Teknik Sipil – Universitas Sumatera Utara
37
Standard SK SNI T-15-1991-03 pasal 2.2.3 ayat 2 memberikan faktor reduksi kekuatan
untuk berbagai mekanisme dan untuk tarik aksial tanpa dan dengan lentur
= 0,8.
2.6.1.2 Analisis Balok Terlentur Tulangan Tekan-Tarik Rangkap
Balok dengan tulangan tunggal jarang sekali dijumpai di lapangan, dikarenakan pada perencanaan suatu bangunan, gaya gempa yang terjadi dengan
arah bolak-balik juga diperhitungkan. Sehingga hampir semua balok dipasang tulangan rangkap.
Penulangan rangkap dapat memperbesar momen tahanan pada balok. Jika suatu kemungkinan terjadi bahwa beban yang dipikul balok dengan ukuran
tertentu dan persentase tulangan tertentu terlampau besar, sedangkan ukuran balok tidak dapat diperbesar dengan pertimbangan pelaksanaan, maka diperlukan
penambahan tulangan baik tulangan atas maupun tulangan bawah. Tulangan baja berperilaku elastis hanya sampai tingkatan dimana
regangannya mencapai luluh . Dengan kata lain, apabila regangan tekan baja
sama atau lebih besar dari regangan luluhnya , maka sebagai
maksimum tegangan tekan baja f’
s
diambil sama dengan tegangan luluhnya f
y
. Pada analisa balok terlentur tulangan rangkap, biasanya akan dijumpai dua
kondisi. Kondisi pertama yaitu bahwa tulangan tekan luluh bersamaan dengan luluhnya tulangan tarik saat beton mencapai regangan maksimum 0,003. Kondisi
ini diharapkan beton belum hancur walau baja sudah luluh. Kondisi kedua yaitu
Universitas Sumatera Utara
Teknik Sipil – Universitas Sumatera Utara
38
d NT2 = As2 fy
ND1 = 0,85 fc’ ab d – d’
a ND2 = as’ fs’
NT1 = As1 fy
dimana tulangan tekan masih belum luluh saat tulangan tarik sudah luluh bersamaan dengan tercapainya regangan maksimum beton sebesar 0,003.
•
a b
c d
Gambar 2.9
Analisis Balok Bertulangan Rangkap
N
D1
= 0,85 f’c ab a = β
c N
D2
= As’fs A
s
= A
s1
+ A
s2
N
T1
= A
s1
fy A
s1
=
max
bd N
T2
= A
s2
fy A
s
’ = A
s2
=
,
= M
r1
= bd
2
k M
r2
= M
u
-M
r1
N
T
= N
D1
+ N
D2
As fy = 0,85 f’c ab + As’fs M
R
= N
D
z = N
T
z
h
d-a2
As ε
s ≥ εy
penampang potongan
diagram regangan kuat batas
kopel momen beton-baja
kopel momen baja-baja
b c
εc = 0,003 0,85 fc’
Universitas Sumatera Utara
Teknik Sipil – Universitas Sumatera Utara
39
Dimana : N
D1
= resultante gaya tekan yang ditahan oleh beton N
D2
= resultante gaya tekan yang ditahan oleh tulangan baja tekan N
T1
= resultante gaya tarik pada tulangan tarik akibat beton N
T2
= resultante gaya tarik pada tulangan tarik M
R
= momen tahanan z
= jarak antara resultante rekan dan tarik c
= jarak serat tekan terluar ke garis netral fy
= tegangan luluhan tulangan fc
= kuat tekan beton A
s1
= luas tulangan baja tekan As’ A
s2
= luas tulangan baja tarik = ratio penulangan
d = tinggi efektif balok
b = lebar balok
β = konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat beton
SK SNI T-15-1991-03 menetapkan nilai β = 0,85 untuk f’c 30 Mpa, berkurang 0,008 untuk setiap kenaikan 1 Mpa dan nilai tersebut tidak boleh kurang dari 0,65.
2.7 Retak