BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti
yang ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru, dan
dengan demikian manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut untuk mampu memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya besar keuntungan haruslah
dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri Sartono,
2010:122. Ada beberapa alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas, antara lain: Gross Profit Margin GPM, Net Profit Margin NPM, Return On Assets ROA dan Return On Equity ROE. Dalam penelitian ini
profitabilitas akan diukur dengan menggunakan Return On Assets ROA. Sudana 2011:22 menyatakan bahwa:
ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini
penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan.
Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan
Universitas Sumatera Utara
atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang besar, dan sebaliknya.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Sudana di atas mendorong peneliti untuk menggunakan ROA sebagai variabel dependen karena ROA digunakan
sebagai tolak ukur prestasi manajemen dalam memanfaatkan assets yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba dan mendorong tercapainya tujuan
perusahaan. Usaha yang sering dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan
profitabilitas adalah meningkatkan penjualan persediaan sehingga perputaran barang juga meningkat. Persediaan merupakan salah satu pos aktiva yang cukup
penting karena persediaan merupakan pos aktiva lancar yang cukup besar nilainya. Pada perusahaan dagang, persediaan merupakan barang dagangan,
sedangkan pada perusahaan industri persediaan tersebut dapat berupa bahan mentah raw material, barang dalam proses work in process, maupun barang
jadi finished good. Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan gejala yang kurang baik.
Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah, dan
kemudian dijual kepada konsumen. Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara
berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta mendistribusikannya kepada pelanggan. Dengan adanya pengelolaan persediaan yang baik, maka
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dapat dengan segera mengubah persediaan yang tersimpan menjadi laba melalui penjualan.
Menurut Horngren et al 2007:250, “Perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Semakin cepat
persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat profitabilitas yang dihasilkan
oleh perusahaan maka akan semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut”. Untuk mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi tidaklah
semudah yang dibayangkan, banyak hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan itu sendiri, salah satunya adalah menjual
produk-produknya secara kredit kepada pelanggan. Penjualan kredit semacam ini sering dilakukan perusahaan dalam rangka
meningkatkan jumlah penjualan hasil produksinya di pasar. Transaksi penjualan kredit seperti ini pada umumnya disebut piutang. Menurut Warren, et all
2005:356 “Istilah piutang Receivable meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya”.
Masalah piutang ini menjadi penting manakala perusahaan harus menilai dan mempertimbangkan berapa besarnya jumlah piutang yang optimal. Mengingat
pentingnya suatu piutang tersebut, piutang perusahaan harus dikelola secara efisien dengan biaya-biaya yang ditimbulkan karena adanya piutang. Semakin
besar piutang semakin besar pula biaya-biaya carrying cost yang dikeluarkan perusahaan sehingga setiap perusahaan mengambil kebijaksanaan untuk
memberikan kredit yang sudah ditetapkan dan diharapkan untuk para konsumen
Universitas Sumatera Utara
atau pelanggan agar mereka membayar utang tepat pada waktu yang ditentukan. Mengingat bahwa piutang merupakan suatu bentuk investasi yang cukup besar
bagi perusahaan dan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, maka diperlukan adanya manajemen piutang yang lebih baik sehingga keuntungan-
keuntungan yang didapatkan lebih meningkat. Piutang juga dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
dana atau modal yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dan menghasilkan keuntungan atau laba yang besar bagi perusahaan.
Menurut Horngren et.al 2007:170, “Perputaran piutang usaha account receivable turnover mengukur kemampuan menagih kas dari pelanggan kredit.
Semakin tinggi rasionya, semakin cepat penagihan kas. Namun perputaran piutang usaha terlalu tinggi itu mengindikasikan bahwa pemberian kredit terlalu ketat,
yang mengakibatkan hilangnya penjualan kepada pelanggan terbaiknya”. Menurut Riyanto 2008:85, “Makin besarnya jumlah perputaran piutang
berarti semakin besar resikonya, tetapi bersamaan dengan itu juga akan memperbesar profitabilitas”.
Kedua definisi tersebut mengindikasikan bahwa perputaran piutang secara langsung mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan melalui penjualan,
tetapi perputaran piutang yang tinggi belum tentu mencerminkan tingkat profitabilitas yang tinggi.
Size atau ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total
penjualan dan rata-rata total aktiva Sigit dalam Hana Tiara, 2012:2. Penentuan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dalam penelitian ini didasarkan pada total asset perusahaan. Total aktiva dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan
bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan Wuryatiningsih dalam Istiningdiah, 2012:15.
Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas
perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif
lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil.
Laporan keuangan menjadi salah satu sumber informasi keuangan di pasar modal, yang dibuat manajemen untuk mempertanggungjawabkan hasil operasi
perusahaan selama periode tertentu kepada pemilik perusahaan. Dengan memanfaatkan informasi laporan keuangan diharapkan investor dapat melakukan
klasifikasi terhadap kinerja perusahaan, sehingga angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen dapat digunakan sebagai sinyal. Akibatnya, ketika
profitabilitas dalam hal ini Return On Assets, perputaran persediaan, perputaran piutang, dan ukuran perusahaan mengalami perubahan, hal itu membawa
informasi investor yang akan mengakibatkan nilai perusahaan berubah. Asumsi inilah yang disebut dengan Signaling Theory.
Penelitian ini mengambil data pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena peneliti melihat fenomena yang terjadi di Indoneia
yaitu semakin ramainya jalanan kota dan lalu lintas yang semakin padat oleh
Universitas Sumatera Utara
kendaraan bermotor. Data yang didapatkan dari www.bps.go.id
menyebutkan bahwa jumlah kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan setiap tahunnya,
terutama sepeda motor yang mengalami peningkatan yang cukup drastis. Jumlah kendaraan sepeda motor tahun 2009 sebanyak 52.767.093 unit dan jumlah sepeda
motor pada tahun 2012 sebanyak 76.381.183 unit. Pendapatan bersih salah satu perusahaan otomotif yaitu Astra International Tbk, juga mengalami kenaikan
mencapai Rp 188,1 triliun pada tahun 2012, meningkat 16 dibandingkan periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp 162,6 triliun. Hal ini mendorong kenaikan laba
bersih Astra sebesar 9 dari Rp 17,8 triliun menjadi Rp 19,4 triliun pada tahun 2012. Data tersebut membuktikan bahwa pada jaman yang semakin maju ini, alat
transportasi yang dapat menghubungkan mobilitas manusia dari satu tempat ke tempat lain menjadi semakin penting dan dapat dikatakan sebagai faktor utama
penggerak aktifitas perekonomian karena salah satu tujuan perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal.
Penjelasan di atas mendorong peneliti untuk membuat penelitian tentang pengaruh perputaran persediaan, perputaran piutang dan size perusahaan terhadap
profitabilitas perusahaan, selain itu perbedaan variabel independen yang akan diteliti dan adanya perbedaan data yang akan dihitung untuk mengukur perbedaan
nilai waktu pada data yang diperoleh. Data yang akan diperoleh adalah data terbaru yakni dari tahun 2009 sampai 2013 selama lima tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan pengaruh
Universitas Sumatera Utara
perputaran persediaan, perputaran piutang dan size perusahaan terhadap profitabilitas menggunakan rasio Return On Asset.
Penelitian Erwin 2013 yang meneliti tentang pengaruh perputaran aktiva Tetap, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap profitabilitas Pada
Perusahaan Otomotif yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Erwin mengatakan bahwa secara parsial hanya Perputaran Persediaan yang
berpengaruh positif terhadap profitabilitas ROA sedangkan Perputaran Aktiva Tetap dan Perputaran Piutang tidak berpengaruh terhadap profitabilitas ROA.
Hastuti 2010 melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Periode Perputaran Persediaan, Periode Perputaran Hutang Dagang, Rasio Lancar,
Leverage, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Perusahaan pada perusahaan manufaktur periode 2006-2008. Hasilnya, ukuran
perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROA sedangkan Periode Perputaran Persediaan berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA.
Sari dan Budiasih 2014 yang meneliti tentang Pengaruh Debt to Eqiuty Ratio, Firm Size, Inventory Turnover dan Assets Turnover terhadap Profitabilitas
pada perusahaan wholesale and retail trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012. Hasilnya hanya Debt to equity ratio yang
berpengaruh terhadap ROA, sedangkan variabel Firm Size, Inventory Turnover dan Assets Turnover tidak berpengaruh terhadap ROA.
Deni 2012 yang meneliti tentang pengaruh tingkat perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-
Universitas Sumatera Utara
2011. Deni mengatakan bahwa secara parsial perputaran piutang dan perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap profitabilitas ROA, sedangkan secara
simultan perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap ROA.
Dilihat dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas termasuk perputaran persediaan, perputaran
piutang dan size perusahaan. Berdasarkan uraian di atas dan adanya ketidak konsistenan beberapa hasil
penelitian terdahulu maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian
lanjutan dengan judul: “Pengaruh Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang dan
Size Perusahaan terhadap Profitabilitas Perusahaan Studi Pada: Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2009-2013”.
Penelitian ini mencoba untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel terhadap profitabiilitas perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dapat
mengetahui kebijakan yang harus diambil untuk kelangsungan usaha.
1.2 Perumusan Masalah