Hubungan antara Body Image dan Konformitas dengan Perilaku Konsumtif

commit to user hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma injungtif adalah norma yang menetapkan apa yang harus dilakukan, tingkah laku apa yang diterima dan tidak diterima dalam situasi tertentu. Individu akan lebih patuh apabila suatu norma relevan dan signifikan untuk individu tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor- faktor yang dapat mempengaruhi konformitas individu, meliputi usia, jenis kelamin, kecerdasan, motivasi, harga diri, kejelasan situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok, kesepakatan kelompok, kekompakan kelompok, kohesivitas kelompok, dan tipe norma sosial.

D. Hubungan antara Body Image dan Konformitas dengan Perilaku Konsumtif

1. Hubungan antara Body Image dan Konformitas dengan Perilaku Konsumtif

Masa remaja dipandang sebagai periode perkembangan yang menentukan, karena di dalamnya terdapat proses transisi dari masa kanak- kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini, remaja memasuki proses pencarian identitas diri atau jati diri. Dalam rangka memperoleh jati diri, remaja berusaha membentuk citra atau image tentang dirinya Santrock, 2006. Keinginan untuk memenuhi tuntutan tersebut diduga mendorong remaja untuk berperilaku konsumtif. commit to user Istilah konsumtif biasanya digunakan untuk menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal Tambunan, 2001. Senada dengan pendapat Anggasari dalam Fransisca dan Suyasa, 2005 yang mengemukakan bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan membeli dan mengkonsumsi barang yang tidak bermanfaat secara berlebihan untuk memenuhi keinginannya. Menurut Splores dalam Fransisca dan Suyasa, 2005, terdapat empat gaya belanja yang dapat digolongkan sebagai karakteristik perilaku konsumtif yaitu konsumen menyukai barang bermerek, konsumen menyukai produk baru dan mengikuti mode, berbelanja dianggap sebagai rekreasi, serta konsumen suka berbelanja secara impulsif atau mendadak. Ketertarikan dengan mode serta kenyamanan yang didapatkan ketika berbelanja, dapat menyebabkan timbulnya kecenderungan membeli sesuatu yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan Lamd, dkk., dalam Fransisca dan Suyasa, 2005. Jika pembelian barang tidak sesuai dengan kebutuhan dan berlebihan maka dapat membuat seserang menjadi konsumtif. Perilaku konsumtif mempunyai dampak yang negatif seperti menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya Fransisca dan Suyasa, 2005. Secara psikologis, perilaku konsumtif juga dapat menyebabkan individu mengalami kecemasan dan rasa tidak aman Zebua dan Nurdjayadi, 2001. Pada umumnya, perilaku konsumtif sering dilakukan oleh kaum muda terutama remaja putri. Remaja biasanya cenderung melakukan pembelian yang commit to user terus-menerus pada produk yang ditawarkan karena mereka selalu merasa tidak puas dengan produk yang telah dimilikinya Richins, dalam Djudiyah dan Hadipranata, 2002. Hal tersebut dilakukan remaja untuk meningkatkan penampilan demi kepuasan pribadi dan untuk menarik perhatian orang lain. Termasuk di dalamnya bagaimana remaja mencoba menampilkan diri secara fisik. Hal tersebut membuat remaja lebih sensitif terhadap gambaran dan penampilan fisik seperti tubuh yang tidak langsing, pendek, jerawat, dan sebagainya. Ketidakpuasan remaja pada tubuhnya akhirnya mendorong mereka melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan body image yang dianggap ideal. Menurut Krueger dalam Cash dan Pruzinsky, 2002, body image merupakan gambaran, fantasi, serta pengertian individu tentang bentuk, bagian, dan fungsi tubuh. Body image merupakan bagian dari citra diri self-image dan dasar dari reprentasi diri self-representation. Remaja yang mengalami perubahan fisik yang pesat akan memiliki minat yang tinggi terhadap body image mereka, terutama remaja putri. Penelitian Levine dan Smolak yang dikutip oleh Cash dan Pruzinsky 2002 menemukan bahwa remaja putri lebih banyak mengalami kecemasan akan body image dibandingkan remaja putra. Hal ini dapat disebabkan oleh pertambahan massa lemak pada tubuh remaja putri saat pubertas sedangkan remaja putra mengalami pertambahan massa otot. Akibatnya, remaja putra merasa lebih puas terhadap tubuhnya dibandingkan remaja putri. commit to user Remaja putri mulai mengerti betapa pentingnya penampilan untuk memperoleh pengakuan sosial, sehingga mereka sering menyalahkan penampilan sebagai penyebab kurang sesuainya dukungan yang mereka peroleh dengan apa yang mereka harapkan Santrock, 2006. Hal ini disebabkan karena anggapan remaja putri bahwa mereka cenderung dinilai berdasarkan bagaimana penampilannya bukan siapa dia sebenarnya. Hal ini membuat remaja putri sangat mementingkan penampilannya dan merasa tidak puas terhadap tubuhnya bila tubuhnya tidak sesuai dengan standar kecantikan yang mereka persepsikan Suprapto dan Aditomo, 2007. Dalam suatu perbandingan sosial dengan orang lain khususnya teman sebaya, remaja putri seringkali mempersepsikan dirinya kurang menarik dari segi fisik Prakoso, dalam Suprapto dan Aditomo, 2007. Penampilan yang menarik akan membawa remaja putri pada penilaian yang baik tentang karakteristik pribadinya dan akan membantu proses penerimaan sosial. Salah satu cara untuk mendapatkan penerimaan sosial dari kelompok teman sebayanya, maka remaja putri akan melakukan konformitas. Morgan, dkk. dalam Indria dan Nindyati, 2007 mengemukakan bahwa konformitas adalah kecenderungan individu untuk mengubah pandangan atau perilaku agar lebih sesuai dengan norma sosial. Davidoff dalam Suharsono dan Haryono, 2009 mendefinisikan pula konformitas sebagai perubahan perilaku dan atau sikap sebagai akibat dari adanya tekanan baik dalam bentuk nyata maupun tidak nyata. commit to user Konformitas terjadi karena pengaruh-pengaruh dari lingkungan sosial. Pada dasarnya, individu melakukan konformitas karena dua alasan. Pertama, perilaku orang lain memberikan informasi bermanfaat untuk dirinya. Kedua, individu ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan Sears, dkk., 2006. Konformitas dilakukan oleh individu dari segala umur, namun konformitas paling banyak dilakukan oleh remaja dan berangsur-angsur menurun hingga masa remaja akhir Indria dan Nindyati, 2007. Konformitas yang dilakukan individu pada masa remaja adalah konformitas dengan teman sebaya, karena sangat berarti bagi remaja untuk memiliki teman dan diterima oleh kelompok teman sebayanya. Remaja melakukan konformitas dengan teman sebaya apabila berkaitan dengan masalah sosial sehari-hari, seperti gaya berpakaian, selera musik, pilihan aktivitas yang dilakukan pada waktu luang, dan sebagainya Britain, dalam Indria dan Nindyati, 2007. Richins dalam Djudiyah dan Hadipranata, 2002 berpendapat bahwa individu yang materialistis seringkali melakukan pembelian untuk memenuhi harapan orang lain terutama pada produk yang memiliki makna publik. Hal tersebut disebabkan karena barang atau jasa tersebut dapat menyampaikan informasi kepada orang lain tentang posisi sosial, kekayaan, serta statusnya dengan harapan mendapatkan penghargaan dari orang lain. Dalam melakukan pembelian, remaja juga sangat terpengaruh dengan pendapat kelompok teman sebayanya. Pengaruh kelompok pada perilaku pembelian terjadi sepanjang proses pembelian, dimulai dari timbulnya commit to user kebutuhan, informasi tentang produk, menentukan alternatif terbaik, memutuskan pembelian, bahkan sesudah pembelian dan konsumsi Prasetijo dan Ihalauw, 2005. Remaja berusaha untuk mengkonsumsi produk sebanyak- banyaknya agar mendapatkan kesan positif dari orang lain terutama teman sebayanya. Remaja akan mengkonsumsi barang atau jasa yang biasa digunakan kelompok acuan untuk menyesuaikan diri agar dapat diterima kelompok dan tidak memiliki perbedaan dengan kelompok. Dengan kondisi tersebut, remaja putri dengan konformitas yang tinggi akan cenderung tergoda untuk membelanjakan uang dengan begitu bebasnya demi mencapai kepuasan semata. Remaja putri ingin menampilkan diri guna menyesuaikan diri dalam situasi sosial kelompok dengan mengkonsumsi barang tanpa memperhitungkan dasar utilitas, fungsi, serta manfaat yang berkaitan dengan nilai guna suatu barang atau jasa. Remaja putri akan cenderung memiliki pengeluaran yang lebih besar dibandingkan pemasukan, sedangkan sebagian besar remaja belum memiliki kemampuan finansial mandiri untuk menunjang perilaku konsumtifnya.

2. Hubungan antara Body Image dengan Perilaku Konsumtif