperfect fi’il mudāri’, dan verba Imperative fi’il ? amr.
Penggolongan kata menjadi verba, selain ditentukan oleh fungsi di dalam kalimat, juga ditentukan oleh pola yang ada dalam bahasa Arab. Pola disini menunjukkan
bahwa masing-masing verba mempunyai cirri-ciri tersendiri Ad-dahdah, 1981:115.
Menurut Shini ” 1990:79 berdasarkan segi waktu kala verba dalam bahasa Arab dibagi menjadi tiga yaitu, verba
mādi, verba mudāri’ dan verba ?amr. Ia memberikan defenisi mengenai verba-verba tersebut sebagai berikut:
ﻡﻼﻜﻟﺍ ﻞﺒﻗ ﺙﺪﺣ ﻰﻠﻋ ﻝﺪﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻮﻫ ﻲﺿﺎﻤﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ .
ﻞﺒﻘﺘﺴﻤﻟﺍ ﻭﺍ ﺮﺿﺎﺤﻟﺍ ﻦﻣﺰﻟﺍ ﻲﻓ ﺙﺪﺣ ﻰﻠﻋ ﻝﺪﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻮﻫ ﻉﺭﺎﻀﻤﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ .
ﻞﺒﻘﺘﺴﻤﻟﺍ ﻭﺍ ﺮﺿﺎﺤﻟﺍ ﻲﻓ ﺐﻠﻁ ﻰﻠﻋ ﻝﺪﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻮﻫ ﺮﻣﻻﺍ ﻞﻌﻓ .
al- fi’lu mādi huwa al-fi’lu al-ladzi yadullu alā hadatsin qobla al-kalami
al-fi’lu mudhari’ huwa al-fi’lu al-ladzi hadatsin fi az-zamani al- hādhiri aw
al-mustaqbal fi’lu al-amri huwa al-fi’lu al-ladzi yadullu ‘ala tholabin fi al-
hāhiri aw al- mustaqbal
Universitas Sumatera Utara
Makna: “verba
mādi adalah verba yang menunjukkan peristiwa yang terjadi sebelum pengujaran.”
“verba mudāri’ adalah verba yang menunjukkan peristiwa pada waktu kini
ata waktu mendatang.” “verba ?amr adalah verba yang menunjukkan sebuah permintaan untuk
melakukan sesuatu pada kala waktu atau mendatang.” Misalnya:
ba’sa allahu muhammadan ﺍﺪﻤﺤﻣ ﷲ ﺚﻌﺑ ‘ Allah telah mengutus
Muhammad.’ naqra-u al-
qur āna al-karima ﻢﻳﺮﻜﻟﺍ ﻥﺍﺮﻘﻟﺍ ﺃﺮﻘﻧ ‘ kami sedang membaca Al- quran al-karim.’
?ati’ rabbaka ﻚﺑﺭ ﻊﻁﺃ ‘ta’atilah Tuhanmu.’
Kata ba’sa ‘mengutus’ menunjukkan pada pengutusan Nabi Muhammad SAW yang terjadi pada masa lalu, yaitu masa ketika belum ada di dalamnya.
Bentuk verba tersebut adalah verba mādi. Jadi verba mādi adalah verba yang
berfungsi untuk menunjukkan perstiwa yang terjadi di kala lampau. Kemudian naqra-u ‘kami sedang membaca’ adalah verba
mudāri’ berbentuk yang menunjukkan tindakan yang dilakukan pada waktu kini ketika pengujaran. Berarti
verba mudāri’ berfungsi untuk mengungkapkan situasi atau tindakan yang terjadi
pada waktu kini dan mendatang. Untuk verba ?amr Shini menjelaskan kata ?ati’ ;ta’atilah’, bahwa verba tersebut berfungsi untuk menunjukkan permintaan untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan suatu tindakan tanpa mengkaitkannya dengan permasalahan waktu kebahasaan. Shini, 1990 :71-72
Dalam morfem infleksi, proses morfologis atau perubahan bentuk yang terjadi lebih disebabkan oleh adanya hubungan sintaksis dan tidak berakibat
pemindahan kelas kata, seperti: I write ‘saya menulis’ menjadi He writes ‘dia laki- laki menulis’ untuk orang ketiga tunggal pada kala kini, verba teach ‘mengajar’
kini menjadi teached ‘mengajar’ kala lampau dan sebagainya. Afiks-afiks infleksi yang bersifat inflektif meliputi hubungan garamatikal berkenaan dengan
kategori persona, jumlah, jender, dan kala.
Persona, jumlah, jender merupakan kategori gramatikal yang memarkahi verba dalam bahasa Arab. Pemarkahan semacam ini merupakan bentukan
penyesuian verba dengan subjeknya Verhaar, 1999:132. Penyesuaian itu dalam hal persona, jumlah, dan jendernya sehingga verba dalam Arab berubah menjadi
empat belas pola. Budaya bangsa Arab memilki konsep jender yang membedakan maskulin versus feminin secara ketat berimplikasi pada perwujudan bahasanya
sehingga hampir semua kelas kata dalam bahasa Arab termasuk verba. Verba dalam bahasa Arab dapat ditentukan atas maskulin dan feminin, seperti contoh di
bawah ini:
kataba ﺐﺘﻛ ‘dia laki-laki menulis’ Maskulin
katabat ﺖﺒﺘﻛ ‘dia perempuan menulis’ Feminin
Demikian juga dengan kategori jumlah, budaya Arab memilki konsep jumlah yang rinci, yaitu tunggal, dual, Jamak, seperti:
Universitas Sumatera Utara
kataba ﺐﺘﻛ ‘seorang laki-laki menulis’ Persona ketiga TM
katabā ﺎﺒﺘﻛ ‘dua laki-laki menulis’ Persona ketiga DM katab
ū ﺍﻮﺒﺘﻛ ‘mereka laki-laki menulis’ Persona ketiga JM
Afiks-afiks infleksi berfungsi menandai hubungan gramatikal seperti berkaitan dengan masalah jumlah, persona, kala, modus, dan kasus. Tetapi afiks-
afiks tersebut tidak mengubah kelas kata dari kata yang dilekatinya. bahasa Arab adalah salah satu contoh bahasa yang kata-katanya berinfleksi untuk menandai
hubungan-hubungan gramatikal di atas. Berbagai konsep gramatikal dinyatakan secara sistematis dan ekonomis menggunakan infleksi-infleksi, seperti konjugasi
verba Perfect, verba Imperfect dan verba Imperative dalam bahasa Arab. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian akan mengkaji morfem infleksi penanda
persona, jumlah, dan jender dalam verba Arab.
2.2.3 Mofem Infleksi Dalam Konjugasi Bahasa Arab yang berupa Kala dan Diathesis: Persona Jumlah, dan Jender
Kategori gramatikal persona, jumlah, dan gender dalam bahasa Arab memarkahi verba dengan infleksi-infleksi. Infleksi dapat didefenisikan sebagai
perubahan paradigmatik sebuah leksem yang tidak menimbulkan makna baru Jensen, 1990:150. Morfem infleksi berubah secara paradigmatis berdasarkan
persona, jumlah dan jender dari pelaku perbuatan. Berdasarkan teori Dahdah sebelumnya, dijelaskan bahwa verba di dalam bahasa Arab terdiri dari 3 macam
yaitu, verba Perfect, verba Imperfect dan verba Imperative. Verba Perfect berinfleksi secara paradigmatik melalui konjugasi sufiks pemarkah subjek atau
disebut nama kojugasi sufiks suffix conjugation, sedangkan verba ‘Imperfect
Universitas Sumatera Utara
berinfleksi secara paradigmatik melalui konjugasi prefiks pemarkah subjek atau disebut dengan nama konjugasi prefiks prefix conjugation, selanjutnya verba
Imperative’ yang berinfleksi melalui konjugasi prefiks pemarkah subjek atau disebut dengan nama konjugasi prefiks prefix conjugation .Versteegh,
1997:84. Berikut ini tabel morfem infleksi dalam konjugasi ditinjau dari persona,
jumlah, dan jender pada verba Perfect dalam bahasa Arab:
No. Bentuk verba Persona Jumlah
Jender Makna dalam
bahasa Indonesia
1. kataba
ﺐﺘﻛ Ketiga
Tunggal Maskulin
‘dia laki-laki telah menulis’
2. kataba
ﺎﺒﺘﻛ Dual
‘mereka dua laki- laki telah menulis’
3. katabu
ﺍﻮﺒﺘﻛ Jamak
‘mereka telah menulis’
4. katabat
ﺖﺒﺘﻛ Tunggal
Feminin ‘dia perempuan
telah menulis’
5. katabata
ﺎﺘﺒﺘﻛ Dual
‘mereka dua perempuan telah
menulis’
6. katabna
ﻦﺒﺘﻛ Jamak
‘mereka perempuan telah
menulis
7. katabta
ﺖﺒﺘﻛ Kedua
Tunggal Maskulin
‘kamu laki-laki telah menulis’
8. katabtuma
ﺎﻤﺘﺒﺘﻛ Dual
‘kamu dua laki- laki telah menulis’
9. katabtum
ﻢﺘﺒﺘﻛ Jamak
‘kalian laki-laki telah menulis’
10. katabti ﺖﺒﺘﻛ
Tunggal Feminin
‘kamu perempuan telah menulis’
11. katabtuma ﺎﻤﺘﺒﺘﻛ
Dual ‘kamu dua
perempuan telah menulis’
12. katabtunna ﻦﺘﺒﺘﻛ
Jamak ‘kalian
perempuan telah menulis’
Universitas Sumatera Utara
13. katabtu ﺖﺒﺘﻛ
Pertama Tunggal
Femininmaskulin ‘saya telah
menulis’ 14. katabna
ﺎﻨﺒﺘﻛ Jamak
Femininmaskulin ‘kami telah
menulis’
Tabel 2.2 Paradigma Verba Perfect Bahasa Arab Dengan Menggunakan
Sufiks Kala dan Persona, Jumlah dan Jender.
Nur, 2010:5
Tabel tersebut memperlihatkan sebuah verba Perfect dalam bahasa Arab yang berubah secara inflektif berdasarkan perubahan persona, jumlah, dan jender
menjadi empat belas macam melalui morfem infleksi yang berbentuk sufiks. Untuk lebih jelas, lihat table morfrm infleksi sufiks berikut ini.
No. Maskulin
Feminin 1.
Persona Tunggal
Dual Jamak
Tunggal Dual
Jamak
III -a
- ā
- ū
-at -
atā -na
‘dia laki- laki’
TM ‘mereka dua
laki-laki DM’
‘mereka laki-laki’
JM ‘dia
perempuan’ TF
‘mereka dua
perempuan’ DF
‘mereka perempuan’
JF
2. II
-ta -
tumā -tum
-ti -
tumā -tunna
‘kamu laki- laki’
TM ‘kamu dua
laki-laki’ DM
‘kalian perempuan’
JM ‘kamu
perempuan’ TM
‘kamu dua perempuan’
JM ‘kalian
perempuan’ JM
3. I
-tu -
- nā
-tu -
- nā
‘saya’ TM
- ‘kami’
JM ‘saya’
TM -
‘kami’ JM
2.3 Sufiks Verba Perfect dalam Konjugasi Bahasa Arab
Nur, 2010: 5 Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pada bagian pertama pada
verba sufiks dimulai dari persona ketiga terdiri dari sufiks {-a}, {- ā}, dan {-ū}
masing-masing untuk subjek tunggal, dual, dan Jamak maskulin. Selanjutnya diikuti bagian yang terdiri dari {-at}, {-
atā, dan {-na} masing-masing untuk
Universitas Sumatera Utara