Tema Analisis Unsur Intrinsik

BAB IV ANALISIS UNSUR INTRINSIK PADA NOVEL

PUTRI SINYUE KARYA CHIUNG YAO Bab ini berisi analisis tentang unsur-unsur yang membangun novel yang berdasarkan pendekatan struktural yaitu tema, tokoh , alur, latar, dan sudut pandang yang terdapat pada novel Putri Sinyue 1996 karya Chiung Yao.

4.1 Analisis Unsur Intrinsik

Putri Sinyue adalah suatu novel yang berlatarkan sejarah cina yang mempunyai tema percintaan. Pada bab empat ini kisah Putri Sinyue dianalisis berdasarkan unsur intrinsik tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang. Berikut ini analisis unsur intrinsik dalam novel Putri Sinyue.

4.1.1 Tema

Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperanan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya reka yang di ciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya Aminuddin,1984-107-108. Tema dikembangkan dan ditulis pengarang dengan bahasa yang indah sehingga menghasilkan karya sastra atau drama. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik. Seorang pengarang memahami tema cerita yang akan di paparkan sebelum Universitas Sumatera Utara melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami unsur-unsur yang menjadi media pemapar tersebut,menyimpulkan makna yang di kandungnya serta mampu menghubungkan dengan tujuan penciptaan pengarangnya Aminuddin, 1984 :108. Novel putri Sinyue mengisahkan tentang putri yang bernama Sinyue yang yang ditinggal ayah dan ibunya karena perang, ayah nya berpesan untuk menjaga adik laki-lakinya mereka dianjurkan mengungsi untuk menyelamatkan diri.Hal itu dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut : Sinyue Ayah dan abangmu semuanya sedang bertempur hingga titik darah penghabisan. Hanya tinggal keshanlah penerus keturunan keluarga kita Karena itu kini kuserahkan tugas penting menjaga keshan kepadamu Cepatlah kalian berdua berganti pakaian untuk menyamar menjadi pengungsi dan segera mengungsi keluar kota. Putri Sinyue 1996: 6. Setelah itu Putri Sinyue dan adik berserta dua pengawalnya pergi ketempat pengungsian dijalan mereka di hadang bandit tapi mereka diselamatkan seorang Jendral yang bernama Nu Tahai dan memintanya untuk tinggal bersama keluarga Nu Tahai. “Apabila Yang Mulia dan Kaisar dan Ibu Suri berkenan dan menginzinkan hamba bersedia dan sangat menyambut kehadiran Putri dan Pangeran Kecil di kediaman hamba. Biarlah Putri dan Pangeran Kecil tinggal di keluarga kita” Putri Sinyue 1996:26. Maka tinggalah Sinyue dan Keshan di kediaman sang jendral. Nu Tahai menyediakan sebuah paviliun mungil untuk ditempati Sinyue dan Keshan. Pengawal mereka pun ikut tinggal disana Paviliun itu diberi nama Paviliun Rembulan dan mereka memulai kehidupan baru. Mereka sudah tinggal lama Universitas Sumatera Utara disana, tapi Sinyue merasakan ada hal yang berbeda darinya ketika ia tinggal bersama keluarga Nu Tahai, Sinyue telah jatuh cinta pada Nu Tahai meski ia tahu bahwa Nu Tahai telah memiliki istri, “Mata Sinyue berbinar bahagia. Tadi kuucapakan kata cinta, itulah isi hatimu yang sesungguhnya. Bagiku sudah cukup atau kau juga mau mendengar perasaanku? Baik, akan kukatakan Selamanya aku tidak akan melupakan peristiwa saat kita pertama kali bertemu. Kau mengendarai kudamu , melesat bagaikan terbang seperti dewa yang turun dari kayangan untuk menyelamatkan kan ku. Sejak saat itulah, dalam hatiku kaulah paduka ku, Kebahagianku,jiwaku pujaanku, tumpuan cintaku, jiwa dan ragaku. Apa boleh buat, begitulah perasaanku. Oleh karena itu jika kau memintaku untuk menjaga jarak, tidak masalah Kau memintaku untuk mengendalikan perasaaan ku boleh saja, kau memintaku agar tidak sering bicara boleh saja. Bahkan kalaupun kau minta aku mengurung diri di Paviliun Rembulan ini dan tak pernah bertemu lagi denganmu, tidak jadi soal. Namun ada soal yang tidak bisa kau atur, kau tak bisa mengekangku ini hatiku” kata sinyue menatap tajam Nu Tahai.Putri Sinyue 1996:23. Nu Tahai memandang mata Sinyue dengan tajam hatinya amat tersentuh. Ia tak mampu berkata sepatah kata pun. Jika Sinyue bersikap nekat, justru sikap Nu Tahai menjadi dingin. Ia merasa begitu rendah di hadapan Sinyue. Perasaan rendah diri itu campur baur dengan perasaan cinta yang kuat,kepedihan yang menusuk, perasaan penuh harap dan kepahitan. Cinta serupa ini belum pernah terjadi dan pernah dirasakannya seumur hidupnya. Dengan pandang tidak percaya ia menatap Sinyue tanpa berkedip. Ia tak sanggup berpikir lagi, tak bisa berkata sepatah kata pun. Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Tokoh