commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 menyebabkan perekonomian Indonesia mengalami kegoncangan dan
memberikan dampak yang sangat luas serta mempengaruhi hampir seluruh sendi-sendi perekonomian nasional. Hal ini membuktikan bahwa
pembangunan ekonomi Indonesia selama ini ternyata tidak ditopang dengan penataan struktur ekonomi yang baik.
Menurut Achwan dalam Efi Eka Wanty 2006:1 menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan kontraksi yang dalam sebesar 13,7
dengan pertumbuhan negatif pada semua sektor ekonomi, sementara laju kenaikan harga-harga melonjak tinggi, mencapai 77,6 . Pada sisi lain, angka
pengangguran dan jumlah penduduk miskin meningkat tajam sebagai akibat dari semakin banyaknya perusahaan yang mengurangi bahkan menghentikan
produksinya. Selain itu, dalam Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah Nasional RPJMN 2004 – 2009, menyebutkan bahwa sasaran Pembangunan Nasional
adalah “Terlaksananya pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi dengan
mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan Perpres RI No. 7 tahun 2005.
commit to user
Udjijanto dalam Ahmad Purnomo 2002:4 menyebutkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun
2000 share UKM dalam perolehan PDB Indonesia sebesar 63,5. Hal lain yang menarik perhatian bahwa dalam suasana minimnya lapangan kerja,
UKM Indonesia menyerap sekitar 73,6 juta pekerja. Di samping itu, muatan lokal produk UKM cukup tinggi, sehingga keuntungan nasional dari produk-
produk UKM juga tinggi. Menurut Tambunan dalam Agus Setiawan 2010:1 menyebutkan
bahwa pengembangan usaha kecil sangat penting dilakukan di Indonesia mengingat usaha kecil memiliki fungsi sosial ekonomi. Proporsi usaha skala
kecil sebesar 99 dari seluruh unit usaha dan mempunyai daya serap tenaga kerja sangat besar.
Dengan berbagai upaya dan program pemerintah yang tercantum dalam propenas program pokok pembangunan nasional tahun 2000–2004,
khususnya dalam pembinaan UKM yang disinergiskan dengan potensi dan peran yang strategis, maka UKM akan menjadi kekuatan untuk
menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus dapat menjadi tumpuan dalam meningkatkan kesejahteraannya. Setidaknya selama ini UKM
telah mampu memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja terbesar secara nasional dan meningkatkan ekspor, serta dalam pembentukan
PDB nasional. Di sisi lain, struktur ekonomi Indonesia yang dalam kenyataannya didominasi oleh ekonomi rakyat, merupakan kekuatan ekonomi
nasional yang sesungguhnya. Di sinilah UKM merupakan faktor penting
commit to user
untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional, yang selama ini terabaikan. Peran ini telah dijalankan UKM, setidaknya pada masa krisis
ekonomi 2000-2008 menjadi katup pengaman perekonomian nasional, serta sebagai dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis.
Gerak sektor UKM sangat penting untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. UKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah
beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar. UKM dapat menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha yang
lainnya, dan juga cukup terdiversifikasi serta memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan.
Provinsi Jawa Tengah memiliki sumber alam yang beraneka ragam dan jumlah penduduk mencapai 30 juta jiwa, dengan kondisi demikian iklim
usaha di wilayah Jawa Tengah khususnya UKM memiliki potensi yang besar untuk dapat berkembang. Usaha UKM di wilayah Jawa Tengah tersebar pada
banyak sektor usaha, antara lain pertanian, industri, perdagangan, pertambangan dan sebagainya. Salah satu sektor usaha unggulan Jawa Tengah
adalah sektor usaha tekstil dan garment, khususnya batik yang sebagian besar dikelola oleh usaha UKM.
Batik adalah karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia dan patut dilestarikan keberadaannya serta dibudidayakan secara maksimal,
dan batik merupakan industri kerajinan yang merupakan usaha turun-temurun dari generasi ke generasi, namun belum sepenuhnya ditangani secara
profesional sehingga perkembangannya relatif sangat lamban.
commit to user
Diantara daerah penghasil batik, Kota Pekalongan adalah salah satunya. Kota Pekalongan adalah sebuah kota di pesisir pantai utara pantura
pulau jawa yang mempunyai rentang kehidupan sebagaimana masyarakat pesisir yang kental dengan kehidupan niaga. Salah satu mata pencaharian
penduduk bukan hanya pada sektor perikanan namun juga kerajinan. Kota Pekalongan merupakan salah satu kota perdagangan dan bahari
yang terletak di daerah pantura ini menjadi ikon kota batik di Jawa Tengah. Adanya label kota batik ini bukan sebatas ikon belaka. Tetapi lebih dari itu.
Hal ini dikarenakan kota Pekalongan menjadi kota penghasil batik yang terkenal di Jawa Tengah.
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di nusantara. Ikon
bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga
Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan
produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode
yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor
sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.
commit to user
Gerak roda perekonomian di Kota Pekalongan, sangat dipengaruhi industri batik, sehingga batik mempunyai peranan yang sangat penting di
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan menggiatkan kembali sektor riil usaha kecil menengah masyarakat UKM yang mempunyai daya lentur dalam
menghadapi berbagai guncangan badai krisis ekonomi. Oleh karenanya, para pelaku usaha terus didorong serta diberi kemudahan untuk meningkatkan
produksinya. Dan yang tidak kalah pentingnya Pemkot Pekalongan memfasilitasi mencarikan lokasi pemasaran bagi industri batik di Jakarta
dengan menggandeng berbagai jaringan instansi maupun lembaga yang terkait sebagai penunjang. Diantaranya dengan Kementerian Koperasi dan UKM,
Kementrian Perdagangan, Pariwisata dan Kadin serta berbagai lembaga lainnya.
Menjadi kota perdagangan batik tentu saja hal ini tak bisa dilepaskan dari adanya peran serta keberadaan para pengusaha batik. Berbagai pengusaha
batik turut mewarnai adanya industri batik di kota ini. Desa Kauman merupakan kampung wisata batik di kota Pekalongan. Kauman menjadi
kampung batik dikarenakan ditempat ini menjadi sentra pengusaha batik di Kota Pekalongan. Selain letaknya yang strategis, sebagian besar masyarakat di
Desa Kauman bermata pencaharian yang berkaitan dengan usaha batik. Baik itu sebagai pengusaha ataupun buruh.
Desa Kauman merupakan sebuah upaya masyarakat lokal dalam merevitalisasi batik baik sebagai produk kesenian dan budaya maupun batik
commit to user
sebagai kekuatan ekonomi masyarakat Desa Kauman khususnya dan kota Pekalongan pada umumnya.
Sebuah Desa dimana dapat dengan mudah melakukan belanja batik langsung ke pengrajin dan melihat proses produksi. Hal lain yang menarik
adalah adanya tempat pembelajaran batik yang disediakan untuk pengunjung atau wisatawan yang ingin belajar batik dan merasakan hidup di lingkungan
pengrajin batik sehingga bisa merasakan batik tidak hanya sebagai fashion, tapi batik sebagai proses budaya dan sosial.
Berbagai macam usaha batik di Desa Kauman hampir tersebar rata mulai dari yang berskala kecil hingga yang berskala besar. Berawal dari hal
tersebut diatas perlu diadakan penelitian di Desa Kauman Kota Pekalongan mengenai usaha kecil dan menengah UKM batik. Dari hal inilah kemudian
menjadi daya tarik tersendiri untuk menjadikan sebagai bahan penelitian yang perlu dikaji lebih dalam lagi.
Menindaklanjuti tujuan untuk ikut membantu pengusaha dalam usaha meningkatkan produksi batik, perlu adanya penelitian tentang efisiensi
produksi batik dan Desa Kauman sebagai daerah penelitiannya. Sebagian besar pengusaha batik di Desa Kauman masih tergolong industri rumah
tangga. Artinya usaha ini proses produksinya berada di rumah pengusaha tersebut. Skala usaha ini pun masih skala kecil dan menengah.
Dalam pengelolaan manajemen pengusaha batik masih bersifat sederhana. Dalam pelakasanaan produksi hanya berdasarkan pengalaman
commit to user
yang mereka kuasai disertai mengandalkan ilmu warisan dari para leluhurnya yang merupakan penghasil batik. Dari hal inilah tingkat efisiensi antara
pengusaha satu dengan yang lainnya belum dapat diketahui. Adanya pola pikir yang masih sederhana dan usaha yang relatif kecil menjadi salah satu
penyebab hal tersebut. Penelitian yang berhubungan dengan usaha kecil dan menengah
sebenarnya telah banyak dilakukan, baik pada tenaga kerja maupun keuntungan. Oleh karena itu penelitian ini berusaha untuk meneliti tentang
efisiensi teknis, efisiensi revenue, efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis usaha kecil dan menengah UKM batik, sehingga diketahui keberhasilan
sistem produksi yang lebih cocok pada usaha kecil dan menengah UKM batik, yang tentunya bermanfaat dan dapat menjadi masukan tersendiri bagi
peningkatan produksi batik dan selanjutnya dapat meningkatkan taraf hidup pengusaha batik.
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini mengambil judul “analisis efisiensi usaha kecil dan menengah UKM batik di Desa Kauman Kota
Pekalongan dengan metode Data Envelopment Analysis DEA.”
commit to user
B. Perumusan Masalah