commit to user
Karakteristik-karakteristik perilaku konsumtif dari Sumartono dalam Fransisca dan Suyasa, 2005 yang digunakan sebagai landasan dalam
penyusunan skala perilaku konsumtif dalam penelitian ini, meliputi: a. membeli karena ingin mendapatkan hadiah menarik, b. membeli karena
kemasan produk menarik, c. membeli untuk menjaga penampilan diri dan gengsi, d. membeli karena potongan harga, e. membeli demi menjaga status
sosial, f. memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk, g. penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan
rasa percaya diri yang tinggi, serta h. membeli lebih dari dua produk sejenis dengan merek berbeda.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
Menurut Kotler 2000, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku membeli yang memiliki andil dalam pembentukan perilaku konsumtif
ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut terdiri dari beberapa sub-faktor, antara lain:
a. Faktor Internal Faktor internal terdiri dari dua faktor yaitu faktor pribadi dan faktor
psikologis. Faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1 Faktor pribadi
Keputusan untuk membeli sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:
commit to user
a Usia Orang-orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang
hidupnya. Remaja yang berada pada usia yang rentan dalam mencari identitas diri, dapat lebih mudah berperilaku konsumtif.
Remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan
uangnya Tambunan, 2001. b Pekerjaan
Pekerjaan yang dilakukan oleh individu sangat mempengaruhi gaya hidup dan merupakan basis penting untuk menyampaikan prestise,
kehormatan, dan respek Engel, dkk., 2008. Individu dengan pekerjaan yang berbeda akan mempunyai kebutuhan yang berbeda
pula. Hal ini dapat menyebabkan individu berperilaku konsumtif untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.
c Keadaan ekonomi Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi.
Penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan, dan kemampuan untuk meminjam dapat mempengaruhi perilaku konsumsi individu
Kotler dan Keller, 2008. Orang dengan tingkat ekonomi yang tinggi akan cenderung lebih sering membelanjakan uangnya untuk
membeli barang-barang, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi rendah akan cenderung lebih hemat.
d Gaya hidup
commit to user
Kotler 2000 menyatakan bahwa gaya hidup adalah pola hidup individu di dunia yang diungkapkan dalam kegiatan, minat, dan
pendapat. Robbins dalam Santoso, 2006 berpendapat bahwa kebiasaan melakukan pembelian telah bertransformasi dan produksi
barang-barang mewah meningkat sehingga dianggap menjadi sebuah kebutuhan oleh masyarakat. Hal tersebut dapat
meningkatkan gaya hidup konsumtif pada masyarakat. e Kepribadian
Kepribadian merupakan sesuatu yang unik atau khas pada diri setiap orang Sobur, 2003. Kepribadian dapat menentukan pola
hidup individu, demikian pula perilaku konsumtif pada individu dapat dilihat dari tipe kepribadiannya.
2 Faktor psikologis Faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumtif, antara lain:
a Motivasi Sobur 2003 berpendapat bahwa motivasi berarti membangkitkan
motif, meningkatkan daya gerak, atau menggerakkan individu untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau
tujuan. Motivasi yang tinggi untuk membeli suatu produk akan membuat individu cenderung membeli barang tanpa berpikir secara
matang apakah mereka memang membutuhkan barang tersebut atau hanya menginginkannya untuk kepuasan.
b Persepsi
commit to user
Persepsi merupakan proses bagaimana individu menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasi masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti Kotler, 2000. Banyaknya stimuli-stimuli fisik dan lingkungan sekitar yang
berkaitan dengan barang, dapat mempengaruhi persepsi individu untuk membeli barang tersebut.
c Pengetahuan Sebagian besar perilaku manusia dipelajari. Pengetahuan
menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu individu yang berasal dari pengalaman Kotler dan Keller, 2008. Individu akan
cenderung kembali membeli suatu barang, jika sudah pernah membeli barang yang sama dan merasa puas akan kualitas barang
tersebut. Hal tersebut dapat membuat individu untuk terus membeli sehingga menjadi konsumtif.
d Kepercayaan dan sikap pendirian Melalui bertindak dan belajar, individu akan memperoleh
kepercayaan dan pendirian Kotler, 2000. Kepercayaan pada penjual yang berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil,
dapat mengakibatkan timbulnya perilaku konsumtif.
commit to user
b. Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri dari dua faktor yaitu faktor budaya dan faktor
sosial. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumtif, antara lain:
1 Faktor budaya Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling besar dalam
pembentukan perilaku konsumtif individu. Faktor-faktor tersebut, antara lain:
a Kebudayaan Menurut Santrock 2003, budaya didefinisikan sebagai tingkah
laku, pola-pola, keyakinan, dan semua produk dari kelompok manusia tertentu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Budaya
merupakan determinan paling fundamental dari keinginan dan perilaku individu Kotler, 2000. Jika individu tumbuh pada
kebudayaan dimana sebagian besar masyarakatnya berperilaku konsumtif, maka dapat terbentuk perilaku konsumtif pada individu
tersebut. b Kelas sosial
Menurut Mangkunegara 2005, pada dasarnya kelas sosial masyarakat dapat dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu
golongan atas, golongan menengah, dan golongan bawah. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumtif, kelas sosial dapat
dikategorikan sebagai berikut:
commit to user
1 Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli barang-barang yang mahal, membeli pada toko yang
berkualitas dan lengkap supermarket atau mall, konservatif dalam konsumsinya, barang-barang yang dibeli cenderung
untuk dapat menjadi warisan bagi keluarganya. 2 Kelas sosial golongan menengah cenderung membeli barang
untuk menampakkan kekayaannya, membeli barang dengan jumlah banyak dan kualitasnya cukup memadai. Mereka
berkeinginan membeli barang yang mahal dengan sistem kredit, misalnya membeli kendaraan, rumah mewah, dan
perabot rumah tangga. 3 Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli dengan
mementingkan kuantitas daripada kualitasnya. Pada umumnya mereka membeli barang-barang yang diobral atau penjualan
dengan harga promosi. 2 Faktor sosial
Perilaku konsumtif juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.
a Kelompok acuan Solomon 2007 mendefinisikan kelompok acuan sebagai individu
atau sekelompok orang yang dianggap memiliki relevansi yang signifikan pada individu dalam hal mengevaluasi, memberikan
aspirasi, atau dalam berperilaku. Kelompok acuan dapat
commit to user
mempengaruhi dan konsep diri individu karena biasanya individu berhasrat untuk sesuai dengan kelompok tersebut. Individu yang
berada dalam kelompok acuan yang konsumtif, dapat terpengaruh menjadi berperilaku konsumtif agar dapat diterima oleh kelompok
acuannya. b Keluarga
Prasetijo dan Ihalauw 2005 menjelaskan bahwa keluarga sangat menentukan perilaku, termasuk dalam pemilihan produk dan
aktivitas pembelian individu. Dari keluargalah, individu belajar dan bersosialisasi untuk menjadi konsumen. Orang tua yang konsumtif,
secara langsung maupun tidak langsung dapat mendidik anaknya untuk berperilaku konsumtif.
c Peran dan status Suatu peran terdiri dari kegiatan-kegiatan yang diharapkan
dilakukan oleh individu, dan kemudian peran tersebut membawa suatu status Kotler, 2000. Orang-orang memilih produk yang
mengkomunikasikan peran dan status mereka dalam masyarakat. Menurut Engel, dkk. 2008, perilaku konsumen merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dengan perilaku konsumtif. Oleh karena itu, faktor- faktor perilaku konsumen juga berkaitan dengan faktor-faktor perilaku
konsumen. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan dan pengaruh individual, serta proses
psikologis.
commit to user
a. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian
konsumtif, antara lain: 1 Budaya
Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi,
melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat Engel, dkk., 2008. Budaya dapat mempengaruhi penggerak yang
memotivasi individu untuk mengambil tindakan lebih jauh termasuk berperilaku konsumtif.
2 Kelas sosial Kelas sosial merupakan pembagian di dalam masyarakat yang terdiri
dari individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial mengacu pada pengelompokan orang yang sama
dalam perilaku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka di dalam pasar Engel, dkk., 2008. Pekerjaan, pendapatan, dan kekayaan yang
menentukan kelas sosial dapat mempengaruhi berapa banyak yang harus dibelanjakan oleh individu, tidak hanya untuk kebutuhan
melainkan juga untuk mendapatkan kehormatan. 3 Pengaruh pribadi
Sebagai konsumen, perilaku individu kerap dipengaruhi oleh individu atau kelompok lain yang berhubungan erat dengannya Engel, dkk.,
2008. Individu berusaha merespons tekanan dari lingkungan untuk
commit to user
menyesuaikan diri dengan norma dan harapan yang diharapkan. Pengaruh pribadi merupakan subjek penting dalam menentukan
perilaku konsumtif individu. 4 Keluarga
Menurut Kotler dan Keller 2008, keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para
anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Dapat dibedakan dua jenis keluarga dalam kehidupan
konsumen, yaitu keluarga orientasi dan keluarga prokreasi. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Keluarga
prokreasi terdiri dari pasangan dan anak. Perilaku konsumtif individu kerap disebabkan oleh pengaruh didikan dari keluarga.
5 Situasi Perilaku berubah ketika situasi berubah. Pengaruh situasi dapat
dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik
konsumen dan karakteristik objek Engel, dkk., 2008. Situasi yang dapat berpengaruh pada perilaku konsumtif dapat dibagi menjadi tiga
jenis utama yaitu situasi komunikasi, situasi pembelian, dan situasi pemakaian.
1. Situasi komunikasi, didefinisikan sebagai latar dimana individu dihadapkan pada komunikasi pribadi atau non-pribadi. Komunikasi
pribadi mencakup percakapan yang mungkin dilakukan individu
commit to user
saat pembelian, seperti wiraniaga atau sesama konsumen. Komunikasi non-pribadi mencakup iklan dan program serta
publikasi yang berorientasi konsumen. 2. Situasi pembelian, mengacu pada latar ketika individu melakukan
pembelian produk atau jasa. Pengaruh situasi sangat lazim terjadi selama pembelian.
3. Situasi pemakaian, mengacu pada latar dimana konsumsi terjadi. Lingkungan sosial saat produk dipakai atau digunakan dan waktu
dimana pemakaian terjadi dapat pula mempengaruhi perilaku konsumtif.
b. Faktor Perbedaan Individu Faktor perbedaan individu dapat dibagi menjadi lima, yaitu:
1. Sumber daya konsumen Kuantitas sumber daya ekonomi yang dimiliki individu dapat
mempengaruhi perilaku konsumtifnya Engel, dkk., 2008. Semakin tinggi sumber daya ekonomi yang dimiliki, dapat semakin
meningkatkan perilaku konsumtif individu. 2. Motivasi dan keterlibatan
Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang
memadai antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan. Keterlibatan adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan
atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik
commit to user
Engel, dkk., 2008. Keterlibatan adalah faktor penting dalam mengerti motivasi. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari
dalam tindakan pembelian dan konsumsi. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi untuk memperoleh dan mengolah informasi sehingga
kemungkinan untuk timbulnya perilaku konsumtif semakin tinggi. 3. Pengetahuan
Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang disimpan di dalam ingatan. Informasi yang dipegang oleh individu mengenai produk akan
sangat mempengaruhi pola pembeliannya Engel, dkk., 2008. Semakin banyak dan baik informasi yang didapat individu tentang
suatu produk, maka individu akan semakin percaya pada produk tersebut dan mempengaruhi perilaku konsumtifnya.
4. Sikap Engel, dkk. 2008 mengemukakan bahwa sikap pada umumnya
memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Dalam memutuskan produk apa yang akan dibeli, atau toko mana yang akan
menjadi langganan, individu akan memilih produk dan toko yang dievaluasi paling menguntungkan baginya.
5. Kepribadian, gaya hidup, dan demografi Kepribadian didefinisikan sebagai respons yang konsisten terhadap
stimulus lingkungan. Kepribadian merupakan perluasan fokus untuk mencakupi gaya hidup yaitu pola yang digunakan orang untuk hidup
dan menghabiskan waktu serta uang. Sasaran bidang demografi yang
commit to user
dapat mempengaruhi perilaku konsumtif antara lain usia, pendapatan, dan pendidikan Engel, dkk., 2008.
c. Faktor Psikologis Faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif
yaitu pengolahan informasi, pembelajaran, serta perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dalam mempengaruhi
perilaku konsumtif. Pengolahan informasi menyampaikan cara-cara dimana informasi ditransformasikan, dikurangi, dirinci, disimpan,
didapatkan kembali, dan digunakan. Informasi yang didapatkan tersebut merupakan proses belajar individu. Kemudian, pembelajaran merupakan
proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku individu Engel, dkk., 2008. Oleh karena itu, ketiga
faktor tersebut dapat mempengaruhi timbulnya perilaku konsumtif. Berdasarkan uraian para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif, yaitu usia, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, motivasi, pengetahuan,
kebudayaan, kelas sosial, keluarga, dan kelompok acuan.
B. Body Image 1. Pengertian Body Image
Schilder dalam Cash dan Pruzinsky, 2002 mendefinisikan body image sebagai gambaran individu mengenai tubuhnya yang terbentuk dari pikiran
individu itu sendiri. Body image merupakan suatu pengalaman individual
commit to user
seseorang tentang tubuhnya. Rosen dalam Sukamto, 2006 mengemukakan bahwa body image individu dapat berubah walaupun penampilan fisiknya tidak
berubah. Menurut Thompson 2000, body image adalah evaluasi terhadap
ukuran tubuh seseorang, berat ataupun aspek tubuh lainnya yang mengarah pada penampilan fisik. Lebih lanjut, Slade dalam Sousa, 2008
mengemukakan bahwa body image merupakan gambaran seluruh tubuh yang terbentuk dari ilustrasi mental yang berhubungan dengan dimensi emosi
individu mengenai ukuran, citra, dan bentuk tubuhnya. Rice dalam Sukamto, 2006 mengemukakan bahwa body image adalah
gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, penilaian-penilaian, sensasi-sensasi,
kesadaran dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya. Body image yang sehat atau positif ditandai oleh adanya gambaran mental yang akurat tentang tubuh
dan perasaan, serta relasi dengan tubuh yang positif dan percaya diri. Body image merupakan sebuah konsep psikologis yang bersifat
subjektif, sehingga konsep ini sebenarnya tidak bergantung pada penampilan fisik individu. Individu yang telah berhasil menurunkan berat badannya atau
menjadi lebih cantik mungkin saja masih memiliki body image negatif. Hal tersebut menurut Brehm dalam Sukamto, 2006 disebabkan oleh adanya
kesenjangan yang besar antara standar kecantikan yang berlaku dengan bentuk tubuh perempuan yang senyatanya.
commit to user
Freedman dalam Sukamto, 2006 menambahkan bahwa tinggi rendahnya ketidakpuasan terhadap body image ditentukan oleh seberapa
besarnya kesesuaian antara tubuh yang senyatanya dengan norma kecantikan yang berlaku di lingkungan sosialnya. Jika terdapat kesenjangan yang besar
antara tubuh yang ideal dengan tubuh senyatanya, maka mayoritas perempuan akan memandang diri mereka sendiri sebagai orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri dan merasa dituntut untuk membentuk diri mereka agar sesuai dengan bentuk tubuh yang ideal Sukamto, 2006.
Menurut Santrock 2003, salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik di masa pubertas yaitu remaja menjadi amat memperhatikan tubuh mereka
dan membangun image-nya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka tampak. Sesuai dengan pendapat Hamburg dan Wright dalam Santrock, 2003
yang menyatakan bahwa perhatian yang berlebihan terhadap body image, menjadi amat kuat pada masa remaja, terutama amat mencolok selama
pubertas, saat remaja lebih tidak puas akan keadaan tubuhnya dibandingkan dengan masa akhir remaja.
Lebih lanjut, Gross dalam Santrock, 2003 berpendapat perbedaan gender menandai persepsi remaja mengenai tubuh mereka. Pada umumnya,
remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki tingkat body image negatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putra. Hal
tersebut diperkuat dengan penelitian Siegel, dkk. dalam Sukamto, 2006 yang menemukan bahwa remaja putri lebih depresif terhadap body image daripada
remaja putra.
commit to user
Remaja putri seringkali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya karena massa lemak tubuh yang meningkat, sedangkan remaja putra
menjadi lebih puas dengan memasuki masa pubertas karena massa otot yang meningkat. Menurut Gideon dalam Suprapto dan Aditomo, 2007, remaja
dengan body image negatif menganggap dirinya tidak menarik. Remaja merasa tidak memenuhi standar kecantikan masyarakat, merasa tidak berharga, dan
merasa tidak menerima penerimaan positif dari dirinya serta orang lain. Berdasarkan beberapa pengertian body image di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa body image merupakan gambaran mental, perasaan, dan persepsi individu yang berkaitan dengan ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat
tubuh yang mengarah pada kepuasan penampilan fisiknya.
2. Aspek-aspek Body Image