4.1.3 Alur
Alur ialah rangkaian cerita yang di bentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang di hadirkan oleh para pelaku dalam sebuah
cerita Abrams, 1981 :137. Alur berfungsi sebagai suatu kerangka karangan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan keseluruhan isi ceritanya, sedangkan
bagi pembaca, pemahaman plot berati juga pemahaman terhadap keseluruhan isi cerita secara runtut dan jelas Aminuddin, 1984 : 98.
Alur yang terdapat dalam novel novel ini mengikuti alur maju atau alur biasa, dari tahapan pertaama “awalan” yaitu Sinyue diajak Nu Tahai untuk
tingga\l dikediamannya.Hal itu terdapat pada kutipan berikut :
“
Hari itu ketika Sinyue dan Keshan memasuki tempat tinggal Nu Tahai, adalah hal yang paling membahagiakan. Ketika rombongan
mereka sampai disana sedang terjadi keributan”’Putri Sinyue 1996: 27.
Pada tahap awal pengenalan adanaya konflik, dapat dilihat Putri Sinyue tinggal bersama keluarga Nu Tahai dan mengenal keluarganya satu sama lain.
Pada pertengahan konflik yaitu setelah sekian lama Sinyue tinggal di kediaman
Universitas Sumatera Utara
Nu Tahai ia merasa jatuh hati adanya sekitika ,sinarlah kepura-puraan Nu Tahai. Sang Jendral tidak dapat mengendalikan diri lagi, menarik Sinyue ke dalam
pelukkanya. Di peluknya Sinyue erat-erat. Merasakan tubuh Sinyue gemetar, hati Nu Tahai turut menyatu dengan sang putri. Hal itu terdapat dalam kutipan berikut :
“ Aku berjanji padamu, aku berjanji padamu, aku berjanji padamu “ Nu Tahai berbisik. Lalu ia menlanjutkan dengan suara rendah,”
Tenanglah, aku akan terus hidup untukmu Kau sama sekali tidak akan kehilangan aku Tubuhku kuat sekokoh batu karang, tubuhku juga
tidak mempan karena racun Percayalah padaku”Putri Sinyue 1996:71.
Puncak konflik tergambar dari peristiwa Yanchi sudah mengetahui kelakuan sang jendral Nu Tahai yang telah jatuh hati pada Sinyue. Hati Yanchi
sangat sakit. Padahal pada saat itu Ibu Suri berniat menjodohkan Sinyue dan Chiyuan. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut :
“Sakit”sahut Yanchi tersengal “kau tau apa yang disebut sakit? Waktunya belum tiba. Tunggu sampai luolin tahu orang yang
dipanggil adiknya itu adalah kekasihmu. Tunggu sampai Chiyuan tahu ayah yang dicintainya tak lain adalah saingannya. Tunggu sampai
kaisar dan Ibu Suri tahu kelakuanmu, menjalin cinta dengan anak yatim piatu keturunan pangeran. Ketik. a itu bukan Cuma kau seorang
yang merasa sakit, tapi seluruh keluarga kita tua-muda besar-kecil, termasuk Sinyue-mu. Semua anggota keluarga ini akan tahu apa yang
disebut menderita Putri Sinyue 1996:87.
Klimaksnya adalah Permohonan Nu Tahai untuk maju kemedan laga kali ini melululantahkan hati kedua orang wanita. Yang seseorang adalah Yanchi,
yang lainnya adalah Sinyue. Beberapa saat sebelum keberangkatan nya ke garis depan, Yanchi dan Sinyue masing-masing berbicara empat mata dengan Nu
Tahai. Perasaan Yanchi bercampur aduk menjadi satu. Ia merasa marah benci ketakutan, sekaligus bersedih hati.Hari-hari selanjutnya adalah hari penantia amat
Universitas Sumatera Utara
panjang. Satu bulan kemudian, sepulang dari audensi dengan Kaisar Chiyuan terus menerus membawa berita tentang Nu Tahai. Kabarnya sekitar sepeluh hari
yang lalu pasukan Nu Tahai menderita kekalahan di Tianchichai, Puluhan prajuritnya mati terbunuh. Mendengar hal itu Sinyue pun nekat pergi mencari Nu
Tahai dan pasukannya, akhirnya mereka bertemu Hal ini terdapat dalam kutipan berikut :
“ Putri Sinyue, Putri Sin yue Ya Tuhan Putri Sinyue datang ” ujar ashan dengan suara terkejutPutri Sinyue 1996: 115.
Sinyue memilih orang yang lebih tua 22 tahun darinya serta beranak istri, Nu Tahai mengangkatnya jadi selirnya. Malam ini Nu Tahai membawa Sinyue
berpamitan pada ibunya serta kedua anaknya. Sinyue mengikuti jejak Nu Tahai ke Gunung Wushan untuk menemani Nu Tahai perang. Dalam pertempuran kali ini
pasukan yang dipimpin Nu Tahai dan Putranya memilih taktik perang jangka panjang. Tak disangka pertempuran membuat Nu Tahai terluka parah anak panah
telah tertancap ditubuhnya. Ketika di usung kembali ke tenda, Nu Tahai masih mempertahankan napasnya yang terakhir tangan kanannya memegang Chiyuan
dan tangan kirinya memegan Sinyue. Sebelum menghembuskan napas terakhir ia mengatakan sempat berbicara dengan mereka. Hal ini terdapat pada kutipan
berikut:
“Jangan Bersedih, gugur dan gagah berani di medan perang merupakan keinginan setiap prajurit. Aku bisa mati dengan rela. Kalian
Universitas Sumatera Utara
harus tetap hidup. Hiduplah dengan berani, bawalah pulang kemenangan agung ini Chiyuan, tolong katakana pada ibumu, aku sungguh menyesal.
Aku telah berjanji padanya akan pulang dengan selamat. Aku tidak bisa memenuhi Janjiku lagi Putri Sinyue 1996:276.
Sebagai bagian dari akhir cerita novel ini dengan situasi yang teragis. Tak tahan melihat Nu Tahai orang yang sangat ia cintai pergi untuk meninggalkan ia
untuk selama-lamanya ia berkata pada chiyuan. Hal itu yang terdapat pada kutipan berikut:
“Chiyauan aku malu menyimpan makna dan cinta yang terkandung dalam kalung ini. Bisakah kau bantu aku menghadiahakn ini pada
Saiya? Aku selalu beranggapan kalung ini lebih pantas menjadi milik Saiya.Kau pernah menolak satu kali ini kau tidak akan menolaknya
lagi.Putri Sinyue 1996:276.
Disaat Chiyuan kehilangan semangat karena terkejut, Sinyue mengeluarkan sebilah belati. Kedua tangannya mengemggam gagang belati erat-
erat, dengan segenap tenaga dalam dirinya dihujamkannya belati tersebut keras- keras ke dadanya. Sinyue pun roboh di atas tubuh Nu Tahai.
4.1.4 Latar Setting