1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses jangka panjang yang sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan karena dengan melalui proses pendidikan
maka manusia akan mampu memperoleh ilmu dan pengetahuan yang baik sebagai bekal dalam kehidupannya. Melalui pendidikan inilah manusia mampu
membedakan segala sesuatu yang baik maupun yang tidak baik dalam menjalani hidupnya, dari yang tidak tahu melalui proses pendidikan manusia menjadi tahu.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
Artinya: 1 Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan.
2 Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3 Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah.
4 Yang mengajar manusia dari perantara kalam. 5 Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Maksudnya Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
2
Pendidikan adalah hak semua anak. Dalam pembukaan Undang – Undang
Dasar, pendidikan mendapat perhatian khusus dan tercantum secara eksplisit
2
Alqur‟an dan terjemahnya Al-Hikmah Bandung: ponegoro,2009, hlm. 97
2 pada alinea ke empat. Bahkan pendidikan sudah dianggap sebagai sebuah hak
asasi yang harus secara bebas dimiliki oleh semua anak. Seperti yang tercantum dalam Universal Declaration of Human Right 1948 Pasal 26 1 yang
menyatakan bahwa : “Setiap orang memiliki hak atas pendidikan. Pendidikan haruslah bebas,
paling tidak pada tingkat dasar. Pendidikan dasar haruslah bersifat wajib. Pendidikan tekhnik dan profesi harus tersedia dan pendidikan tinggi harus dapat
dia kses secara adil oleh semua”.
3
Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal yang tidak dapat terlepas dari kebutuhan dan kehidupan manusia sejak lahir hingga akhir hayatnya. Dalam
kehidupannya setiap orang pasti menemukan masalah – masalah yang harus
dihadapi terutama pada zaman modern ini di mana dunia berkembang dengan sangat cepat. Begitu pula dalam dunia pendidikan, terdapat masalah
– masalah yang harus dihadapi di mana salah satunya adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran diantaranya pembelajaran IPA. Budaya pendidikan kita tidak memberi sumber belajar yang cukup agar para
peserta didik IPA kita dapat memahami apa yang sedang mereka pelajari. Akibatnya mereka dipaksa mengikuti model pembelajaran IPA yang paling
buruk. Yaitu, hanya dengan metode ceramah saja. Peningkatan mutu pendidikan pada setiap lembaga pendidikan formal
dilakukan dengan cara memperbaharui kurikulum maupun metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Sudah merupakan tugas seorang guru
3
Asih Widi Wisudawati, Eka Sulistyowati, “Metodologi Pembelajaran IPA”. Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014, hlm. 1
3 untuk selalu memiliki ide yang kreatif dan inovatif dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran adalah faktor pemahaman konsep belajar peserta didik.
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan peserta didik dalam mempelajari matematika. Pada setiap
pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar peserta didik memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang
lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran baru yang dapat
menimbulkan pemahaman konsep belajar peserta didik agar meningkat dengan baik untuk mencapai tujuan pada setiap pembelajaran yang berlangsung, maka
peserta didik akan berantusias selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kenyataannya, guru dan bahan
– bahan pelajaran sangat jarang menolong para peserta didik dalam menentukan dan menggunakan konsep
– konsep relevan dalam struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikan
pengetahuan baru, dan akibatnya para peserta didik hanya terjadi belajar hafalan. Lagi pula sistem evaluasi di sekolah menghendaki hafalan.
Pemahaman konsep dalam belajar peserta didik tentang pelajaran yang diajarkan dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam memahami materi
yang telah disampaikan oleh guru. Kemampuan berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah akan muncul jika guru memberikan kegiatan pembelajaran
sebagai suatu strategi untuk mengembangkan bagaimana materi itu dapat dirancang menjadi pelajaran yang menarik dan mudah dimengerti oleh peserta
4 didik sehingga timbul ketertarikan peserta didik untuk memecahkan masalah
tersebut. Aspek pemahaman dalam Taksomoni bloom adalah ranah kognitif bagian
kedua, adapun indikator dari aspek pemahaman yaitu: 1. Mengungkapkan gagasan atau pendapat dengan kata-kata sendiri
2. Membedakan, membandingkan, menginterpretasi data, mendeskripsikan dengan kata sendiri,
3. Menjelaskan gagasan pokok 4. Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri
4
Berikut ini daftar nilai yang diperoleh dari guru mata pelajaran IPA kelas IV A MI ISMARIA Bandar Lampung.
Tabel 1 Persentasi Ketuntasan Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV
A MI Ismaria Bandar Lampung.
Jumlah PesertaDidik
Nilai Keterangan
KKM 65 65-70
80-90 Tuntas
Tidak Tuntas
32 60
17 15
45,46 54,54 Sumber: Wawancara Ibu Fitriani Guru Mata Pelajaran IPA Kelas IV MI
ISMARIA Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20152016 Berdasarkan hasil pra survei yang diperoleh penulis dari hasil wawancara
pada tanggal 16 Maet 2016 dengan seorang guru kelas bernama ibu Fitri di MI ISMARIA Bandar Lampung mengenai pembelajaran IPA di MI ISMARIA
Bandar Lampung beliau menyatakan bahwa kurikulum yang digunakan di sekolah ini sudah menggunakan K13. Tetapi untuk di sekolah ini K13 belum
sepenuhnya diterapkan karena masih terdapat kesulitan dalam menerapkan
4
Kunandar, Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Pesrta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013 suatu pendekatan praktis, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, Cet. 2, 2013, hlm.162
5 kurikulum yang baru tersebut. Hanya materi dan nilainya saja yang dapat
diterapkan, tetapi untuk proses belajar dan mengajar terkadang guru masih menggunakan metode ceramah, hanya memberikan materi pelajaran yang
berfokus pada pemberian konsep – konsep, informasi, dan fakta yang sebanyak –
banyaknya kepada peserta didik, walaupun telah lama kita menyadari bahwa belajar memerlukan keterlibatan peserta didik secara aktif namun pada
kenyataannya masih menunjukan kecendrungan yang berbeda. Hal ini juga dapat kita lihat melalui data tabel di atas bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM
mata pelajaran IPA MI Ismria Bandar Lampung adalah 65. Peserta didik dinyatakan belum tuntas dalam mata pelajaran IPA jika nilai yang diperoleh
minimal 60. Hal itu juga disebabkan karena mereka lebih banyak menunggu sajian dari
guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang mereka butuhkan akibatnya, hasil belajar yang diperoleh peserta didik
pun hanya terbatas pada aspek pengetahuan saja. Sedangkan aplikasinya belum tentu dapat dilakukan. Padahal di dalam pelajaran IPA peserta didik dituntut
untuk menggunakan informasi yang diperolehnya pada bidang lain, maupun di dalam kehidupan sehari
– hari.
5
Tahapan-tahapan perkembangan yang lebih perlu dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar adalah
tahapan tahapan yang berhubungan dengan perkembangan ranah cipta para pesera didik dalam menjalani proses belajar mengajar dan pembelajaran materi
5
Fitriani,wawancara dengan guru kelas, Bandar Lampung, 16 Maret 2016.
6 tertentu, serta dalam mengikuti proses belajar mengajar yang dikelola oleh guru
kelas.
6
Oleh sebab itu, perlu diterapkan suatu aktifitas tertentu dalam kegiatan belajar
– mengajar yang berfokus pada keterlibatan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Salah satu faktor penyebab
rendahnya pemahaman konsep belajar peserta didik adalah proses belajar IPA kurangnya pemahaman yang diberikan kepada peserta didik dalam memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, pembelajaran di kelas jarang menampilkan gambar
– gambar atau video yang digunakan untuk mempermudah penyampaian materi yang bersifat abstrak. Fakta di lapangan juga menunjukan
bahwa keterampilan proses sains masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat kurangnya pengetahuan peserta didik dan pemahaman peserta didik terhadap
suatu konsep sehingga masih terlihat bingung dalam menerapkan konsep yang telah
diperoleh sebelumnya,
kurangnya kemampuan
berpikir dalam
menghubungkan suatu peristiwa atau objek tertentu, dan guru juga lebih sering menerapkan metode ceramah sehingga peserta didik tidak terlibat secara aktif.
Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi pra penelitian di kelas IV semester genap tahun ajaran 20152016 pada tanggal 16 Februari 2016 menunjukan bahwa
pemahaman konsep belajar pada peserta didik masih sangat kurang hal tersebut dapat dilihat pada saat peserta didik diberikan materi di mana peserta didik
belum dapat memanfaatkan pembelajaran tersebut. Peserta didik hanya sekedar
6
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan BaruEdisi Revisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, hlm. 19
7 tahu dan pernah mempelajari materi, tetapi tidak dapat memahami dan tidak
mampu menggunakannya dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik kelas IV semester genap terdapat kesulitan,
beberapa kesulitan yaitu kesulitan dalam memahami materi yang telah disampaikan oleh guru, kesulitan dalam menyimpulkan dan mengemukakan
pendapat, di mana di dalam proses pembelajaran IPA juga masih sangat jarang digunakan kegiatan bereksperimen, pada saat bereksperimen masih banyak
peserta didik yang terlihat bingung dalam menerapkan konsep yang telah diperoleh sebelumnya.
Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan antara guru, pesera didik, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk
memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan belajar. Tujuan pembelajaran yang di inginkan tentu
yang optiml. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar agar pemahaman konsep peserta didik dalam
belajar menjadi lebih baik, salah satu diantaranya adalah menurut penulis adalah melalui model pebelajaran. Banyak cara yang dilakukan untuk dapat membuat
peserta didik aktif dalam susasana yang menyenangkan, salah satunya adalah melalui model pembelajaran Teams game and Tournment TGT. Model
pembelajaran ini mampu membuat pserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar IPA menggunakan model
pembelajran kooperatif adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum menjadi paham dan mengerti permasalahannya. Guru hendaknya
8 tidak lagi mengajar sekedar sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kepada peserta didik. Guru hendaknya mengajar untuk membelajarkan peserta didik dalam konteks bagaimana peserta didik belajar
mencari, menemukan, menerapkan pengetahuan dengan pendekatan ilmiah, keterampilan, dan sikap.
Proses pembelajaran setiap peserta didik memiliki cara belajar dan proses yang berbeda
– beda. Dengan perbedaan cara belajar tersebut, maka salah satu solusinya adalah dilakukannya proses belajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Alternatif model pembelajaran IPA yang dapat menumbuhkan pemahaman konsep belajar peserta didik pada pembelajaran IPA
adalah model pembelajaran yang berlandaskan pada teori belajar kognitif teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek – aspek kejiwaan lainnya.
Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang
di terima dan menyesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman
– pengalaman sebelumnya.
7
Pembelajaran dengan dasar pandangan kognitif dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran, salah satunya adalah model
pembelajaran Teams Game and Tournament. Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar
7
C. Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005, hlm. 34
9 mengajar. Model pembelajaran yang penulis gunakan sangat berpengaruh
terhadap respon peserta didik. Dari hasil wawancara pra survey guru mata pelajaran IPA MI ISMARIA
Bandar Lampung, yaitu Ibu Fitriani mengatakan Pemahaman Konsep Belajar Peserta didik kelas IV pada mata pelajaran IPA masih belum begitu baik. Dalam
proses penilaian pembelajaran beliau lebih melihat kepada semangat peserta didik dan keseharian peserta didik dalam proses belajar mengajar berlangsung.
Beliau berfikir bahwa dalam proses pengevaluasian berlangsung seorang peserta didik dapat melakukan berbagai cara untuk memperoleh hasil yang terbaik,
dengan cara mencontek dan lain sebagainya. Dan selama ini juga beliau hanya mempraktekan metode ceramah yang lebih dominan pada Cerita, namun beliau
belum pernah menggunakan berbagai metode cara dan model-model pembelajaran lain, khususnya model pembelajaran Teams Game and Tournament
TGT Hasil prasurvay yang dilakukan oleh penulis terhadap proses pembelajaran
IPA kelas IV memang dalam penyampaian materi pembelajaran belum maksimal pada penggunaan model-model pembelajaran. Selebihnya guru hanya
menggunakan metode ceramah, disisi lain dalam penyampaian materi pelajaran tidak menyampaiakan materi pelajaran secara detail, dalam penyampaian materi
pelajaran hanya memberikan suatu pencerahan kepada peserta didik tentang materi yang dibahas pada saat itu. Guru beranggapan bahwa materi pelajaran
dapat peserta didik baca pada buku paket ataupun LKS. Selain menggunkan
10 metode ceramah, kegiatan Tanya jawab juga guru hanya memerintah peserta
didik mengerjakan soal-soal yang ada di LKS. Dengan proses pembelajaran seperti itu, banyak peserta didik yang merasa
kurang berminat dengan pelajaran IPA. Terlihat jelas bahwa ketika proses belajar mengajar banyak peserta didik yang ribut sendiri, tidak memperhatikan apa yang
disampaikan guru hal ini dapat menyebabkan pemahaman belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA sangatlah berkurang yang berakibat pada hasil prestasi
belajar peserta didik pada khususnya. Pemahaman konsep belajar peserta didik kelas IV MI ISMARIA Bandar
Lampung tidak memiliki pemahaman yang tinggi sebagaimana dari table dibawah ini:
Tabel 1.2 Data Awal Pada Saat Survay Hasil Pemahaman Belajar Peserta Didik kelas
IV MI ISMARIA Badar Lampung
NO NAMA
Indikator pemahaman konsep
Jml Skor
Keterangan
1 2
3 4
1 Arianta Hermawati
- -
- 1
Tidak Paham 2
Bunga Zahra 4
Paham 3
Dayana Alya R. 4
Paham 4
Dina Cahyani Fitri -
- -
1 Tidak Paham
5 Gandes Wijaya
- -
- 1
Tidak Paham 6
Jessica Aulia Fajri 4
Paham
11 7
Lady Mutiara - -
2 Kurang
Paham 8
Maysa Cahya Lestari
- 3
Paham 9
Melisa Aprilia -
- 2
Kurang Paham
10 Muhammad Nawa
- -
- 1
Tidak Paham 11
M.Akmal Al-Farel -
- 2
Kurang Paham
12 M. Amru Rasyid
- -
- 1
Tidak Paham 13
M. Khadafi -
- -
1 Tidak Paham
14 M. Nur Wahid
4 Paham
15 M. Raid Syadad
4 Paham
16 Nadine N.P
- -
- 1
Tidak Paham 17
Nadin Putri T -
- -
1 Tidak Paham
18 Naylal Husna
- -
- 1
Tidak Paham 19
Nia Ayu Fadilah -
- -
1 Tidak Paham
20 Pratama Saputra
- -
2 Kurang
Paham 21
Raudah Mutia S -
- 2
Kurang Paham
22 Riezki Dian
Anugerah 4
Paham 23
Sabrina Febrianti -
- -
1 Tidak Paham
24 Salsa Agadia K
- -
- 1
Tidak Paham 25
Syafa Nayla -
- -
1 Tidak Paham
26 Syahra Berliantika
- -
2 Kurang
12 Paham
27 Thalighta Vishara
4 Paham
28 Valomitha
4 Paham
29 Veisa Nur Aulia
- -
2 Kurang
paham 30
Yahya -
3 Paham
31 Zahra Afirra
4 Paham
32 Zayan
- 3
Paham Jumlah
72 -
Pesera didik yang paham 12 Peserta didik
Persentase 2,21
Sumber: Data diolah berdasarkan hasil survay pada peserta didik kelas IV C MI ISMARIA Bandar Lampung yang berjumlah 32 orang pada tanggal 16
maret 20116
Berdasarkan tabel di atas, hasil pre test saat survay Pemahaman konsep belajar peserta didik kelas IV C MI ISMARIA Bandar Lampung masih rendah
yakni peserta didik yang pemahaman belajar nya tinggi hanya 12 orang dengan persentase 2,21 . Dengan demikian dapat di ketahui bahwa dari hasil post test
sebelum diterapkannya model pembelajaran Teams Game and Tournament TGT pemahaman konsep peserta didik pada mata pelajaran IPA masih rendah.
Keterangan: 1. Mengungkapkan gagasan atau pendapat dengan kata-kata sendiri
2. Membedakan, membandingkan, menginterpretasi data, mendeskripsikan dengan kata sendiri
3. Menjelaskan gagasan pokok 4. Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri
13 Keterangan:
P = Persentase rata-rata nilai Peserta didik F = Jumlah Skor Pencapaian perindikator
N = Jumlah Seluruh Peserta didik
8
Pencapaian Indikator
1 : Tidak Paham
2 : Kurang Paham
3 : Paham
Tabel 1.3 Pedoman Kualifikasi Hasil Skor Observasi
Persentase Skor yang diperoleh Kategori
66,67 ≤ P ≤ 100
Tinggi 33,33
≤ P ≤ 66,66 Sedang
≤ P ≤ 33,32 Rendah
Suharsimi Arikanto dan Ceppi Saruddin Tabel diatas memberikan gambaran dari 32 Peserta didik rata-rata tidak
memiliki pemahaman yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik kelas IV D MI ISMARIA Bandar Lampung pada mata pelajaran
IPA hasil belajarnya masih rendah. Rendahnya hasil belajar ini kemungkinan disebabkan oleh oleh kurang tepatnya guru dalam memilih model pembelajaran
di kelas, sehingga peserta didik kurang tepat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
8
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, Raja Grafindo. Jakarta, 2008, hlm. 43.
P = × 100
14 Secara khusus penulis menemukan gambaran mengenai pengaruh model
pembelajaran Teams Game and Tournament TGT dalam meningkatkan pemahaman konsep belajar IPA peserta didik kelas IV MI Ismaria. Berdasarkan
dengan materi Struktur Tubuh Tumbuhan dan Fungsinya, aka faktor yang melatar belakangi munculnya kesulitan peserta didik dalam memahami konsep
struktur tumbuhan yaitu peserta didik kurang memperhatikan penjelasan dari guru ketia kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, banyak bermain di kelas,
kurang mengurangi pelajaran di rumah, guru dikelas tidak menyajikan pelajaran dalam bentuk yang menarik perhatian peserta didik, hanya sekedar menjelaskan
dengan metode ceramah saja. Dari pemaalahan tersebut, dapat penulis asumsikan bahwa persoalan yag berkaitan dengan faktor yang bersmber dari individu
peserta didik dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas. Untuk mengatasi permasalahan yang dialami peserta didik tersebut maka
penulis memiliki upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik, upaya-upaya yang perlu dilakukan guru adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan secara berulang-ulang pada materi yang tidak dimengerti oleh peserta didik. Disini guru lebih memfokuskan pengajaran pada
materi yang menjadi kesulitan para peserta didik dengan dijelaskan secara berulang-ulangsampai siwa benar-benar mengerti.
2. Lebih memvariasikan model dan metode pembelajaran, seperti dengan menerapkan model pembelajaran Teams Game and Tournament TGT
karena model pembelajaran ini mampu menarik minat belajar peserta didik dan belajar dan sangat mudah di terapkan di kelas.
3. Menggunakan media konkrit yang dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi. Untuk lebih menarik perhatian peserta didik
pada proses belajar mengajar khususnya pada materi struktur tumbuhan dan fungsinya digunakan media seperti membawa tanaman kembang,
daun, batang, buah dan bunga.
4. Melakukan eksperimen di kelas yang bertujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi yang disajikan.
15 5. Memberi soal latihan dan pekerjaan rumah, dengan harapan agar
pemahaman peserta didik pada materi seusai pembeljaran berlanjut dengan adanya tugas.
Berdasarkan masalah yang terjadi seperti yang di atas maka pemahaman konsep belajar peserta didik dipandang sebagai kemampuan yang sesuai dengan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat.
Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk malakukan penelitian pada mata pelajaran IPA di MI ISMARIA Bandar Lampung melalui model
pembelajaran Teams Game and Tournament TGT. Judul penelitian yang penulis ambil adalah “Pengaruh model pembelajaran Teams Game and
Tournament TGT terhadap peningkatan pemahaman konsep belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA kelas IV MI ISMARIA
Bandar Lampung”
B. Identifikasi Masalah