Aspek-aspek Body Image Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image

commit to user Remaja putri seringkali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya karena massa lemak tubuh yang meningkat, sedangkan remaja putra menjadi lebih puas dengan memasuki masa pubertas karena massa otot yang meningkat. Menurut Gideon dalam Suprapto dan Aditomo, 2007, remaja dengan body image negatif menganggap dirinya tidak menarik. Remaja merasa tidak memenuhi standar kecantikan masyarakat, merasa tidak berharga, dan merasa tidak menerima penerimaan positif dari dirinya serta orang lain. Berdasarkan beberapa pengertian body image di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa body image merupakan gambaran mental, perasaan, dan persepsi individu yang berkaitan dengan ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat tubuh yang mengarah pada kepuasan penampilan fisiknya.

2. Aspek-aspek Body Image

Cash dan Pruzinsky 2002 mengemukakan bahwa terdapat lima aspek pada body image, yaitu: a. Appearance Evaluation Evaluasi Penampilan Mengukur perasaan individu mengenai penampilannya, apakah merasa menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan, yang secara intrinsik terkait pada kebahagiaan atau kenyamanan individu terhadap evaluasi keseluruhan penampilannya. commit to user b. Appearance Orientation Orientasi Penampilan Merupakan tingkat perhatian individu terhadap penampilan dirinya serta usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya. c. Body Area Satisfaction Kepuasan Area Tubuh Merupakan cara individu untuk mengukur tingkat kepuasan terhadap bagian tubuh secara spesifik seperti wajah, rambut, tubuh bagian atas bahu, dada, lengan, tubuh bagian tengah pinggang, perut, tubuh bagian bawah pantat, pinggul, paha, betis dan penampilan tubuh secara keseluruhan. d. Overweight Occupation Kecemasan akan Kegemukan Menggambarkan kecemasan individu terhadap kegemukan dan kewaspadaannya terhadap berat badan yang dapat dilihat melalui perilaku individu dalam aktivitas sehari-hari seperti kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan. e. Self Classified Weight Pengkategorian Ukuran Tubuh Mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk. Dalam penelitian ini, aspek-aspek body image menurut Cash dan Pruzinsky 2002 digunakan dalam penyusunan skala body image. Aspek- aspek body image tersebut yaitu appearance evaluation evaluasi penampilan, appearance orientation orientasi penampilan, body area satisfaction commit to user kepuasan area tubuh, overweight occupation kecemasan akan kegemukan, dan self classified weight pengkategorian ukuran tubuh.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image

Cash dan Pruzinsky 2002 mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan body image, yaitu: a. Media Massa Isi tayangan media sangat mempengaruhi perkembangan body image remaja putri Cash dan Pruzinsky, 2002. Media sering menggambarkan standar kecantikan wanita yang memiliki tubuh yang ideal dengan wanita yang bertubuh kurus dan tinggi. Hal ini membuat banyak remaja putri semakin tersugesti bahwa tubuh yang kurus adalah tubuh yang ideal dan sehat. Pada umumnya, remaja putri sangat tertarik pada majalah-majalah fashion dan iklan yang selalu menyajikan gambar model yang bertubuh tinggi, kurus, dan berkulit mulus Levin dan Smolak, dalam Cash dan Pruzinsky, 2002. Figur model yang ideal tersebut banyak menyebabkan remaja putri semakin tidak puas dengan penampilan fisiknya, terutama pada remaja yang telah memiliki body image negatif sebelumnya. b. Keluarga Body image remaja putri memiliki hubungan dengan sikap dan perilaku yang berkaitan dengan body image orang tuanya. Orang tua dengan body image yang positif dapat membentuk body image yang positif pula pada anak remajanya. Ejekan atau komentar yang negatif dari anggota keluarga commit to user mengenai tubuh remaja dapat membentuk body image yang negatif pada remaja Cash dan Pruzinsky, 2002. c. Hubungan Interpersonal Remaja cenderung membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Umpan balik yang diterima dari orang lain, dapat pula mempengaruhi konsep diri remaja, termasuk bagaimana perasaan diri terhadap penampilan fisiknya. Hal ini sering membuat remaja cemas terhadap penampilannya dan gugup ketika orang lain seperti teman sebayanya memberikan komentar tentang penampilan fisiknya. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang kuat komentar negatif teman sebaya dengan ketidakpuasan remaja terhadap tubuhnya dan terbentuk body image negatif Cash dan Pruzinsky, 2002. Thompson 2000 mengemukakan pula bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi body image, yaitu: a. Jenis Kelamin Banyak penelitian yang membuktikan bahwa ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja putri daripada remaja putra Thompson, 2000. Pada umumnya, remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan fisiknya dan memiliki tingkat body image negatif yang lebih tinggi dibandingkan remaja putra selama masa pubertas. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan massa lemak remaja putri yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk ideal, sedangkan remaja putra merasa puas karena mengalami peningkatan massa otot Santrock, 2003. commit to user b. Media Massa Media massa memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan body image individu. Mayoritas media massa menampilkan model yang berpenampilan menarik, yang secara tidak langsung mempersuasi kaum perempuan untuk meniru penampilan mereka. Akibatnya, semakin banyak perempuan yang ingin mengubah penampilan fisiknya agar sesuai dengan penampilan fisik ideal yang dibentuk media massa Thompson, 2000. c. Perbandingan Sosial Proses perbandingan sosial dapat mempengaruhi kepuasan remaja terhadap tubuhnya, yang pada akhirnya membentuk body image remaja Thompson, 2000. Remaja putri akan cenderung membandingkan penampilan fisiknya dengan model atau teman sebaya yang penampilan fisiknya lebih menarik sehingga dianggap memiliki tubuh yang lebih ideal daripada mereka. Berdasarkan uraian para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi body image individu, yaitu media massa, keluarga, perbandingan sosial, dan jenis kelamin.

C. Konformitas 1. Pengertian Konformitas

Menurut Sears, dkk. 2006, konformitas merupakan istilah untuk menggambarkan keadaan dimana individu menampilkan suatu tindakan karena orang lain juga melakukannya. Konformitas bersifat adaptif karena individu commit to user perlu menyesuaikan diri terhadap orang lain dan tindakan orang lain bisa memberikan informasi mengenai cara yang paling baik untuk bertindak dalam keadaan tertentu. Sarwono dan Meinarno 2009 mengemukakan bahwa melakukan tindakan yang sesuai dengan norma sosial dapat disebut sebagai konformitas. Norma sosial dapat berupa injunctive norms, yaitu hal apa yang seharusnya kita lakukan dan descriptive norms, yaitu apa yang kebanyakan orang lakukan. Dengan mengikuti norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat, individu dapat mengkomunikasikan perasaan dengan jelas dan menghindari kesalahpahaman yang tidak menyenangkan atau memalukan. Myers 2002 mendefinisikan konformitas sebagai perubahan perilaku atau keyakinan individu karena tekanan kelompok baik yang nyata ataupun yang dibayangkan individu. Pengertian tersebut didukung pula oleh Matsumoto 2004 yang menjelaskan konformitas mengacu pada sikap mengalah individu pada tekanan sosial, baik yang nyata maupun yang dibayangkan individu itu sendiri. Indria dan Nindyati 2007 mengemukakan konformitas sebagai kecenderungan individu untuk melakukan perubahan perilaku atau pandangannya dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan perilaku atau pandangan kelompoknya. Kiesler dan Kiesler dalam Rakhmat, 2009 mendefinisikan konformitas sebagai perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma kelompok sebagai akibat tekanan kelompok. Tekanan yang ada dalam norma sosial sesungguhnya memiliki pengaruh yang besar. Hal tersebut sesuai dengan commit to user yang dikemukakan Baron, dkk. dalam Sarwono dan Meinarno, 2009 bahwa tekanan-tekanan untuk melakukan konformitas sangat kuat, sehingga usaha untuk menghindari situasi yang menekan dapat menenggelamkan nilai-nilai personal individu. Hurlock 2006 mengemukakan bahwa pada masa remaja, kelompok teman sebaya sangat mempengaruhi pola kepribadian remaja karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok. Kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan kelompok teman sebaya tentang dirinya. Kedua, remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok. Pengaruh kelompok terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar dari pengaruh keluarga. Banyak kelompok yang mempengaruhi perilaku remaja. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pendirian atau perilaku individu disebut sebagai kelompok acuan Kotler, 2000. Kelompok acuan menghubungkan individu dengan perilaku dan gaya hidup baru. Prasetijo dan Ihalauw 2005 mengemukakan bahwa kelompok acuan juga berpengaruh sepanjang proses pembelian, yang dimulai dari timbulnya kebutuhan, mencari informasi tentang produk, menentukan alternatif-alternatif, mengevaluasi tiap alternatif, menentukan, dan kemudian memutuskan melakukan kegiatan pembelian, bahkan sesudah pembelian. commit to user Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konformitas merupakan perubahan sikap dan perilaku individu sebagai usaha untuk menyesuaikan diri dengan norma atau harapan yang dibentuk kelompok baik nyata ataupun hanya dibayangkan oleh individu sendiri, agar dapat diterima dalam kelompok dan sebagai bentuk interaksi di dalam kelompok.

2. Aspek-aspek Konformitas